Anda di halaman 1dari 17

APENDISITIS

ANGGOTA KELOMPOK

NI KADEK DEVI ARIYANTI (203213218)

LUH DE NOVITARIANI (203213205)

NI MADE ARISKA (203213209)

NI MADE RATNIAWATI (203213207)


DEFINISI
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus
buntu atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu
sebenarnya adalah sekum (secum). Infeksi ini bisa
mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya. (Wim de Jong et al. 2005)

Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling


sering terjadi, walaupun apendisitis dapat terjadi setiap
usia, namun paling sering pada orang dewasa muda, sebelum
era antibiotik, angka mortalitas penyakit ini tinggi
(Dermawan & Rahayuningsih, 2010).
Dalam jurnal (Simamora & Dkk, 2018)
ETIOLO
GI

Etiologi appendicitis adalah obstruksi lumen 1. Apendisitis akut merupakan infeksi yang
disebabkan oleh bakteria dan faktor
apendiks yang dapat disebabkan oleh hiperplasia pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen
apendiks.
limfoid, infeksi, fekalit, tumor, ataupun infeksi.
2. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat
Obstruksi ini kemudian menyebabkan distensi penyakit nyeri berulang di perut kanan bawah
yang mendorong dilakukannya apendiktomi.
lumen dan inflamasi yang menimbulkan
Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis
manifestasi klinis appendicitis. Fekalit terbentuk akut pertama kali sembuh spontan.
dari garam kalsium dan debris feses menjadi 3. Apendisitis kronis memiliki semua gejala
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua
berlapis dan menumpuk di dalam apendiks. Ada minggu, radang kronis apendiks secara
makroskopis dan mikroskopis.
beberapa klasifikasi apendisitis dan etiologinya
EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa risiko seumur hidup seseorang mengalami


appendicitis adalah 8,6% pada laki-laki dan 6,7% pada wanita.

Studi di Amerika Serikat menunjukkan risiko seumur hidup mengalami


appendicitis adalah 8,6% untuk laki-laki dan 6,7% pada perempuan.

Data epidemiologi nasional appendicitis di Indonesia masih belum tersedia.


Suatu penelitian yang dilakukan pada RSU Kota Tangerang Selatan menyatakan
dari 111 kasus appendicitis, distribusi usia tertinggi pada kelompok umur 17-25
tahun (34,2%).
PATOFISIOLOGI
APENDISITIS penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda
asing, struktur karena fikosis akibat peradangan Adanya mucus, Makin lama mucus tersebut
makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema
Sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat hal tersebut akan menyebabkan
vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding apendiks.

Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di
abdomen kanan bawah, keadaan ini disebut dengan apendisitis sukuratif akut. Aliran arteri
terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene stadium ini disebut
dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah akan terjadi apendisitis
perforasi.
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik
apendisitis adalah nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah
epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan
ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang
muntah, dan umumnya nafsu makan menurun. Kemudian
dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan
KLASIFIKASI bawah.

1. APENDISITIS AKUT Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya,
sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Namun
2. APENDISITIS KRONIK terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah
epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita
merasa memerlukan obat pencahar.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan d. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu
(swelling) rongga perut di mana dinding perut semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan
tampak mengencang (distensi).
atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
b. Palpasi : di daerah perut kanan bawah bila ditekan
e. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu
akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan
ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya
terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan
kunci dari diagnosis apendisitis akut. radang usus buntu.

c. Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk f. Pada apendiks terletak pada retro sekal maka
kuat/tungkai diangkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri uji Psoas akan positif dan tanda perangsangan
di perut semakin parah (psoas sign). peritoneum akan lebih menonjol
PEMERIKSAAN PENUNJANG

-PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-18.000/mm 3. Jika terjadi peningkatan yang lebih
dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).(Nurarif, 2015)

-PEMERIKSAAN RADIOLOGI:
Pemeriksaan radiologi pada penyakit apendisitis menurut Nurarif(2015), yaitu :

1) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang membantu).

2) Ultrasonografi (USG), CT scan.

3) Kasus kronis dapat dilaksanakan rontgen foto abdomen, USG abdomen, dan apendikogram.
PENATALAKSANAAN

Tata laksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendiktomi. Keterlambatan


dalam tata laksana dapat meningkatkan kejadian perforasi. Teknik laparoskopik,
apendiktomi laparoskopik sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih
sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih rendah.
Akan tetapi, terdapat peningkatan kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu
operasi. Laparoskopi itu dikerjakan untuk diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut
abdomen, terutama pada wanita. (Bimbaum BA, 2015)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan Pre-Operasi

a. Ansietas berhubungan dengan adanya perubahan status kesehatan.

b. Hipertermi berhubungan dengan Kerusakan kontrol suhu terhadap inflamasi

c. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada apendiks.

b. Diagnosa Keperawatan Post-Operasi

b. Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan perlukaan bekas operasi dari program medikasi

c. Nyeri akut berhubungan dengan perlukaan pada bekas operasi prosedur medikasi.

d. Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya pertahanan tubuh primer dan sekunder yang tidak adekuat akibat
prosedur invasif.
INTERVENSI
INTERVENSI
LANJUTAN KONSEP ASKEP
4. IMPLEMENTASI : Pelaksanaan/implementasi merupakan tahap keempat dalam proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan yang telah
ditentukan)

5. EVALUASI:
-FORMATIF: Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan
rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
-SOMATIF: Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses
keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan
keperawatan yang telah diberikan.
SESI DISKUSI
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai