Anda di halaman 1dari 90

Tugas Besar

Teknik Pelabuhan
2

Terminal Curah kering


Lokasi Daerah Bima
3

Team Presentation

KAMELIASARI LIA APRIANINGSIH RIFA RIZQI ANANDA YOGI SUNANDAR


F1A018129 F1A018136 F1A018150 F1A018160
4
Soal Tugas Besar
5
Maps

LOKASI
Rompo,Langgudu,Bima
Nusa Tenggara Barat

Find more maps at Google Earth


6
Pelabuhan Refrensi

Pelabuhan Tanjung Bara, disingkat sebagai TBCT 


adalah pelabuhan batu bara yang terletak di 
Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Pelabuhan ini mulai beroperasi pada tahun 1991, dan


memiliki :
• 4 dermaga beton
• Panjang 350 m
• Draft 25 m
• Timbunan batu bara 1,25 ton
• Loader mampu memuat dengan kecepatan 4200
ton/jam dengan lintasan 7 m
• Pelabuhan ini bekerja sepanjang waktu dan
menerima kapal curah dengan Panjang 310 m dan
lebar 50 m
• Ukuran maks kapal yang berlabuh seberat 210.000
DWT
7
Pelabuhan Refrensi
8
Roadmap

PERENCANAAN PERENCANAAN ALUR PERENCANAAN


DERMAGA PELAYARAN BOLDER

1 3 5

2 4 6

PERENCANAAN PERENCANAAN PERENCANAAN BREAK


KOLAM PELABUHAN FENDER WATER
9

Perencanaan Dermaga
Curah Kering
10

Perhitungan Dermaga

Grafik Hasil Produksi (ton)


Produksi batu 1,500,000

HASIL PRODUKSI
Tahun bara
1,000,000 f(x) = 166322.1 x + 442312.9
R² = 0.570791327875645
(ton)
500,000
1 615.668
-
2 550.687 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
3 1.319.230 TAHUN KE-

4 996.378
5 1.224.433 Grafik hasil produksi (ton)
Linear (Grafik hasil produksi (ton))
11

Perhitungan Dermaga
Produksi Batu
Tahun Bara
(ton)

1 608.635

2 774.957

3 941.279

4 1.107.601

5 1.273.923

6 1.440.245

7 1.606.567

8 1.772.889

9 1.939.211

10 2.105.533
12
Pergantian Kapal 6 Jam ??...
Maksudnya adalah :

Data Terminal Dermaga dlm keadaan


kosong

Kapasitas dermaga = 2.105.533 Ton/tahun


Kapasitas alat bongkar = 1000 ton/jam Pemberitahuan kapal bisa
Jumlah alat bongkar = 1 alat/kapal masuk
Jam kerja = 300 hari/tahun, 24 jam/hari
Jumlah shift = 3 kali Dijemput kapal pandu
Pergantian shift = 15 menit
Waktu pergantian kapal = 6 jam Kapal digiring

Kapal ditambat

Kapal berhenti dan siap


bongkar muat
13

Kapal Rencana

Dalam perencanaan pelabuhan digunakan salah satu kapal China sebagai kapal rencana
dengan data muatan:

Spesifikasi :
Panjang (LOA) = 90,5 m
Lebar (B) = 24 m
Draft (D) = 5,5 m
DWT = 5300 ton
14

Kapal China

Find more maps at Google Earth


15
Perhitungan Jumlah Dermaga
•Waktu kerja efektif = 24 – ((3 x 15) / 60)
= 23,25 jam/hari

•Jumlah bongkar muat 1 hari = kran x Kapasitas bongkar xWaktu kerja efektif
= 1 x 1000 x 23.25
= 23.250 ton/hari

•Waktu bongkar muat = Kapasitas Kapal / bongkar muat 1 hari


= 5.300 / 23.250
= 0,27 hari

•Tambahan waktu = Waktu pergantian kapal + Shift


= 6 jam + 0,75 jam
= 6,75 jam
= 0,28 Hari

• Total waktu yang dibutuhkan untuk sandar kapal = 0,27 + 0,28


= 0,55 hari
16
Perhitungan Jumlah Dermaga

•Jumlah kapal = Kapasitas dermaga / Kapasitas Kapal


= 2.105.533 / 5.300
= 397,27
= 400 kapal pertahun

•Panjang dermaga (Lp), yaitu sama dengan panjang kapal terbesar yang menggunakan dermaga
ditambah masing-masing 10%

Lp = n.Loa + (n+1)x10% x Loa


= 1 x 90,5 + (1+1)*10% x 90,5
= 108,6 m
= 110 m

 BOR = x 100

= ((90,5 + 10) x 0,55 x 100


300 x 110
= 16,75 %
= 40 %
(Sumber buku Perencanaan Pelabuhan oleh Bambang Triadmodjo (Hal : 214)
17
Perhitungan Jumlah Dermaga

Dengan menggunakan tabel rekomendasi nilai optimal BOR, seperti


dibawah ini :

Tabel 5 Rekomendasi Nilai Optimal BOR (UNCTAD, 1984)

Jadi, digunakan 1 buah dermaga sesuai dengan


perhitungan yang didapat di atas, yang telah di rasa
mampu memenuhi laju lalu lintas kapal, dengan
BOR 40 %.

(Sumber buku Perencanaan Pelabuhan oleh Bambang Triadmodjo (Hal : 383)


18

Peta Kontur lokasi Dermaga

Find more maps at DENMAS


19

Potongan kontur pantai

= Timbunan

= Galian
Find more maps at DENMAS
20

Perhitungan Dimensi Dermaga


1. Menghitung Panjang & Lebar Dermaga
 
Panjang dermaga, yaitu sama dengan panjang kapal terbesar yang menggunakan dermaga
ditambah masing-masing 10%
 
Lp = n.Loa + (n+1)x10% x Loa
= 1 x 90,5 + (1+1)*10% x 90,5
= 108,6 m
= 110 m
 
Lebar Dermaga (d) = Lp - 2e
= 110 – 2(15)
= 80 m

 
Keterangan : e : Lebar jalan
Lp : Panjang dermaga
d : Lebar dermaga
 
(Sumber Buku Pelabuhan Bambang Trihatmojo, hal 214-216)
21

Perhitungan Dimensi Dermaga

2. Tinggi Dermaga
 
Diketahui data-data sebagai berikut :
 
HHWL = +2.171 m (tinggi pasang maksimum)
LLWL = -0.509 m (tinggi surut maksimum)
Draft kapal = 5,5 m
 
NB : Data HHWL dan LLWL diperoleh dari data pasang surut yang diberikan pada link.
https://drive.google.com/drive/folders/1_OzmSweI_jlm1YEXsyEpOs-Wx6uzeSRi?usp=sharing

Elevasi dasar pengerukan


Penentuan kedalaman kolam pelabuhan berdasarkan sarat maksimum (max. Draft) kapal yang
akan bertambat ditambah dengan jarak aman (0,8 m – 1,0 m) dibawah ujung bagian bawah kapal.
22

Perhitungan Dimensi Dermaga


Berdasarkan Desain Kriteria Perencanaan Pelabuhan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan,
1984, halaman 5. Ditentukan besarnya elevasi lantai dermaga diatas HWL berdasarkan besarnya pasang surut air laut dan kedalaman air
rencana sebagai berikut :

Digunakan 2 m
23
Perhitungan Dimensi Dermaga
KONDISI HWL
Elevasi Dermaga = 2 + maksimum pasang Tinggi Dermaga (Td) = 1,1D + pasut + elv. Lantai dermaga diatas HWL
= 2 + 2.171 = (1,1 x 5,5) + (2,171 +0,509) + 2
= 4.171 m = 10,73 m
  = 11 m

2,17
5,5
1,33
24
Gambar Perencanaan Dermaga
25
Gambar Perencanaan Dermaga
26

Perencanaan Kolam Putar


Curah Kering
27
Perhitungan Kolam Putar
 
Kolam dipergunakan untuk mengubah arah kapal, luasan minimum yang digunakan adalah:
 
LOA = 90,5 m
Draft = 5,5 m

1. Perhitungan Panjang Kolam Putar


r = 1,5 x LOA
= 1,5 x 90,5
= 135,75 m
D = 271,5 m
D =2xR
= 2 x 135,75
= 271,5 m
A = 2 x  x r²
= 2 x 3,14 x 135,75²
= 115.728,23 m²
 
2. Perhitungan Kedalaman Kolam Pelabuhan
dp = 1,1 x 5,5
(Menurut buku Pelabuhan, Bambang Triatmodjo hal. 156)
= 1,1 x 5,5
= 60,5 m
28
Perhitungan Kolam Putar

D = 271,5m
29
Sket Kolam Putar
30

Perencanaan Alur Pelayaran


Curah Kering
31
Perencanaan Alur pelayaran

DATA KAPAL :
B = 24 m

Lebar keamanan :
1.5 B = 1.5 x 24 = 36 m

Jalur Gerak
1.8 B = 1.8 x 24 = 43 m
Lebar alur pelayaran :
1.5 B + 1.5B + 1.8B = 36 + 36 + 43 = 115 m

Kedalaman alur pelayaran


Beberapa standard internasional menggunakan cara sederhana, kedalaman
untuk alur pelayaran adalah 1.15 x draft kapal (Brunn, 1981)
H min = D x 1.15
= 5,5 x 1.15
= 6,325 m (kedalaman alur rencana)
32
Perencanaan Alur pelayaran

Menurut buku Pelabuhan, Bambang Triatmodjo hal. 149 :


Lebar alur satu jalur (Bruun, P., 1981)
 
33
Perencanaan Alur layaran
34
Perencanaan Alur Pelayaran

Angka Froude, Fr
• H = Draft + Squat
= 5,5 + 1,55
= 0.494
= 7,05 m
Lpp = 0.846 x LOA ^1,0193
= 0.846 x 90,5^1,0193
= 83,518 m
 
B = 24 m • Sq
D = 5,5 m
Cb = 0.72 (diambil nilai Cb = 0.72) Sq m
Maka :
Menurut buku Pelabuhan, Bambang Triatmodjo hal. 149
∆ = Cb x Lpp x D x B
 
= 0.72 x 83,518 x 5,5 x 24
= 7937,55 m2
35
Perhitungan Kolam Putar

27 1,5m
D=
36

PERENCANAAN
FENDER
37

Contoh Fender Silinder

Referensi Fender yang digunakan adalah fender


dengan tipe cylindrical. Lokasi : Port Shang Hai, China
38

Data-data yang diketahui

Loa : 90.5 m
B : 24 m
D : 5,5 m
DWT : 5300 ton
P air : 1,025 t/m3 (berat jenis air laut)
 
Lpp = 0,846 x Loa1,0193
= 0,846 x 90,51,0193
= 83,518 m
W = Lpp x B x D x Cb x p air
= 83,518 x 24 x 5,5 x 0,72 x 1,025
= 8135,989 ton
(Berdasarkan Buku Pelabuhan karya Bambang Tratmodjo, hlm.220)
39

Data-data yang diketahui

Cb : koefisien blok kapal, dimana nilai Cb untuk kapal curah kering 0,72–0,85; sehingga
digunakan 0,72.
40

Perencanaan Fender
Energi benturan kapal (E)

(Berdasarkan Buku Pelabuhan karya Bambang Tratmodjo, hlm.218)


 
41

Perencanaan Fender
Nilai Koefisien Massa (Cm)

Menurut rekomendasi dari PIANC (2002), digunakan Cm = 1,1

Nilai Kecepatan (v)

(Berdasarkan Buku Pelabuhan karya Bambang Tratmodjo, hlm.219)


 
Kapal dengan kapasitas 5300 ton diperoleh kecepatan merapat kapal v = 0,15 m/d
 
42

Perencanaan Fender
Untuk perencanaan dianggap bahwa benturan maksimum
terhadap fender terjadi apabila kapal bermuatan penuh
menghantam dermaga pada sudut 10o terhadap sisi depan
dermaga.
Maka :
V = v x sin 10o
= 0,15 x sin 10o
= 0,026 m/d

Nilai Koefisien Eksentris (Ce)

= 0,242 X 90,5
= 21,901 m

(Berdasarkan Buku Pelabuhan karya Bambang Tratmodjo, hlm.221)


43

Perencanaan Fender

Untuk kapal yang bersandar di dermaga : Nilai Koefisien Kekerasan (Cs)


