Anda di halaman 1dari 32

FISIOLOGI

HIDUNG

dr. AJI KUSUMA


PPDS THTKL UNSRI/RSMH
ANATOMI SINGKAT
HIDUNG
HIDUNG
HIDUNG
SINUS PARANASAL
FISIOLOGI
FISIOLOGI HIDUNG

– 1) Fungsi respirasi; jalan nafas


– 2) Pengatur kondisi udara
– 3) Pelindung saluran nafas bawah
– 4) Fungsi penghidu
– 5) Fungsi fonetik
– 6) Refleks nasal
FUNGSI RESPIRASI

– Secara umum : mengukur kondisi udara, penyaring udara, humidifikasi,


penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal
– Udara inspirasi masuk ke hidung menuju sistem respirasi melalui nares
anteriornaik setinggi konka media turun ke bawah ke arah nasofaring.
– Udara ekspirasi keluar melalui jalan yang sama, namun ada tahanan di daerah
limen nasi sehingga sebagian udara masuk ke meatus media ostium sinus
sinus
– Aliran udara di hidung ini berbentuk lekungan / arkus.
FUNGSI RESPIRASI
FUNGSI RESPIRASI

– Siklus nasal : proses alamiah kongesti dan dekongesti mukosa hidung.


– Untuk mengontrol aliran udara di dalam rongga hidung sehingga secara
bergantian salah satu rongga hidung berperan lebih aktif.
– Diatur oleh system saraf otonom.
– Bergantian setiap 2.5-4 jam.
FUNGSI RESPIRASI
PENGATUR KONDISI UDARA

– Udara dihumidifikasi oleh palut lendir. Pada musim panas, udara hampir jenuh
oleh uap air, sehingga terjadi sedikit penguapan udara inspirasi oleh palut
lendir, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya. Humidifikasi
dapat terjadi karena adanya sekret dari kelenjar mukus dan serosa. Kelembapan
udara dapat diatur hingga 75% atau lebih.
– Suhu udara diatur menjadi 37 derajat celcius, ini terjadi karena banyaknya
pembuluh darah di bawah epitel dan permukaan konka dan septum yang luas,
terutama pada daerah konka inferior dan media. Total area konka dan septum
sekitar 160 cm2.
PENGATUR KONDISI UDARA
PENGATUR KONDISI UDARA
PELINDUNG SALURAN NAFAS
BAWAH
– Filtrasi : partikel kasar (>3 um) difiltrasi vibrissae, partikel halus (0.5-3 um) melekat
pada palut lendir, partikel < 0.5 um dapat langsung masuk ke saluran nafas bawah
– Mekanisme mukosiliar : sel goblet, kelenjar mucus dan serosa menghasilkan secret
berupa lender yang menyelimuti mukosa dan dikenal sebagai mucous blanket /
palut lendir.
– Terdiri dari dua lapis :
– Permukaan : mucus (kental)/ GEL
– Bawah : serosa (cair)/ SOL
– Partikel yang tertangkap dialirkan melalui nasofaring ke faring.
PELINDUNG SALURAN NAFAS
BAWAH
– Palut lendir digerakkan oleh silia. Pada suhu ruangan, silia bergerak 10-20 kali
per detik.
– Gerakan silia terbagi dua :
– Effective/propulsive stroke : Gerakan kuat,cepat, silia mencapai lapisan atas (mucus)
untuk mendorong mucus ke belakang
– Recovery stroke : silia mengendur, gerak kembali lambat, silia hanya mencapai lapisan
bawah (serosa) saja
– Dalam rongga hidung, mucus didorong ke arah nasofaring, sementara di sinus
paranasal mucus dialirkan ke arah ostium sinus.
PELINDUNG SALURAN NAFAS
BAWAH
PELINDUNG SALURAN NAFAS
BAWAH
PELINDUNG SALURAN NAFAS
BAWAH
PELINDUNG SALURAN NAFAS
BAWAH
Kandungan secret hidung :
- Lisozim : menghancurkan bakteri yang tidak berkapsul dan virus
- Lactoferrin : mengikat ion logam divalent sehingga menghambat pertumbuhan bakteri, terutama
staphylococcus dan pseudomonas
- Antiprotease : membantu melindungi jaringan dari kerusakan akibat infeksi. Contoh : alpha-antitrypsin
- Komplemen : memicu proses lisis mikroorganisme, meningkatkan fungsi neutrophil. Contoh : C3
- Lipid
- Ion
- Air
- Immunoglobulin (IgA2, IgE) dan interferon : imunitas untuk melawan infeksi
PELINDUNG SALURAN NAFAS
BAWAH
– pH secret hidung : 7.
– Silia dan lisozim akan bekerja paling efektif pada kadar ph 7.
– Perubahan pH akan menyebabkan gangguan fungsi silia dan lisozim.
– Perubahan pH secret hidung : infeksi, penggunaan obat tetes hidung.
PELINDUNG SALURAN NAFAS
BAWAH
– Partikel yang terhirup bersama udara akan disaring oleh rambut pada
vestibulum nasi, silia, dan palut lendir. Partikel akan dikeluarkan dengan refleks
bersin.
FUNGSI PENGHIDU

– Mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga
bagian atas septum berfungsi sebagai penghidu dan pengecap.
– Partikel bau (odoran) dapat mencapai daerah penghidu dengan cara difusi
dengan palut lendir atau bila terjadi penarikan nafas yang kuat.
– Odoran akan berikatan dengan reseptor n.olfaktorius  menyebabkan adanya
impuls yang diteruskan ke fila olfaktorius  bulbus olfaktorius di korteks
serebri.
– Fungsi hidung untuk membantu indra pencecap adalah untuk membedakan
rasa manis dan asam yang berasal dari berbagai macam bahan.
FUNGSI PENGHIDU
FUNGSI PENGHIDU
FUNGSI PENGHIDU
FUNGSI FONETIK

– Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara. Sumbatan hidung akan
menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara
sengau (rinolalia).
– Kata dibentuk oleh lidah, bibir dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan
nasal (M/N/NG) rongga mulut tertutup dan hidung terbuka serta palatum mole
turun untuk aliran udara.
– Sumbatan pada hidung atau nasofaring akan menyebabkan denasal , di mana
konsonan nasal (M/N/NG) berubah menjadi B/D/G.
FUNGSI FONETIK
REFLEKS NASAL

– Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran


cerna, kardiologi, vaskuler dan pernapasan.
– Bau makanan yang sedap akan menimbulkan refleks sekresi saliva dan getah
lambung.
– Iritasi mukosa hidung dapat menyebabkan refleks bersin dan nafas berhenti.
– Obstruksi hidung akan menyebabkan peningkatan tahanan paru, dan bila
obstruksi dihilangkan tahanan paru turut berkurang.
– Pada pemasangan tampon, dapat terjadi reflex penurunan pO2, yang akan
normal kembali setelah tampon diangkat.
SINUS PARANASAL

– Pengatur kondisi udara (melembapkan,


menghangatkan)
– Membantu keseimbangan kepala
– Membantu menguatkan resonansi suara
– Peredam perubahan tekanan udara di dalam
rongga hidung
– Membantu produksi mucus
– Membantu sistem pertahanan imunologis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai