Anda di halaman 1dari 14

"PENATALAKSANAAN

FISIOTERAPI PADA KASUS


CARPAL TUNNEL SYNDROME DI
DESA KERNEN"

Kelompok 8 :
1. Alya Nurinsani Ziandary.
(E2018010)
2. Ayu Agus Cetina.
(E2018018)
3. Ivana Carolinawati R.
(E2018031)
4. Puspa Adelia.
LATAR BELAKANG
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah kelainan nyeri pada ekstremitas atas yang
disebabkan oleh kompresi saraf medianus di terowongan karpal, dengan prevalensi
berkisar antara 6,3% hingga 11,7% (Fernández-De-Las Peñas et al., 2015). Carpal
tunnel syndrome (CTS) adalah hasil dari iritasi, kompresi, atau peregangan saraf
median saat melewati terowongan carpal di pergelangan tangan. Gejala berkisar dari
nyeri (terutama setiap malam) dan parestesia sampai atrofi otot. Sindrom ini
merupakan cedera saraf yang paling umum dan pekerja berisiko (mereka yang
membutuhkan gerakan berulang-ulang di pergelangan tangan dan jari seperti
mengetik, menyusui, dan membersihkan), yang kecenderungannya menjadi pasien
kronis memiliki dampak ekonomi karena absen kerja dan perawatan bedah
diperlukan untuk memperbaiki kondisi tersebut (Ballestero-Pérez et al., 2017).
Beberapa faktor diketahui menjadi risiko terhadap
— Lanjutan,.
terjadinya CTS pada pegawai, seperti gerakan berulang
dengan kekuatan, tekanan pada otot, getaran suhu,
postur kerja yang tidak ergonomik dan lain – lain. Masa
kerja juga merupakan salah satu faktor individu terkena
CTS, semakin lama masa kerja maka akan semakin besar
risiko terkena CTS. Masa timbulnya CTS berkisar sampai
5-10 tahun. CTS paling banyak terjadi pada usia 29-62
tahun, risiko meningkat pada usia 40-60 tahun (Ayu et al,
2015). Beraktivitas yang berkorelasi dengan CTS
merupakan salah satu disabilitas pada ekstremitas atas
menghasilkan kehilangan aktivitas kerja seperti mengetik
dan gerakan repetitif walaupun kasus dan menjadi
konsekuensi penyebab pekerja mendapatkan biaya
kompensasi (Huisstede et al., 2018).
Tujuan
Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat
terkait pendidikan, edukasi, serta seputar
pengetahuan pencegahan Carpal Tunnel Syndrome.
2. Meningkatkan kemampuan analisa mahasiswa
terkait permasalahan Carpal Tunnel Syndrome yang
ada dilingkungan masyarakat.
3. Meningkatkan skill mahasiswa dalam
memberikan exercise dan edukasi kepada
masyarakat dalam upaya mengurangi gejala pada
Manfaat
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar dapat menjaga kesehatan sebagai
upaya pencegahan/preventif CTS. Berikut dengan manfaatnya :

Memberikan informasi, pendidikan dan latihan kepada masyarakat khususnya lansia


agar selalu menjaga kesehatan lumbal seperti edukasi pencegahan terjadinya CTS : • •
• Menghindari gerakan repetitif, selingi istirahat tiap 20 menit.

• Menggunakan peralatan yang ergonomis (bantalan pergelangan tangan, mouse


komputer yang ergonomis).

• Menggunakan alternatif keyboard (pena digital, pengenal suara dandictation


software)

• Mengganti jenis pekerjaan.

• Rajin berolahraga terutama jika berat badan dalam kategori obesitas.

• Menghindari merokok dan konsumsi alkohol.