L = ¼ x Loa Menurut rekomendasi dari PIANC digunakan Cs = 1
= ¼ x 90,5  
= 22,625 m Energi benturan kapal (E)
= 23 m Maka, energi benturan yang terjadi adalah :
Sehingga diperoleh nilai Ce :  
x Cm x Ce x Cs x Cc

= 0,4755 m = 0,146 tm
 
44

Pemilihan Jenis Fender

Fender yang digunakan adalah tipe silinder dengan dimensi 150 x 75


45

Pemilihan Jenis Fender

Diameter luar = 150 mm


Diameter dalam = 75 mm
L =1m
Energi = 0,18 t.m ( > 0,146 t.m )
Gaya = 6,63 t

Gambar Perencanaan Fender Tipe Silinder Dengan Dimensi


150/75
46

Perencanaan Fender

E yang terjadi = 0,146 tm, maka dicoba fender tipe silinder dengan data :

Energi = 0,18 ton m


R = 6,63 mm
OD = 150 mm
ID = 75 mm

Jadi karena gaya yang diterima oleh fender dengan tipe Silinder 150/75 sebesar 0,18 tm sedangkan
beban yang diberikan kapal adalah sebesar 0,146 tm maka fender dengan tipe ini bisa digunakan.

 PERHITUNGAN JARAK FENDER


Nilai r untuk kapal barang 500 - 50.000 DWT
Nilai L (jarak antar fender)
Log r = -1.055 + 0.65 log DWT
= -1.055 + 0.65 log 5300
= 1,365 = 5,26 m
=6m
r = 101.365 = 23,17 m
 
47

Perencanaan Fender

JUMLAH FENDER YANG DIBUTUHKAN :


Data-data:
• Panjang Dermaga (Lp) = 90,5 m
• Tinggi fender (f) = 0,15 m
• Jarak antar fender (x) = 6 m
• Jumlah fender (n) :

= 14,715 buah
= 15 buah
6m

Jadi, dengan Fender Silinder 150/75 dan jarak antar Fender 6 m diperlukan 15 buah Fender
yang dipasang
48

Gambar Fender

Karet Fender 150/75

75

150

FENDER SILINDER TIPE 150/75


49

PERENCANAAN
BOULDER
50

Perencanaan Boulder
Referensi yang digunakan :

Boulder dengan tipe Pillard Bollard dengan


referensi yang diberikan oleh brosur
Trelleborg selaku perusahaan pembuat
bollard
51

Perencanaan Boulder

Rencana Gross Tonnage Ship = 5.300 DWT

Berdasarkan OCDI Technical Standarts and


Commentaries for Ports and Harbour Facilities in Japan
2002 , untuk kapal 10.000 DWT – 20.000 DWT = 500 kN
= 50,18 Ton
52

Perencanaan Boulder
Direncanakan Boulder dengan spesipikasi sebagai berikut:

Karena selisih gaya cabut yang didapat apabila


menggunakan baut M42 terlalu besar, maka kami
memutuskan untuk menggunakan baut M20 agar
lebih hemat
53

Perencanaan Boulder

Direncanakan menggunakan boulder seperti berikut

630 500
490
60
13
380
320

70
54

Perencanaan Boulder

1. Penempatan Boulder
Berdasarkan ketentuan Standart Design Criteria for Ports in Indonesia (1984) tabel
7.5. hal 33. Seperti yang tertera pada BAB II.

Sesuai dengan ketentuan tersebut maka dipasang


bollard 6 buah pada Dermaga
55

Perencanaan Boulder
2. Perencanaan Dimensi Angkur Bollard
Bollard menerima gaya cabut dari kapal dengan membentuk sudut tertentu terhadap bidang datar.
Sehingga analisa gaya tersebut diuraikan menjadi gaya-gaya vertikal dan horizontal, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut

Keterangan :
T” = Gaya vertikal dari Uraian gaya T (gaya tali kapal)
T = Gaya tali kapal
T’ = Gaya horizontal dari Uraian gaya T (gaya tali kapal)
Cc = Gaya tekan dari beton ke bollard
P = Gaya baut bollard

Cc
56

Perencanaan Boulder
Sudut yang terbentuk dari tali kapal dan bollard kondisi HWL :
Diketahui data-data sebagai berikut :
HWL = +2,17 m (tinggi pasang maksimum)
LWL = -0,51 m (tinggi surut maksimum)
Draft kapal = 5,5 m

Diperoleh sudut sebesar 32 derajat


57

Perencanaan Boulder
Sudut yang terbentuk dari tali kapal dan bollard kondisi LWL :
Diketahui data-data sebagai berikut :
HWL = +2,17 m (tinggi pasang maksimum)
LWL = -0,51 m (tinggi surut maksimum)
Draft kapal = 5,5 m

Diperoleh sudut sebesar 18 derajat


58

Perencanaan Boulder
Perhitungan gaya cabut :

Kondisi HWL :
T’ = 500 kN x Cos 32° = 424,024 kN
T’’ = 500 kN x Sin 32° = 264,959 kN
Momen horizontal
32°
T’ = 424,024 kN
Jarak = 390 mm = 0.39 m
MH = T’ x Jarak
= 424,024 x 0.39
= 165,369 kN.m
59

Perencanaan Boulder
Perhitungan gaya cabut :

Kondisi HWL :

Momen vertikal Kondisi HWL ditinjau dititik A


T” = 264,959 kN 32°

Jarak = 315 mm = 0.315 m


MV = T”’ x Jarak
= 264,959 x 0.315
= 83,462 kN.m
60

Perencanaan Boulder
Perhitungan gaya cabut :

Kondisi LWL :
T’ = 500 kN x Cos 18° = 475,528 kN
T’’ = 500 kN x Sin 18° = 154,508 kN

18°
Momen horizontal
T’ = 475,528 kN
Jarak = 390 mm = 0.39 m
MH = T’ x Jarak
= 475,528 x 0.39
= 185,456 kN.m
61

Perencanaan Boulder

Perhitungan gaya cabut :

Kondisi LWL :

Momen vertikal Kondisi LWL ditinjau dititik A


18°
T” = 154,508 kN
Jarak = 315 mm = 0.315 m
MV = T”’ x Jarak
= 154,508 x 0.315
= 48,67 kN.m
62

Perencanaan Boulder
Rekap Gaya :

GAYA HWL (Kn) LWL (Kn)


T' 424,024 475,528
T" 264,959 154,508

Direncanakan menggunakan beton fc = 30 MPa dan besi tulangan BJ 34 maka fy


= 210 MPa dan fu = 340 MPa, diameter angkur (D) = 20 mm dengan jumlah
angkur (y) 7 buah. Maka perhitungan dapat dilanjutkan sebagai berikut :
Menghitung nilai AS :
As = π . r² . y
As = 3,14 x 10² x 7
As = 2199,115 mm²
Menghitung nilai P :
P = As. Fy
P = 2199,115 mm² x 0,21 kN/mm²
P = 461,814 kN
Jadi P > T’’ (461,814 > 264,959) AMAN
63

Perencanaan Boulder
Perhitungan Gaya Beton ke Bollard (Cc)
Untuk penyederhanaan analisis kolom bundar dapat di transformasikan menjadi kolom segi empat ekuivalen, seperti
pada gambar di bawah:

Referensi : Konstruksi Beton Di Slideplayer oleh Liana Johan


64

Perencanaan Boulder
Dengan Ketentuan :
- Tebal dalam arah lentur sebesar 0.8D, dimana D adalah diameter luar lingkaran kolom bundar.

- Lebar kolom segi-empat ekuivalen diperoleh sama dengan luas bruto kolom bundar dibagi 0.8D, jadi b = Ag/(0,8D)
Diketahui D = 630 mm, maka:
- 0.8 x D = 0,8 x 630 = 504 mm
- Ag = ¼ π D² = ¼ π . 630² = 311724,53 mm ²

-b = Ag/(0,8D) = 311724,53 / 504 = 618,50 mm ≈ 620 mm


65

Perencanaan Boulder
Menghitung nilai Cc :

Cc = 0,85 x f’c x b x a
Dimana:
a = 1xc , (1 = 0,85 untuk f’c )

= 418,52 mm 420 mm

Maka, a = 0,85 x 420 = 357 mm


didapatkan :
Cc = 0,85 x 30 x 620 x 357
= 5644170 N
= 5644,17 kN
66

Perencanaan Boulder

Menghitung Momen Horizontal

Momen horizontal terbesar didapat dari gaya


terbesar, yaitu pada kondisi LWL, dengan:
T’ = 475,528 kN
Jarak = 390 mm = 0.39 m
MH = T’ x Jarak (Ditinjau pada titik A)
= 475,528 x 0.39
= 185,456 kN.m
67

Perencanaan Boulder
Menghitung Momen Vertikal:

Momen vertikal terbesar didapat dari gaya terbesar, yaitu pada


kondisi HWL, dengan:
T” = 264,959 kN
MV = (P x Y) - (Cc x Z) - (T” x (D/2)
= (461,814 x 565) - (5644,17 x 178,5) - (264,959 x (315))
= 260924,91 – 1007484,345 – 83462,085
= 836248,5 kn.mm
= 836,25 kN.m

Jadi karena MH < MV


165,369 < 836,25 ……………….OK!

Jadi berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai MH


sebesar 165,369 dan MV sebesar 836,25 Jadi bollard tidak akan
terguling
68

PERENCANAAN
BREAKWATER
69

Refrensi Breakwater
70

Perencanaan Breakwater
Pemecah gelombang dibangun Dalam perencanaan ini digunakan pemecah gelombang sisi
miring dengan data-data sebagai berikut :

Kedalaman pemecah gelombang (d) = 11 m

Gelombang pada kedalaman 11 m (H) =2m

Periode (TS) = 11 detik

Kemiringan dasar laut = 1/32 (dihitung dari perbedaan elevasi kontur)

Sudut datang gelombang (α0) = 35

 air laut = 1,025 t/m3


71

Perhitungan Breakwater
PENENTUAN ELEVASI PUNCAK PEMECAH GELOMBANG

Elevasi puncak pemecah gelombang dihitung berdasarkan tinggi runup, kemiringan sisi pemecah
gelombang yaitu 1 : 2.

Panjang gelombang dilaut dalam :


Lo = 1.56 x
= 1.56 x
= 188.76 m

Bilangan irribaren :
Ir =
=
= 4,857

(Bambang Triatmodjo hal. 179 )


72
Perhitungan Breakwater

Dengan menggunakan grafik dibawah ini dihitung nilai runup.


Untuk lapis lindung dari batu pecah (Quarry stone) :
= 1,27

Ru = 1,25 x H
= 1,25 x 2
= 2,5 m

Elevasi puncak pemecah gelombang dengan memperhitungkan


tinggi kebebasan 0.5 m

Elev pem gelombang :


= HWL + Ru + tinggi kebebasan Tinggi pemecah gelombang :
= 2,171 + 2,5 + 0,5 H pem gel = El pem gel – El dsr laut
= 5,171 m H pem gel = 5,171– (-11) = 16,171 m = 16,5 m (batu pecah)
73

Perhitungan Breakwater

PERHITUNGAN BERAT BUTIR LAPIS LINDUNG :

Berat batu lapis lindung dihitung dengan rumus Hudson berikut


ini :

W=

Unutk lapis lindung dari batu didapat dari table berikut :

(Bambang Triatmodjo hal. 169 dan181 )


74

Perhitungan Breakwater
Perencanaan Bagian Kepala Bangunan

 Perhitungan Berat Butir Lapis Lindung :


Untuk nilai Sr = perbandingan berat jenis batu dan berat jenis air laut
 air laut = 1,025 t/m3
(batu belah) = 1,450 t/m3
Hs = 1,5 m

Untuk lapis lindung 1 :


W = = = 12,259 ton = 12259 kg
Untuk lapis lindung 2 :
= 1226 kg
Untuk Lapis inti :
= 61 kg

(Bambang Triatmodjo hal. 172 )


75

Perhitungan Breakwater
 Perhitungan Lebar Puncak Pemecah Gelombang :
Lebar puncak pemecah gelombang untuk n=2 (minimum) :
B =n*k
= 2*
= 4,68 m
= 4,7 m

Dengan :
B = Lebar puncak (m)
n = Jumlah butir batu (minimum = 2)
k = Koefisien lapis koefisien lapis pelindung untuk batu pecah (= 1,15)
W = berat butir batu pelindung (ton)
= berat jenis batu pelindung ( = 1,45 ton/m3)

