Diabetes insipidus adalah kelainan endokrin yang ditandai dengan
polidipsi dan poliuri. Dua mekanisme yang mendasari adalah gangguan pelepasan ADH oleh hipotalamus atau hipofisis (sentral) dan gangguan respons terhadap ADH oleh ginjal (nefrogenik) (Kusmana, 2016). Diabetes inspisidius merupakan suatu gabungan pada lobus posterior kelenjar hipofisis yang ditandai dengan defisiensi hormone antidiuretic (ADH) atau vasopressin. Rasa haus yang berlebihan (polydipsia) dan volume urin encer yang banyak merupakan karakteristik gangguan ini. Diabetes insipidus dapat terjadi sekunder akiba trauma kepala, tumor otak, atau ablasi, pembedahan atau, radiasi kelenjar hipofisis. Dapat pula terjadi akibat infeksi system saraf pusat (meningitis), ansefalitif, limfoma payudara atau paru). Penyakit ini tidak dapat dikontrol dengan pembatasan pemasukan cairan, karena kehilangan urine dalam volume besar terus berlanjut walaupun tanpa penggantian cairan. (Brunner, 2013, hal 209) Upaya untuk membatasi cairan justru menyebabkan pasien mengalami rasa haus yang tidak terpuaskan dan terus berkembang menjad hyponatremia dan dehidrasi berat. (Brunner, 2013, hal 209) Diabetes insipidus adalah penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi, sekresi, atau fungsi ADH. Istilah diabetes insipidius berhubungan dengan kualitas dan kuantitas urine. Tanda dan gejala diabetes a. Poliuria Keluaran urin harian dalam jumlah yang sangat banyak dengan urin yang sangat encer, berat jenis urin 1,001 sampai 1,005. Biasanya mempunyai awitan yang mendadak, tetapi mungkin secara tersamar pada orang dewasa b. Polidipsia Rasanya sangat kehausan , 4 - 40 liter cairan setiap hari terutama sangat membutuhkan air yang dingin 1. Tidur terganggu karena poliuria dan nokturia 2. Penggantian air yang tidak cukup dapat menyebabkan : Hiperosmolalitas dan gangguan SSP ( cepat marah, disorientasi, koma dan hipertermia ) Hipovolemia, hipotensi, takikardia, mukosa kering dan turgor kulit buruk. c. dehidrasi Jenis-jenis diabetes 1. diabetes insipidus sentral
Diabetes insipidus sentral dapat disebabkan oleh kegagalan pelepasan hormone
antidiuretik ADH yang merupakan kegagalan sintesis atau penyimpanan. Hal ini bisa disebabkan oleh kerusakan nucleus supraoptik, paraventrikular, dan filiformis hipotalamus yang mensistesis ADH.
2. diabetes insipidus nefrogenik
dimana gangguannya adalah karena tidak responsifnya tubulus ginjal terhadap vasopresin.
3. Diabetes Insipidus Gestasional
4. Diabetes Insipidus Dipsogenik Penatalaksanaan pada pasien diabetes a . Diabetes Insipidus Sentral Pada kasus ringan dapat ditangani dengan asupan air yang cukup. Faktor pemberat (seperti glukokortikoid) dihindari. Bila asupan air tidak cukup dan terjadi hipernatremia, segera berikan cairan intravena hipoosmolar. Hindari pemberian cairan steril intravena tanpa dekstrosa karena menyebabkan hemolisis. Untuk menghindari hiperglikemia, overload cairan, dan koreksi hipernatremia yang terlalu cepat, penggantian cairan diberikan dengan dosis maksimal 500-750 mL/jam. ● b. Diabetes Insipidus Nefrogenik ● Diabetes insipidus nefrogenik tidak berespons terhadap ADH. Terapi berupa koreksi hipokalemia dan hiperkalsemia atau menghentikan obat-obat yang dapat menyebabkan diabetes insipidus nefrogenik. Diuretik thiazide dan restriksi garam bertujuan untuk mengurangi laju segmen filtrasi menuju segmen dilusi pada nefron. Pengurangan penyerapan klorida dan natrium pada tubulus distal, akan meningkatkan penyerapan natrium dan air di tubulus proksimal. c. Diabetes Insipidus Gestasional Pilihan pertama DDAVP karena tidak terdegradasi oleh vasopressinase yang bersirkulasi . d. Diabetes Insipidus Dipsogenik Tidak ada terapi spesifik selain mengurangi jumlah asupan cairan. Jika disebabkan oleh gangguan mental, terapi gangguan mental akanmenyembuhkan .