Anda di halaman 1dari 156

SINOPSIS PEMBINAAN KARIR

JABATAN FUNGSIONAL
PAMONG BELAJAR & PENILIK

Direktorat Guru PAUD dan Dikmas


Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Kompleks Kemendikbud Gd. D Lantai 13
Jl. Jend. Suidrman-Senayan Jakarta
SUBSTANSI…..
1. PERSPEKTIF JABATAN FUNGSIONAL (5)

2. SURAT KEPALA BKN ttg


Pengangkatan, Pemberhentian Sementara,dan
Pemberhentian PNS dari Jabatan Fungsional (11)

3. DASAR PELAKSANAAN TUGAS


JF PENILIK & PAMONG BELAJAR (22)

4. PERSYARATAN MENJADI PENILIK & PB (28)

5. PERENCANAAN KEBUTUHAN JF
PENILIK & PAMONG BELAJAR (37)
6. TUGAS POKOK, JENIS, UNSUR DAN
SUB UNSUR KEGIATAN PENILIK & PAMONG BELAJAR (46)
7. JENJANG JABATAN
PENILIK & PAMONG BELAJAR (57)

8. DIKLAT FUNGSIONAL (61)

9. UJI KOMPETENSI (64)

10. BATAS USIA PENSIUN (BUP) (67)

11. TUNJANGAN FUNGSIONAL (77)

12. PENGHITUNGAN BEBAN KERJA (85)


13. PEMBEBASAN SEMENTARA
PENILIK & PAMONG BELAJAR (92)

14. PENILAIAN ANGKA KREDIT (99)

15. IMPLEMENTASI
PERMENPAN NO. 13 TAHUN 2019 (113)

16. JKK / JKM (132)


1. PERSPEKTIF JABATAN FUNGSIONAL
KEDEPAN
KRITERIA JABATAN FUNGSIONAL
• fungsi dan tugasnya berkaitan dengan pelaksanaan fungsi
1 dan tugas Instansi Pemerintah

• mensyaratkan keahlian atau keterampilan tertentu yang


2 dibuktikan dengan sertifikasi dan/atau penilaian tertentu

• dapat disusun dalam suatu jenjang Jabatan berdasarkan


3 tingkat kesulitan dan kompetensi

• pelaksanaan tugas yang bersifat mandiri dalam


4 menjalankan tugas profesinya

• kegiatannya dapat diukur dengan satuan nilai atau


akumulasi nilai butir-butir kegiatan dalam bentuk
5 angka kredit 05/11/2022
PERSPEKTIF PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Kedudukan dalam organisasi jelas

Tugas terstruktur dan berjenjang

Kemandirian dalam tugas diakui

Pengembangan sistem kompensasi

Pembentukan nilai melalui etika profesi

Kepangkatan tidak terbatas pada jenjang pendidikan


seperti halnya jabatan fungsional umum

Bisa melampaui pangkat atasan langsung

Tidak perlu ujian dinas untuk setiap kenaikan golongan

Bisa naik pangkat setiap 2 tahun

Kelas jabatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan JFU


64
PERMASALAHAN JABATAN FUNGSIONAL

• PNS kurang tertarik menduduki jabatan fungsional


.

• Tunjangan jabatan fungsional dirasakan kurang memadai


. dibanding dengan jabatanstruktural

• Kewenangan yang ada pada jabatan struktural dianggap cukup


. besar dan memiliki prestise dibanding jabatan fungsional

• Diklat penjenjangan jabatan fungsional belum jelas


.

• Masih dipandang sbg jabatan alternatif


.

• Dinamika sekedar utk memperpanjang BUP


.

Belum kuatnya komitmen pimpinan dalam mengembangkan


• jabatan fungsional
.

65
MENGAPA PERLU PAMONG BELAJAR ?

Kebutuhan belajar masyarakat tidak hanya dapat


1 dilayani melalui jalur pendidikan formal;

Beragamnya sasaran dan program pendidikan


2 nonformal;
Tingginya dinamika perkembangan ilmu
3
pengetahuan dan teknologi.

Perlu solusi cepat dalam mengatasi masalah


4
sosial dimasyarakat.
Diperlukan pendidik plus yang tidak hanya
5 mengajar tetapi juga mampu mengembangkan
program pembelajaran.
MENGAPA PERLU PENILIK
SBG PENGENDALI MUTU ?

1 Mutu pendidikan sebagai prioritas kebutuhan


pembangunan sektor pendidikan

2 Mutu pendidikan yang tinggi lahir dari


satuan pendidikan yang berkualitas
3 Mutu pendidikan yang meningkat akan
meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara

4 Mutu merupakan urusan bersama.

5 Kebijakan pendidikan yang terus


berkembang
2. SURAT KEPALA BKN ttg
Pengangkatan, Pemberhentian Sementara,dan
Pemberhentian PNS dari Jabatan Fungsional
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

NOMOR : K.26-30/V.1-1/99 Jakarta, 2 Januari 2015


Sifat : Penting
Lampiran : -
Perihal : Pengangkatan, Pemberhentian Sementara,
 dan Pemberhentian PNS dari Jabatan
 Fungsional

Kepada
Yth. 1. Semua Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat
2. Semua Pejabat Pembina Kepegawaian Provinsi
3. Semua Pejabat Pembina Kepegawaian Kab/Kota
di
Tempat
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

1. Berkenaan dengan banyaknya permasalahan yang berkaitan


dengan pengangkatan, pemberhentian sementara, dan pemberhentian
PNS dari jabatan fungsional, dapat kami sampaikan hal-hal sebagai
berikut:

A. Ketentuan mengenai persyaratan pengangkatan, pemberhentian


sementara, dan pemberhentian PNS dari jabatan fungsional diatur
dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi dan Peraturan Bersama antara Pimpinan
Instansi Pembina Jabatan Fungsional dengan Kepala Badan
Kepegawaian Negara.
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

B. Dalam Pelaksanaannya masih ditemukan banyaknya


pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional tidak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

C. Disamping itu masih banyak Pejabat Pembina Kepegawaian yang


tidak membebaskan sementara dan memberhentikan PNS dari
jabatan fungsional apabila PNS tersebut tidak dapat memenuhi
angka kredit yang ditentukan dalam jangka waktu tertentu.
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

2. Sehubungan dengan hal tersebut agar semua Pejabat Pembina


Kepegawaian melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya
dalam pengangkatan, kepangkatan, pemberhentian sementara, dan
pemberhentian PNS dari jabatan fungsional. Apabila hal tersebut
tidak dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dengan
pertimbangan agar PNS tersebut tidak dirugikan karir dan hak
kepegawaiannya, maka Kepala Badan Kepegawaian Negara akan
menetapkan kenaikan pangkat, pemberhentian, dan pemberian
pensiun PNS yang menduduki jabatan fungsional sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

3. Apabila pengangkatan, pemberhentian sementara, dan


pemberhentian PNS dari jabatan fungsional yang dilakukan
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
mengakibatkan kerugian keuangan negara serta bukan
karena kesalahan PNS yang bersangkutan, maka Pejabat
Pembina Kepegawaian bertanggungjawab untuk
mengembalikan kerugian keuangan negara tersebut kepada
kas negara.
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

4. Demikan untuk diketahui dan dilaksanakan dengan sebaik-


baiknya
Kepala
Badan Kepegawaian Negara,

Eko sutrisno
Tembusan Yth :
1. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,
2. Menteri Keuangan:
3. Semua Deputi di Lingkungan Badan Kepegawaian Negara; dan
4. Semua Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara.
CEK STATUS KEPEGAWAIAN

mysapkbkn
3. DASAR PELAKSANAAN TUGAS
JABATAN FUNGSIONAL
PENILIK&PAMONG BELAJAR
DASAR PELAKSANAAN TUGAS JABATAN
FUNGSIONAL PENILIK & PAMONG BELAJAR
1. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2010 tentang Jabatan
Fungsional Penilik dan Angka Kreditnya, ditandatangani pada
tanggal 6 Juli 2010.

2. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara


dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya,
ditandatangani pada tanggal 6 Juli 2010.
DASAR PELAKSANAAN TUGAS JABATAN
FUNGSIONAL PAMONG BELAJAR
3. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 02/III/PB/2011 dan Nomor 7 Tahun
2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penilik dan
Angka Kreditnya, ditandatangani pada tanggal 24 Maret 2011.
4. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 03/III/PB/2011 dan Nomor 8 Tahun
2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pamong
Belajar dan Angka Kreditnya, ditandatangani pada tanggal 24
Maret 2011.
DASAR PELAKSANAAN TUGAS JABATAN
FUNGSIONAL PAMONG BELAJAR

5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 38


Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Penilik dan Angka Kreditnya, ditandatangani pada
tanggal 21 Maret 2013.

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 39


Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya,
ditandatangani pada tanggal 21 Maret 2013.
Permendikbud No. 4 Th 2016
ttg Pedoman Alih Fungsi SKB Menjadi
Satuan Pendidikan Nonformal Sejenis

Sanggar Kegiatan Belajar atau sebutan


lainnya selanjutnya disebut SKB adalah
unit pelaksana teknis daerah
kabupaten/kota.
PERMENDIKBUD NO. 4 TAHUN 2016 PASAL 3 (VERSI 3 FUNGSI)
DALAM MELAKSANAKAN TUGAS SEBAGAIMANA DIMAKSUD
PADA AYAT (1), SKB MENYELENGGARAKAN FUNGSI:
(DITETAPKAN TGL 18 FEBRUARI 2016 DAN DIUNDANGKAN
TGL 1 MARET 2016)

Pelayanan
pendidikan
nonformal

Pelaksanaan hubungan
kerjasama dengan orang
tua peserta didik dan
masyaraka

Pelaksanaan administrasi pada


SKB.
4. PERSYARATAN MENJADI
PENILIK & PAMONG BELAJAR
PERSYARATAN MENJADI
PAMONG BELAJAR
BAB VIII
PENGANGKATAN DALAM JABATAN
PAMONG BELAJAR

Pasal 25
(1) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali
dalam jabatan Pamong Belajar harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. Berijazah paling rendah S1/D-IV sesuai dengan
kualifikasi pendidikan bidang kependidikan yang
ditentukan;
b. Pangkat paling rendah Penata Muda, golongan ruang
III/a; dan
c. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) paling
rendah bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
BAB VIII
PENGANGKATAN DALAM JABATAN PAMONG BELAJAR

Pasal 27
(1) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dari jabatan lain ke dalam jabatan
Pamong Belajar dapat dipertimbangkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1)
dan Pasal 26;
b. Memiliki pengalaman di bidang pendidikan paling kurang 2 (dua)
tahun;
c. Telah mengikuti dan lulus diklat fungsional Pamong Belajar; dan
d. Usia paling tinggi 50 (lima puluh) tahun.
(2) Pangkat yang ditetapkan bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah sama dengan pangkat terakhir yang
dimilikinya dan jenjang jabatan ditetapkan sesuai dengan jumlah angka
kredit yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan
angka kredit.
(3) Jumlah angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dari unsur utama dan unsur penunjang.
PERSYARATAN MENJADI
PENILIK
BAB. VIII
PENGANGKATAN DALAM JABATAN PENILIK

Pasal 26
(1) Persyaratan untuk dapat diangkat dalam jabatan Penilik sebagai
berikut:
a. Berstatus sebagai pamong belajar/pamong atau jabatan sejenis di
lingkungan pendidikan nonformal dan informal sekurang-
kurangnya
5 (lima) tahun, atau pernah menjadi pengawas satuan pendidikan
formal;
b. Berijazah paling rendah S1/D-IV sesuai dengan kualifikasi
pendidikan bidang kependidikan yang ditentukan;
c. Pangkat paling rendah Penata Muda Tingkat I, golongan ruang
III/b;
KARIR
d. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) paling kurang bernilai baik
dalam 1 (satu) tahun terakhir; dan
e. Lulus seleksi sebagai penilik.

KINERJA
BAB. VIII
PENGANGKATAN DALAM JABATAN PENILIK

(2) Pengangkatan dalam jabatan Penilik dari jabatan


pamong belajar, jabatan pengawas sekolah dan jabatan
Guru, berusia paling tinggi 54 tahun.

(3) Pengangkatan dalam jabatan Penilik dari jabatan


sejenis di lingkungan pendidikan nonformal dan
informal, berusia paling tinggi 50 tahun.
KARIR
(4) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling lama 2 (dua) tahun setelah
diangkat harus mengikuti dan lulus diklat fungsional
Penilik

KINERJA
BAB. VIII
PENGANGKATAN DALAM JABATAN PENILIK

(5) Penetapan jabatan fungsional Penilik sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) ditetapkan berdasarkan angka kredit yang diperoleh dari
unsur utama dan unsur penunjang setelah ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang menetapkan angka kredit.

(6) Pamong belajar/pamong atau jabatan sejenis di lingkungan


pendidikan nonformal dan informal atau pengawas satuan
pendidikan formal yang diangkat dalam jabatan fungsional Penilik
menggunakan angka kredit terakhir yang dimiliki sebagai dasar
KARIR penetapan jenjang jabatan fungsional Penilik.

(7) Diklat fungsional Penilik sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


ditetapkan lebih lanjut oleh Instansi Pembina.

KINERJA
BAB. VIII
PENGANGKATAN DALAM JABATAN PENILIK
Pasal 27
(1) Di samping persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26, pengangkatan Pegawai Negeri
Sipil dalam jabatan Penilik dilaksanakan sesuai
formasi jabatan Penilik yang ditetapkan oleh Kepala
Daerah masing-masing setelah mendapat
persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung
jawab di bidang Pendayagunaan Aparatur Negara
berdasarkan pertimbangan Kepala Badan
KARIR Kepegawaian Negara.

(2) Formasi jabatan fungsional Penilik sebagaimana


dimaksud ayat (1) ditetapkan satu kecamatan paling
kurang 3 (tiga) orang paling banyak 12 (dua belas)
orang.
KINERJA
5. PERENCANAAN KEBUTUHAN JF
PENILIK & PAMONG BELAJAR
USUL PERENCANAAN KEBUTUHAN
JF PENILIK & PB SKB
Dalam rangka perencanaan kebutuhan Jabatan Fungsional Penilik & Pamong
Belajar, setiap Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib menyampaikan
perencanaan kebutuhan kedua jabatan fungsional tersebut kepada Kemenpan RB
dengan terlebih dahulu meminta rekomendasi kepada Biro SDM Kemendikbud,
Riset dan Teknologi (selaku Instansi Pembina JF Penilik dan PB SKB).

Perencanaan kebutuhan yang telah disetujui Kemenpan RB ini akan dijadikan dasar
Pemda Kabupaten/Kota untuk melakukan pengangkatan JF Penilik & PB SKB baik
pengangkatan pertama, perpindahan dari jabatan lain maupun pengangkatan PPPK
USUL PERENCANAAN KEBUTUHAN
JF PENILIK & PB SKB
Usul perencanaan kebutuhan JF Peniik dan PB, sekurang-kurangnya memuat:
a. Proyeksi pemenuhan kebutuhan s.d. 5 tahun kedepan;
b. Dihitung jumlah JF saat ini per jenjang jabatan
c. Jumlah JF yang diperlukan per jenjang jabatan
d. Dihitung jumlah total yang diperlukan
e. Diklasifikasikan beradasarkan status kepegawaian (PNS dan PPPK)
f. Dasar penghitungan kebutuhan JF PB SKB mengacu kepada: Permendikbud No. 31 Tahun 2017
tentang Pedoman Formasi Jabatan Fungsional PB
g. Dasar penghitungan kebutuhan JF Penilik sedang dalam proses penetapan
RUMUS PENGHITUNGAN KEBUTUHAN JF
PENILIK & PB SKB PERJENJANG JABATAN

Rumus Penghitungan Kebutuhan PB SKB Per Jenjang Jabatan:


TFPB = ∑w/WKE
TFPB = total formasi per jenjang jabatan
= Jumlah waktu efektif penyelesaian kegiatan dalam 1 (satu) tahun
= Jam Kerja Efektif selama 1 (satu) tahun (1.250 jam)

Rumus Penghitungan Kebutuhan Penilik Per Jenjang Jabatan:


TFp =
TFp = total Kebutuhan Jabatan Fungsional Penilik dalam
jenjang jabatan
∑W = Jumlah waktu efektif penyelesaian kegiatan dalam 1 (satu) tahun
WKE = Jam Kerja Efektif selama 1 (satu) tahun (1.250 jam)
PERMOHONAN REKOMENDASI
PENGANGKATAN JF PENILIK & PB SKB
Pemerintah Daerah yang akan melakukan pengangkatan JF Penilik & PB
SKB melalui perpindahan dari jabatan lain (fungsional atau struktural) dan
setelah dilakukan seleksi sesuai ketentuan yang ada, maka Pemerintah Daerah
WAJIB meminta rekomendasi kepada Kemendikbud, Riset dan Teknologi Up.
Direktur GTK PAUD (selaku Pembina Teknis JF Penilik&PB SKB) atas nama-
nama PNS yang akan diangkat dalam JF Penilik/PB SKB.
Dasar kebijakan ini, Surat Menteri PAN RB No. B/528/M.SM.01.00/2018
tanggal 15 Oktober 2018 perihal Mekanisme Pengangkatan PNS Dalam
Jabatan Fungsional.
PERMOHONAN REKOMENDASI MEMUAT:

1.Data PNS yang akan diangkat dalam JF Penilik/PB SKB,


diantaranya:
a. Nama lengkap
b. NIP
c. Pangkat/Golongan
d. Tanggal, bulan dan tahun lahir
e. Jabatan lama
f. Proyeksi jenjang jabatan yang akan diduduki
g. Proyeksi angka kredit yang akan diberikan
2. Penjelasan mekanisme seleksi yang telah dilakukan
3. Lampiran Surat Persetujuan Perencanaan Kebutuhan yang
dikeluarkan oleh Kemenpan RB.
SURAT MENPAN RB MEKANISME
PENGANGKATAN PNS DALAM JF
6. TUGAS POKOK, JENIS, UNSUR DAN
SUB UNSUR KEGIATAN
PENILIK & PAMONG BELAJAR
BAB II
RUMPUN JABATAN, KEDUDUKAN, DAN TUGAS POKOK

Pasal 4
(1) Tugas pokok Pamong Belajar adalah
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, mengkaji program,
dan mengembangkan model di bidang PNFI.

(2) Beban kerja Pamong Belajar untuk melaksanakan


kegiatan belajar mengajar, mengkaji program, dan
mengembangkan model di bidang PNFI sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit 24 (dua puluh
empat) jam dalam 1 (satu) minggu.
KETERKAITAN TUGAS POKOK PB

KEGIATAN
MENGKAJI MENGEMBANG
BELAJAR
PROGRAM KAN MODEL
MENGAJAR
SIKLUS TUGAS PAMONG
BELAJAR

KEGIATAN
BELAJAR
MENGAJAR

PENGEMBA PENGKAJIA
NGAN N PROGRAM
MODEL
UNSUR DAN SUBUNSUR KEGIATAN PB
A 1. Pendidikan Sekolah
U
PENDIDIKAN 2. Diklat Fungsional Penilik
N
S
1. Perencanaan U
B R
KBM 2. Pelaksanaan
3. Penilaian
U
C T
1. Persiapan
PENGKAJIAN A
M
2. Pelaksanaan
A
D 3. Rancangan Model
PENGEMBANGAN MODEL 4. Pelaksanaan Pengb. Model 8
0
1. KT/KTI,
E 2. Penerjemahan
%
PENGEMBANGAN PROFESI 3. Peny pedom/juklak/juknis,
4. Juara LKI
F UNSUR
1. KBM, 2. Seminar/lokakarya
PENUNJANG 3. Penerbitan, 4. Studi B, 5. TPAK
PENUNJ
(20%)

6. T.Jasa, 7. OP, 8. Kesarj lainya


PERMENPAN DAN RB NO. 15 Tahun 2010
ANGKA KREDIT UNSUR PENGEMBANGAN PROFESI

III/b-III/c III/c-III/d III/d-IV/a IV/a-IV/b IV/b-IV/c IV/dc-IV/

4 6 8 10 12 14
TUGAS POKOK, JENIS, UNSUR DAN
SUB UNSUR KEGIATAN PENILIK
TUGAS POKOK PENILIK

Perencanaan

Pemantauan
PENGENDALIAN Penilaian
MUTU
TUGAS Pembimbingan

PROGRAM Pelaporan
POKOK PAUDNI
KARIR
PENILIK Perancangan

Instrumen
EVALUASI
DAMPAK Pelaporan

Presentasi Hasil

KINERJA PERENPAN DAN RB NO. 14 Tahun 2010 BAB. II, Pasal 4


JENIS JABATAN FUNGSIONAL
PENILIK

PENILIK
PAUD

PENILIK
JENIS PEND. KEAKS
PENILIK & KESET
KARIR

PENILIK
KURSUS

KINERJA PERENPAN DAN RB NO. 14 Tahun 2010 BAB. II, Pasal 5


UNSUR DAN SUBUNSUR KEGIATAN PENILIK
A 1. Pendidikan Sekolah
U
PENDIDIKAN 2. Diklat Fungsional Penilik
N
1. Perencanaan Prog. PM PNFI S
2. Pemantauan Prog.PNFI
U
B R
3. Penilaian Prog.PNFI
PENGENDALIAN MUTU 4. Pembimb & Pemb. PTK-PNF
U
5. Pelaporan Hasil PM
T
1. Peny. Rancangan A
C M
2. Peny. Instrumen
EVALUASI DAMPAK 3. Peny. Laporan A
4. Presentasi Hasil
8
D 1. KT/KTI, 0
2. Penerjemahan %
PENGEMBANGAN PROFESI 3. Peny pedom/juklak/juknis,
4. Juara LKI
E 1. KBM, 2. Seminar/lokakarya UNSUR
PENUNJANG 3. Penerbitan, 4. Studi B, 5. TPAK
PENUNJ
(20%)
6. T.Jasa, 7. OP, 8. Kesarj lainya
PERMENPAN DAN RB NO. 14 Tahun 2010 , BAB. IV, Pasal 7
ANGKA KREDIT UNSUR PENGEMBANGAN PROFESI

III/b-III/c III/c-III/d III/d-IV/a IV/a-IV/b IV/b-IV/c IV/c-IV/d

4 6 8 10 12 14
7. JENJANG JABATAN
PENILIK & PAMONG BELAJAR
BAB V
JENJANG JABATAN DAN PANGKAT

Pasal 7
(1) Jabatan fungsional Penilik adalah
jabatan tingkat keahlian.
(2) Jenjang jabatan Penilik dari yang
paling rendah sampai dengan yang paling
tinggi, yaitu:
a. Penilik Ahli Pertama;
b. Penilik Ahli Muda;
c. Penilik Ahli Madya; dan
d. Penilik Ahli Utama.
BAB V
JENJANG JABATAN DAN PANGKAT

Pasal 7
(1) Jabatan fungsional Pamong Belajar adalah
jabatan tingkat keahlian.
(2) Jenjang jabatan Pamong Belajar dari yang
paling rendah sampai dengan yang paling
tinggi, yaitu:
a. PB Ahli Pertama;
b. PB Ahli Muda; dan
c. PB Ahli Madya.
Jabatan, Pangkat dan Angka
Kredit
Utama UTAMA

Madya IV/d: 850

150
Madya
Muda
IV/c = 700 ak
IV/b = 550 ak 150
Muda IV/a = 400 ak
Pertama
III/d = 300 ak
100
Pertama III/c = 200 ak
III/b = 150 ak
III/a = 100 ak 50
8. DIKLAT FUNGSIONAL
BAB VIII
PENGANGKATAN DALAM JABATAN FUNGSIONAL
PENILIK

Pasal 26 ayat (4)

Pegawai Negeri Sipil yang diangkat


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
lama 2 (dua) tahun setelah diangkat harus
mengikuti dan lulus diklat fungsional Penilik.
BAB. VIII
PENGANGKATAN DALAM JABATAN PENILIK

(2) Pengangkatan dalam jabatan Penilik dari jabatan


pamong belajar, jabatan pengawas sekolah dan jabatan
Guru, berusia paling tinggi 54 tahun.

(3) Pengangkatan dalam jabatan Penilik dari jabatan


sejenis di lingkungan pendidikan nonformal dan
informal, berusia paling tinggi 50 tahun.
KARIR
(4) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling lama 2 (dua) tahun setelah
diangkat harus mengikuti dan lulus diklat fungsional
Penilik

KINERJA
9. UJI KOMPETENSI
BAB V
JENJANG JABATAN DAN PANGKAT

Pasal 8 ayat (6)

Setiap kenaikan jenjang jabatan Penilik


harus lulus uji kompetensi
BAB V
JENJANG JABATAN DAN PANGKAT

(4) Jenjang pangkat dan jabatan Pamong Belajar


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berdasarkan jumlah
angka kredit yang dimiliki untuk masing-masing jenjang
jabatan.
(5) Penetapan jenjang jabatan Pamong Belajar untuk
pengangkatan dalam jabatan ditetapkan berdasarkan
jumlah angka kredit yang dimiliki setelah ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit,
sehingga dimungkinkan pangkat dan jabatan tidak sesuai
dengan pangkat dan jabatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3).
(6) Setiap kenaikan jenjang jabatan Pamong Belajar harus
lulus uji kompetensi.
(7) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) di
atur lebih lanjut oleh Instansi Pembina.
10. BATAS USIA PENSIUN (BUP)
PERATURAN PEMERINTAH NO. 21 TAHUN 2014
Tentang PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MENCAPAI
BATAS USIA PENSIUN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL
(sudah tdk berlaku lagi sejak 7 April 2017 Pasal 362 PP11 th 2017)

Pasal 2
(1) PNS yang menduduki jabatan fungsional yang telah mencapai BUP
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS .
(2) BUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu:
a. 58 tahun bagi Pejabat Fungsional Ahli Muda dan Ahli Pertama serta
Pejabat Fungsional Keterampilan;
b. 60 tahun bagi PNS yang memangku:
1) Jabatan Fungsional Ahli Utama dan Ahli Madya;
2) Jabatan Fungsional Apoteker;
3) …..
7) Jabatan Fungsional Penilik
8) …..
10) Jabatan Fungsional lain yang ditetapkan oleh Presiden.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 tentang
Pemberhentian PNS yang mencapai BUP bagi Pejabat
Fungsional

 PNS yang menduduki jabatan fungsional yang telah


mencapai BUP diberhentikan dengan hormat sebagai PNS
 BUP sebagaimana dimaksud yaitu:
 58 tahun bagi Pejabat Fungsional Ahli Muda dan Ahli
Pertama serta Pejabat Fungsional Keterampilan
 60 tahun bagi PNS yang memangku :
 Jabatan Fungsional Ahli Utama dan Ahli Madya
 Jabatan Fungsional Penilik
Surat Edaran Kepala BKN
No. K.26-30/V.105-2/99 Tanggal 15 Sept. 2017
Perihal : BUP bagi PNS yang Menduduki Jabatan Fungsional

Berdasarkan PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS,


Pasal 239, Pasal 240 dan Pasal 355, ditentukan bahwa:
a. PNS yang telah mencapai BUP diberhentikan dengan hormat
sebagai PNS.
b. BUP sebagaimana dimaksud pada huruf a, yaitu:
1) 58 tahun bagi pejabat administrasi, pejabat fungsional ahli
muda, pejabat fungsional ahli pertama, dan pejabat
fungsional keterampilan;
2) 60 tahun bagi pejabat pimpinan tinggi dan pejabat
fungsional madya, dan
3) 65 tahun bagi PNS yang memangku pejabat fungsional ahli
utama.
Surat Edaran Kepala BKN
No. K.26-30/V.105-2/99 Tanggal 15 Sept. 2017
Perihal : BUP bagi PNS yang Menduduki Jabatan Fungsional
Lanjutan……

c. BUP bagi PNS yang menduduki JF yang ditentukan dalam


undang-undang, berlaku ketentuan sesuai dengan BUP yang
ditetapkan dalam undang-undang yang bersangkutan.

d. PNS yang berusia diatas 60 tahun dan sedang menduduki JF


ahli madya, yang sebelum PP ini mulai berlaku BUP nya
ditetapkan 65 tahun, BUP nya tetap 65 tahun.

e. PNS yang berusia diatas 58 tahun dan sedang menduduki JF


ahli pertama, JF ahli muda, dan JF penyelia, yang sebelum PP
ini mulai berlaku BUP nya ditetapkan 60 tahun, BUP nya tetap
60 tahun.
Surat Edaran Kepala BKN
No. K.26-30/V.105-2/99 Tanggal 15 Sept. 2017
Perihal : BUP bagi PNS yang Menduduki Jabatan Fungsional
Lanjutan …….

No. Usia (Lahir) Jenjang Kebijakan


Lama Sekarang
1. 60 tahun (7 April 1957) / Madya 65 tahun 60 tahun
< 60 tahun (< 7 April 2017)

2. > 60 tahun (> 7 April 1957) Madya 65 tahun 65 tahun

3. 58 tahun (7 April 1959) Pertama 60 tahun 58 tahun


< 58 tahun (> 7 April 1959) Muda
Penyelia

4. > 58 tahun (< 7 April 1959) Pertama 60 tahun 60 tahun


Muda
Penyelia

5. > April 1957 Utama 60 tahun 65 tahun


Surat Edaran Kepala BKN
No. K.26-30/V.105-2/99 Tanggal 15 Sept. 2017
Perihal : BUP bagi PNS yang Menduduki Jabatan Fungsional
Lanjutan …….

 Dalam hal PNS sebagaimana dimaksud dalam tabel


pada angka 1 dan 3, telah mencapai BUP 60 tahun
atau 58 tahun, agar segera menyampaikan usul
pemberhentian dan pemberian pensiun kepala
BKN/Kanreg BKN.

 Apabila BUP nya ditetapkan 65 tahun dan saat ini


sudah berusia 60 tahun, tetapi tidak bersedia lagi
melaksanakan tugas maka keputusan pemberhentian
dan pemberian kenaikan pangkat pengabdiannya
yang sudah ditetapkan tetap berlaku.
Surat Edaran Kepala BKN
No. K.26-30/V.105-2/99 Tanggal 15 Sept. 2017
Perihal : BUP bagi PNS yang Menduduki Jabatan Fungsional

KESIMPULAN :
1. Penilik Pertama dan Muda :
a. Pada tgl 7 April 2017 berusia belum 58 tahun =
BUP 58 tahun
b. Penilik pada tgl 7 April 2017 berusia lebih dari
58 tahun = BUP 60 tahun
2. Penilik dan PB Madya : BUP 60 tahun
3. Penilik Utama : BUP 65 tahun
11. TUNJANGAN FUNGSIONAL
BESARAN TUNJANGAN FUNGSIONAL PENILIK DAN PAMONG
BELAJAR BERDASARKAN PERPRES NO 72 TAHUN 2013 TTG
TUNJANGAN FUNGSIONAL PENILIK DAN PAMONG BELAJAR

Besar Tunjangan Fungsional (Peraturan


Presiden No. 72 Th 2013)
No Jenjang Jabatan

Pamong Belajar Penilik


01 Penilik Pertama 500.000 520,000
02 Penilik Muda 750.000 800,000
03 Penilik Madya 1.000.000 1,100,000
04 Penilik Utama  - 1,300,000
Surat Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi
No. S-194/SJ.6/2014 tgl 21 Maret 2014

1. Penjelasan lebih lanjut dari pasal 6 Perpres No. 72 Tahun


2013 telah diakomodir dalam Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

2. Telah dikeluarkan surat Dirjen Perbendaharaan Nomor SE-


17/PB/2014 tentang Pelaksanaan Peraturan Perpres No. 72
Th 2010 diantara isinya mencabut sebagian isi dari Surat
Edaran Dirjen Perbendaharaan No. SE-19/PB/2008 tentang
Tunjangan Tenaga Kependidikan. Artinya PB dan Penilik
tidak berhak lagi mendapatkan tunjangan kependidikan.
DASAR PERTIMBANGAN PEMBERIAN
TUNJANGAN FUNGSIONAL KEPADA
PAMONG BELAJAR DAN PENILIK