(Bambang Triatmodjo hal. 181 )


76

Perhitungan Breakwater
Perhitungan Tebal Lapis Lindung 1 :
Tebal lapis lindung dihitung dengan rumus berikut:
Tebal lapis lindung untuk n=2 (minimum)
t =n*k
=2*
= 4,68 m
Dengan :
t = Tebal lapis lindung (m)
k = Koefisien lapis koefisien lapis pelindung untukbatu pecah (= 1,15)
W = beratbutir batu pelindung (ton)
= beratjenis batu pelindung ( = 1,45 ton/m3)
77

Perhitungan Breakwater
 Perhitungan Tebal Lapis Lindung 2 :
Tebal lapis lindung dihitung dengan rumus berikut:
Tebal lapis lindung untuk n=2 (minimum)
t =n*k
=2*
= 2,175 m

Dengan :
t = Tebal lapis lindung (m)
k = Koefisien lapis koefisien lapis pelindung untukbatu pecah (= 1,15)
W = beratbutir batu pelindung (ton)
= beratjenis batu pelindung ( = 1,45 ton/m3)
78

Perhitungan Breakwater

 Perhitungan Tebal Lapis Inti :


Tebal lapis lindung dihitung dengan rumus berikut:
Tebal lapis lindung untuk n=2 (minimum)
t =n*k
=2*
= 0,8 m

Dengan :
t = Tebal lapis lindung (m)
k = Koefisien lapis koefisien lapis pelindung untukbatu pecah (= 1,15)
W = beratbutir batu pelindung (ton)
= beratjenis batu pelindung ( = 1,45 ton/m3)
79

Perhitungan Breakwater
Perencanaan Lengan Bangunan

 Perhitungan Berat Butir Lapis Lindung :


Untuk nilai Sr = perbandingan berat jenis batu dan berat jenis air laut
 air laut = 1,025 t/m3
(batu belah) = 1,450 t/m3
Hs = 1,5 m
Untuk lapis lindung Batu :
W = = = 8,58 ton = 8580 kg
Untuk lapis lindung 2 :
= 858 kg
Untuk Lapis inti :
= 42,9 kg
(Sumber : Buku Bambang Triadmodjo hal. 172)
80

Perhitungan Breakwater

 Perhitungan Tebal Lapis Lindung 1 :


Tebal lapis lindung dihitung dengan rumus berikut:
Tebal lapis lindung untuk n=2 (minimum)
t =n*k
=2*
= 4,16 m
Dengan :
t = Tebal lapis lindung (m)
k = Koefisien lapis koefisien lapis pelindung untuk batu pecah (= 1,15)
W = beratbutir batu pelindung (ton)
= beratjenis batu pelindung ( = 1,45 ton/m3)
81

Perhitungan Breakwater

 Perhitungan Tebal Lapis Lindung 2 :


Tebal lapis lindung dihitung dengan rumus berikut:
Tebal lapis lindung untuk n=2 (minimum)
t =n*k
=2*
= 1,93 m

Dengan :
t = Tebal lapis lindung (m)
k = Koefisien lapis koefisien lapis pelindung untuk batu pecah (= 1,15)
W = beratbutir batu pelindung (ton)
= beratjenis batu pelindung ( = 1,45 ton/m3)
82

Perhitungan Breakwater
 Perhitungan Tebal Lapis Inti:
Tebal lapis lindung dihitung dengan rumus berikut:
Tebal lapis lindung untuk n=2 (minimum)
t =n*k
=2*
= 0,711 m

Dengan :
t = Tebal lapis lindung (m)
k = Koefisien lapis koefisien lapis pelindung untuk batu pecah (= 1,15)
W = beratbutir batu pelindung (ton)
= beratjenis batu pelindung ( = 1,45 ton/m3)
83
Perhitungan Breakwater

5 m
2 71,
D=

Pot A

Pot B
84
Potongan A
85
Potongan B
86

Perspektif dermaga
87

Perspektif dermaga
88

Perspektif dermaga
89

Potongan melintang dermaga


90

Potongan melintang dermaga

Anda mungkin juga menyukai