• Tempat kerja yang ergonomis supaya tangan bekerja dalam posisi netral.
Lokasi
Daerah yang akan menjadi binaan
sosialisasi kami adalah para penjahit di
Desa Kernen. Desa Kernen ini cukup
banyak memiliki warga yang berusia
lanjut dan memiliki lokasi yang strategis
untuk dijadikan lokasi melakukan
sosialisasi.
Sasaran
Sasaran untuk sosialisasi kami adalah warga Desa Kernen yang
notabennya para pekerja berat/ buruh industri dan minimnya
pengetahuan kesehatan carpa tunnel syndrome merupakan
merupakan salah satu masalah neuromuskuler yang paling umum
dan mahal dalam masyarakat modern. Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) adalah penyakit yang disebabkan terjepitnya saraf medianus
pada ekstremitas atas tepatnya pergelangan tangan yang melalui
terowongan karpal. Menurut data National Health Interview Study
(NIHS) diperkirakan angka prevalensi sindrom metakarpal pada
subjek dewasa adalah sebesar 1,55% (2,6 juta jiwa). Oleh karena itu
dibutuhkan aksi dan juga progam promosi gaya hidup yang sehat
kepada warga Desa Kernen untuk mencegah terjadinya carpal
tunnel syndrome dan memberikan pelatihan untuk mengurangi
tingkat nyeri pada gangguan carpal tunnel syndrome.
Kondisi Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan
bertingkat. Ada yang keadaan sosial ekonomi yang tinggi, sedang &
rendah. Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang
dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas
ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal &
jabatan dalam organisasi. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto
(2002) sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat
berkaitan dengan oranglain dalam arti lingkungan pergaulan,
prestasinya & hak-hak serta kewajibannya hubungannya dengan
sumber daya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan pengertian keadaan sosial ekonomi dalam penelitian ini
adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan
dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, kepemilikan
kekayaan atau fasilitas serta jenis tempat tinggal dapat menjadi faktor
Masalah yang Dihadapi Masyarakat
• Masyarakat kurang memahami mengenai Carpal
Tunnel Syndrome.
• Masyarakat kurang memiliki wawasan mengenai
masalah kesehatan.
• Kurang adanya penyuluhan mengenai penyakit
pada Carpal Tunnel Syndrome.
• Masyarakat belum memahami pentingnya latihan
• Masyarakat belum memahami pentingnya edukasi
tentang kesehatan dan tentang kurangnya
pengetahuan seputar pencegahan Carpal Tunnel
Syndrome.
Tanda
Ciri khas CTS adalah nyeri dan
& Gejala
Gejala CTS klasik termasuk mati rasa
parestesia pada sebaran saraf dan kesemutan di distribusi saraf
median, yang meliputi aspek palmar median tangan, dan, lebih parah
ibu jari, telunjuk dan jari tengah, serta kasus, hilangnya kekuatan otot yang
radial, setengah dari jari manis. Gejala dipersarafi oleh distal saraf median.
dapat sangat bervariasi dan kadang- Patologi saraf median berdampak
kadang melokalisasi ke pergelangan pada semua saraf fungsi distal ke
tangan atau seluruh tangan, atau lokasi lesi, dengan beberapa
menyebar ke lengan bawah atau kemungkinan nyeri dirasakan secara
jarang ke bahu. Pasien sering proksimal ke bahu. Meskipun
terbangun dengan gejala menjabat definisinya tampak langsung,
tangan untuk meredakan gejala. Ini kontroversi masih banyak terjadi
dikenal sebagai tanda jentikan, dan etiologinya. Berbagai faktor
93% sensitif dan 96% khusus untuk patoanatomis telah ditemukan
CTS. Faktor pemicu lainnya termasuk terlibat dalam pengembangan CTS,
tugas yang memerlukan fleksi termasuk peningkatantekanan
pergelangan tangan berulang atau terowongan karpal, perubahan
peninggian tangan, seperti iskemik di dalam saraf, dan kompresi
mengemudi atau memegang telepon dari struktur yang berdekatan
Intervensi CTS
Inframerah (IR) Kinesioterapi

Diaplikasikan dengan dosis athermic (kurangnya Kinesioterapi, dan khususnya


sensasi panas) hingga dosis oligothermic mekanoterapi, membantu
(sensasi panas minimal hingga sedang).
mempertahankan trofi otot paretik tenar,
Elektroda kapasitif digunakan untuk
meningkatkan konduksi dan rangsangan
memanaskan jaringan secara selektif. Jarak dari
kulit pasien ke elektroda sekitar 2-3 cm. Durasi saraf, dan memulihkan fungsi motorik.
prosedur adalah 8-10 menit. Prosedur termal Hipotrofi otot dipengaruhi oleh pijatan
digunakan untuk analgesia, pengurangan ringan / penuh perhatian yang harus
paresthesia, kekakuan, dan peningkatan dilakukan setiap hari. Pasien diajari cara
konduksi saraf dan trofi. Mereka juga dapat melakukan kinesioterapi termasuk pijat
digunakan sebagai prosedur pengantar untuk sendiri di rumah untuk durasi yang
ultraphonophoresis berikutnya. ini adalah
singkat, sering dan dengan intensitas
metode di mana gelombang elektromagnetik
rendah. Pasien harus diberi tahu bahwa
frekuensi tinggi menyebabkan pemanasan
secara mendalam. Prinsip terapi ini juga dikenal kinesioterapi dan pijat yang
Intervensi CTS
Wrist Extension Mobilization Wrist flexion kobilization

Cara penatalaksanaan : Posisi pasien duduk Cara penatalaksanaan : Posisi pasien duduk
dengan tangan rileks diatas meja atau bed dengan tangan rileks diatas meja atau bed
dimana Elbow dan Wrist ekstensi. Posisi dimana Elbow dan Wrist ekstensi. Posisi
terapis duduk dengan ergonomis di depan terapis duduk dengan ergonomis di depan
pasien. Terapis memegang telapak tangan pasien. Handling terapis dimana tangan kiri
pasien dengan kedua tangan menggunakan berada pada lengan bawah pasien sebagai
jari-jari tangan terutama kelingking berada fiksasi, dan tangan kanan terapis berada
pada proksimal wrist bagian dorsal hingga pada wrist pasien sebagai mobilization.
jari selanjutnya sebagai mobilisasi dan Manipulasi dilakukan dengan cara tangan
thumb berada di bagian palmar sebagai kanan terapis menggerakkan wrist ke arah
fiksasi. Lalu terapis menggerakkan telapak fleksi dengan memberikan traksi ke arah
tangan pasien ke arah ekstensi dan saat distal saat gerakan dilakukan dan tangan kiri
menggerakkan ke arah ekstensi terapis juga terapis memfiksasi lengan bawah agar tidak
memberikan traksi ke arah distal. Latihan ini mengikuti gerakan manipulasi. Latihan ini
Intervensi CTS
Resisted Exercise

Resisted Exercise adalah salah satu jenis terapi latihan dengan


kontraksi otot statik maupun dinamik secara aktif melawan tahanan
dari luar, baik tahanan manual maupun dengan alat. Manfaat yang
diperoleh dari resisted exercise meliputi peningkatan muscle
performance, meningkatkan kekuatan soft tissue, mengurangi
tekanan pada sendi selama menjalani aktivitas, membantu
remodeling jaringan, meningkatkan kemampuan fisik selama
beraktivitas dan secara otomatis terjadi peningkatan kemampuan
aktivitas fungsional dan sosial. Dosis latihan yang dapat dilakukan
yaitu 8-12 pengulangan setiap sesinya, dilakukan dalam 1-3 sesi
dengan interval antara sesi 2-3 menit. Latihan dilakukan dengan
kecepatan medium (Ballestero-Perez, R., dkk. (2017).
Thank You,.
🤗😇🥰

Anda mungkin juga menyukai