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 1994


SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH MENJADI PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL
BAB V TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL
PASAL 13 AYAT (1) DAN (2)
PASAL 13 AYAT (1)

KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG YANG TELAH


MENDUDUKI JABATAN FUNGSIONAL DAN TELAH
DITETAPKAN ANGKA KREDITNYA SEBAGAIMANA
DIMAKSUD PADA PASAL 4 DAN PASAL 5 DIBERIKAN
TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL
PASAL 13 AYAT (2)

BESARNYA TUNJANGAN FUNGSIONAL UNTUK SETIAP


RUMPUN JABATAN DITETAPKAN DENGAN KEPUTUSAN
PRESIDEN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 11 TAHUN
2017
TENTANG MANAJEMEN PNS

BAB XV KETENTUAN PENUTUP


“PASAL 362 ANGKA 6 BAHWA PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 1994
SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN 2010
TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI
NEGERI SIPIL”
DICABUT DAN DINYATAKAN TIDAK BERLAKU LAGI.
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 11 TAHUN
2017
TENTANG MANAJEMEN PNS

BAB IX PENGGAJIAN, TUNJANGAN, DAN


FASILITAS
PASAL 303 AYAT (1) PNS DIBERIKAN GAJI,
TUNJANGAN, DAN FASILITAS.
PASAL 303 AYAT (2) GAJI, TUNJANGAN, DAN
FASILITAS SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT
(1) DIATUR DENGAN PERATURAN PEMERINTAH.
12. PENGHITUNGAN BEBAN KERJA
JAM DAN HARI KERJA
(KEPPRES NO. 58 TAHUN 1964, JUNTO 24 TAHUN 1973 TENTANG JAM KERJA
NASIONAL, DAN KEPPRES NO. 68 TAHUN 1995 TENTANG HARI KERJA)

1. Jam kerja perminggu 37,5 jam


2. Jam kerja efektif adalah 70 % (26 jam)
3. Hari kerja perminggu 6 hari
4. Jam kerja efektif perhari 4,5 jam
5. Jumlah hari pertahun 365 hari
6. Jumlah hari efektif adalah 288 atau 287 hari
7. Jadi jumlah jam kerja efektif pertahun adalah 288 x 4,5 = 1250 jam
8. Jumlah jam kerja efektif selama 4 tahun adalah 4 x 1250 jam = 5000 jam
ANGKA KREDIT
KUMULATIF MINIMAL
1. Bagi Jafung Pertama adalah 50
2. Bagi Jafung Muda adalah 100
3. Bagi Jafung Madya adalah 150
4. Bagi Jafung Utama adalah 200
JENJANG JABATAN DAN PANGKAT PENILIK

JMLH AK Butir keg

PERTAMA PENATA MUDA Tk. I (III/b) 150 50


15

PENATA (III/c) 200


M U DA 100 16
PENATA TK. I (III/d) 300
PENILIK

PEMBINA (IV/a) 400


MAD YA 17
PEMBINA Tk. I (IV/b) 550 150
PEMBINA UTAMA MUDA (IV/c) 700

PEMBINA UTAMA MADYA (IV/d) 850


UTAMA
200 17
PEMBINA UTAMA (IV/e) 1000
NILAI ANGKA KREDIT
PERBUTIR/PERJAM
1. Bagi Jafung Pertama, 50/5000 = 0,01
2. Bagi Jafung Muda, 100/5000 = 0,02
3. Bagi Jafung Madya, 150/5000 = 0,03
4. Bagi Jafung Utama, 200/5000 = 0,04
Catatan:
Angka 5000 adalah jumlah jam kerja dalam
4 tahun (4 x 1250)
NILAI ANGKA KREDIT PERBUTIR/PERJAM =
KUMULATIF MINIMAL DIBAGI JAM KERJA EMPAT TAHUN
(NILAI KONSTANTA)

1. Bagi Jafung Pertama 50/5000 = 0,01


2. Bagi Jafung Muda 100/5000 = 0,02
3. Bagi Jafung Madya 150/5000 = 0,03
4. Bagi Jafung Utama 200/5000 = 0,04

1. 24 jam beban kerja bagi PB Pertama 0,01x24 = 0,24


2. 24 jam beban kerja bagi PB Muda 0,02x24 = 0,48
3. 24 jam beban kerja bagi PB Madya 0,03x24 = 0,72
NILAI ANGKA KREDIT PERBUTIR/PERJAM =
KUMULATIF MINIMAL : JAM KERJA EMPAT TAHUN
(NILAI KONSTANTA)

AK KUMULATIF MINIMAL PERTAHUN

PB PERTAMA 50/4 = 12,50


PB MUDA 100/4 = 25,00
PB MADYA 150/4 = 37,50

1. Bagi Jafung Pertama 50/5000 = 0,01


2. Bagi Jafung Muda 100/5000 = 0,02

3. Bagi Jafung Madya 150/5000 = 0,03


PEROLEHAN AK PERTAHUN
4. Bagi Jafung Utama 200/5000 = 0,04
-AK PB Pertama /Tahun 0,24x53 = 12,72
-AK PB Muda /Tahun 0,48x53 = 25,44
-AK PB Madya/Tahun 0,72x53 = 38,26

a. 24 jam beban kerja bagi PB Pertama 0,01 x 24 = 0,24


b. 24 jam beban kerja bagi PB Muda 0,02 x 24 = 0,48
c. 24 jam beban kerja bagi PBMadya 0,03 x 24 = 0,72
13. PEMBEBASAN SEMENTARA
PENILIK & PAMONG BELAJAR
BAB IX
PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI,
DAN PEMBERHENTIAN DARI JABATAN

Pasal 28
(1) Pamong Belajar Pertama, pangkat Penata Muda, golongan
ruang III/a sampai dengan Pamong Belajar Madya, pangkat Pembina
Tingkat I, golongan ruang IV/b dibebaskan sementara dari jabatannya,
apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diangkat dalam
jabatan/pangkat terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang
ditentukan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi.
(2) Pamong Belajar Madya, pangkat Pembina Utama Muda,
golongan ruang IV/c dibebaskan sementara dari
jabatannya apabila setiap tahun sejak diangkat dalam
pangkatnya tidak dapat mengumpulkan paling kurang 20
(dua puluh) angka kredit dari kegiatan tugas pokok dan
pengembangan profesi.
BAB IX
PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI,
DAN PEMBERHENTIAN DARI JABATAN

(3) Di samping pembebasan sementara sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Pamong Belajar
dibebaskan sementara dari jabatannya, apabila:
a. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat
berat berupa penurunan pangkat;
b. Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri
Sipil;
c. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan Pamong
Belajar;
d. Menjalani cuti di luar tanggungan negara kecuali untuk
persalinan ke empat dan seterusnya; atau
e. Tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan.
BAB IX
PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI,
DAN PEMBERHENTIAN DARI JABATAN

Pasal 29
(1) Pamong Belajar yang telah selesai menjalani pembebasan
sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dan ayat (2)
apabila telah mengumpulkan angka kredit yang ditentukan, diangkat
kembali dalam jabatan Pamong Belajar.
(2) Pamong Belajar yang telah selesai menjalani pembebasan
sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3)
huruf a, d, dan e, dapat diangkat kembali dalam jabatan
Pamong Belajar.
BAB IX
PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI,
DAN PEMBERHENTIAN DARI JABATAN

(3) Pamong Belajar yang dibebaskan sementara sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 28 ayat (3) huruf b, dapat diangkat kembali dalam
jabatan Pamong Belajar apabila berdasarkan keputusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dinyatakan tidak
bersalah atau dijatuhi hukuman pidana percobaan.
(4) Pamong Belajar yang dibebaskan sementara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (3) huruf c, dapat diangkat kembali ke dalam
Jabatan Pamong Belajar apabila berusia paling tinggi 54 (lima puluh
empat) tahun.
(5) Pengangkatan kembali dalam jabatan Pamong Belajar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), menggunakan angka kredit terakhir yang
dimiliki dan dapat ditambah angka kredit dari unsur utama dan unsur
penunjang tugas Pamong Belajar yang diperoleh selama
pembebasan sementara.
BAB IX
PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI,
DAN PEMBERHENTIAN DARI JABATAN

Pasal 30
Pamong Belajar diberhentikan dari jabatannya, apabila:
a. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan
sementara dari jabatannya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1) tidak dapat mengumpulkan angka kredit
yang ditentukan untuk kenaikan jenjang jabatan/pangkat
setingkat lebih tinggi;
b. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan
sementara dari jabatannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (2), tidak dapat mengumpulkan
angka kredit yang ditentukan; atau
c. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dan telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, kecuali
hukuman disiplin penurunan pangkat.
PEMBEBASAN SEMENTARA
PASAL 80 (PERMENPAN NO. 13 TAHUN 2019)

(1)Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, ketentuan


pembebasan sementara karena tidak memenuhi angka kredit dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
(2)Pejabat Fungsional yang dibebaskan sementara karena tidak memenuhi
angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan belu
ditetapkan keputusan pemberhentian dari JF, diangkat kembali dalam
JFnya sesuai dengan jenjang jabatannya.
14. PENILAIAN ANGKA KREDIT
BAB. VII
PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT

Pasal 17
(1) Untuk kelancaran penilaian dan penetapan angka
kredit, setiap Penilik wajib mencatat dan
menginventarisasi seluruh kegiatan yang dilakukan.
(2) Penilaian dan penetapan angka kredit terhadap setiap
Penilik dilakukan paling kurang 1 (satu) kali dalam
setahun.
(3) Penilaian dan penetapan angka kredit untuk
KARIR kenaikan pangkat Penilik dilakukan paling kurang 2
(dua) kali dalam 1 (satu) tahun yaitu 3 (tiga) bulan
sebelum periode kenaikan pangkat Pegawai Negeri
Sipil.

KINERJA PERMENPAN DAN RB NO. 14 Tahun 2010 BAB. VII, Pasal 17, ayat (1) ,(2) dan (3)
BAB. VII
PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT

(4) Syarat untuk menjadi anggota Tim Penilai adalah:


a. Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama
dengan jabatan/pangkat Penilik yang dinilai;
b. Memiliki keahlian serta mampu untuk menilai prestasi
kerja Penilik, dan
c. Dapat aktif melakukan penilaian.
(5) Apabila jumlah anggota Tim Penilai sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tidak dapat dipenuhi dari Penilik,
maka anggota Tim Penilai dapat diangkat dari Pegawai
KARIR Negeri Sipil yang memiliki kompetensi untuk menilai
prestasi kerja Penilik.
(6) Anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Penilik harus lulus
pendidikan dan pelatihan calon tim penilai dan mendapat
sertifikat dari Menteri Pendidikan Nasional.

KINERJA
PENILAIAN ANGKA KREDIT GTK
PAUD DAN DIKMAS

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah


mengatur urusan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Nonformal menjadi
kewenangan pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
Mengingat PP 9 tahun 2003 ttg wewenang pengangkatan, pemindahan,
dan pemberhentian PNS dan telah diubah dengan PP 63 tahun 2009
DINYATAKAN TIDAK BERLAKU LAGI, maka kenaikan pangkat dari
golongan III/d ke IV/a kemudian ke IV/b, menjadi kewenangan Direktorat
PGTK PAUD dan Dikmas;
Berkas usulan disampaikan kepada: Direktur GURU PAUD DAN
DIKMAS, Kompleks Kemendikbud Gedung D Lantai 13 Jl. Jend,
Sudirman Senayan-Jakarta.
PP NO. 9 TAHUN 2003
BAB III KENAIKAN PANGKAT

Pasal 7
(2) Gubernur menetapkan kenaikan pangkat PNS Daerah
Kabupaten/Kota dan PNS yang diperbantukan di lingkungan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk menjadi Pembina
golongan ruang IV/a dan Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b.

Pasal 8
(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota
menetapkan kenaikan pangkat PNS Daerah dan PNS yang
diperbantukan di lingkungannya untuk menjadi Juru Muda Tingkat
I golongan ruang I/b sampai dengan Penata Tingkat I golongan
ruang III/d.
WAKTU PENILAIAN &
PENYAMPAIAN BERKAS
Pelaksanaan penilaian dilakukan pada bulan Juni
untuk proses kenaikan pangkat bulan Oktober,
dan berkas diterima paling lambat akhir bulan
Mei;

Dan bulan November untuk proses kenaikan


pangkat bulan April, dan berkas diterima paling
lambat akhir bulan Oktober.
Kenaikan Masuk Berkas Penilaian
Pangkat

Bulan Oktober Bulan Mei Bulan Juni

Bulan April Bulan Oktober Bulan


November
HASIL PENILAIAN

PAK AK cukup Proses lebih


untuk naik lanjut ke
pangkat BKN/BKN
Regional

Melengkapi
HPAK AK kurang kekurangan AK
untuk naik
pangkat
SURAT BKN BATAS WAKTU
PENERIMAAN BERKAS USUL KENAIKAN
PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL 2020
File PDF Foxit PDF
Document
CONTOH HPAK
CONTOH PAK
15. IMPLEMENTASI
PERMENPAN NO. 13 TAHUN 2019
PENGANGKATAN PNS KEDALAM
JF (PASAL 18)

1. Pengangkatan pertama;
2. perpindahan dari jabatan lain;
3. penyesuaian/inpassing; dan
4. promosi.
KEHARUSAN UJI KOMPETENSI
PASAL 20
(1) Calon PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) setelah
diangkat sebagai PNS, dan telah mengikuti dan lulus uji kompetensi,
paling lama 1 (satu) tahun wajib diangkat dalam JF.
(2) PNS yang telah diangkat dalam JF sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), paling lama 3 (tiga) tahun wajib mengikuti dan lulus
pendidikan dan pelatihan fungsional.
(3) Pejabat Fungsional yang belum mengikuti dan/atau tidak lulus
pendidikan dan pelatihan fungsional sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak diberikan kenaikan jenjang satu tingkat diatas.
USIA UNTUK PINDAH, PALING
LAMA:

1)53 (lima puluh tiga) tahun bagi yang


akan menduduki JF Kategori Keterampilan;
2)53 (lima puluh tiga) tahun bagi yang
akan menduduki JF Ahli Pertama dan Ahli
Muda;
3)55 (lima puluh lima) tahun bagi yang
akan menduduki JF Ahli Madya; dan
4) 60 (enam puluh) tahun bagi yang akan
menduduki JF Ahli Utama bagi PNS yang telah
menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi; dan
a. paling sedikit 12,5 (dua belas koma lima)
Angka Kredit untuk ahli pertama;
b.paling sedikit 25 (dua puluh lima) Angka
Kredit untuk ahli muda;
c. paling sedikit 37,5 (tiga puluh tujuh koma
lima) Angka Kredit untuk ahli madya; dan
d.paling sedikit 50 (lima puluh) Angka Kredit
untuk ahli utama.
ANGKA KREDIT UNSUR PENGEMBANGAN PROFESI

III/b-III/c III/c-III/d III/d-IV/a IV/a-IV/b IV/b-IV/c IV/c-IV/d

4 6 8 10 12 14
ANGKA KREDIT PENGEMBANGAN
PROFESI
PASAL 54 AYAT (5)
a. 6 (enam) bagi Pejabat Fungsional Ahli
Muda yang akan naik jabatan setingkat
lebih tinggi menjadi Pejabat Fungsional
Ahli Madya.
b. 12 (dua belas) bagi Pejabat Fungsional
Ahli Madya yang akan naik jabatan
setingkat lebih tinggi menjadi Pejabat
Fungsional Ahli Utama.
ANGKA KREDIT UNSUR PENGEMBANGAN PROFESI

III/b-III/c III/c-III/d III/d-IV/a IV/a-IV/b IV/b-IV/c IV/c-IV/d

- - 6 - - 12
PASAL 60 AYAT (1)
PEJABAT FUNGSIONAL DIBERHENTIKAN DARI JABATANNYA
APABILA:

a. mengundurkan diri dari Jabatan;


b. diberhentikan sementara sebagai PNS;
c. menjalani cuti di luar tanggungan negara;
d. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;
e. ditugaskan secara penuh pada Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan
Administrator, Jabatan Pengawas, dan Jabatan Pelaksana; atau
f. tidak memenuhi persyaratan jabatan.
PEMBERHENTIAN
PASAL 62

Kriteria tidak memenuhi persyaratan jabatan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 60 ayat (1) huruf f dapat dipertimbangkan dalam hal:
a. tidak memenuhi kualifikasi
pendidikan yang dipersyaratkan untuk
menduduki JF; atau
b. tidak memenuhi standar kompetensi yang
ditentukan pada JF yang diduduki.
STANDAR KOMPETENSI
PASAL 64
(1)JF harus memiliki Standar Kompetensi sesuai dengan
jenjang jabatan.
(2) Kompetensi jabatan fungsional meliputi:
a. kompetensi teknis;
b. kompetensi manajerial; dan
c. kompetensi sosial kultural.
(3)Standar Kompetensi setiap jenjang jabatan disusun
oleh Instansi Pembina sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, dan ditetapkan
dalam Peraturan Menteri tentang JF yang ditetapkan.
BAB XV KETENTUAN LAIN-LAIN
PASAL 76

(1)
Pejabat Fungsional yang bertugas di
daerah terpencil/rawan/berbahaya, dapat diberikan
tambahan Angka Kredit 25% (dua puluh lima persen)
dari Angka Kredit Kumulatif untuk kenaikan pangkat
setingkat lebih tinggi dan diakui sebagai tugas pokok
dalam PAK.
(2)
Pemberian tambahan Angka Kredit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan selama
melaksanakan tugas di daerah tersebut
terpencil/rawan/berbahaya.
(3)
Kriteria dan penetapan daerah
terpencil/rawan/berbahaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) lebih lanjut ditetapkan oleh
pimpinan Instansi Pembina sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PEMBEBASAN SEMENTARA
PASAL 80

(1)Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, ketentuan


pembebasan sementara
karena tidak memenuhi angka kredit dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
(2)Pejabat Fungsional yang dibebaskan sementara karena tidak
memenuhi angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
belum ditetapkan keputusan pemberhentian dari JF, diangkat
kembali dalam JFnya sesuai dengan jenjang jabatannya.
16. JKK / JKM
PP NOMOR 70 TH 2015
TENTANG
JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN
KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR NEGARA

Tindaklanjut dari ketentuan Pasal 92 ayat (4) dan Pasal 107 UU


No. 5 Tahun 2010 ttg ASN
PP NOMOR 70 TH 2015
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2015
( Pasal 44 PP No. 70 Tahun 2017 )

Diatur secara teknis oleh :


PERKA BKN NO. 5 TAHUN 2016
TANGGAL, 11 MARET 2016
TENTANG

Pedoman Kriteria Penetapan Kecelakaan Kerja, Cacat


dan Penyakit Akibat Kerja serta Kriteria Tewas Bagi
Pegawai ASN
KRITERIA KECELAKAAN KERJA

1. Kecelakaan kerja dalam menjalankan tugas kewajiban

Pegawai ASN yang dapat dinyatakan kecelakaan kerja dalam menjalankan tugas kewajibannya meliputi:
a. Kecelakaan kerja dalam dan karena menjalankan tugas jabatan dan/atau tugas kedinasan lainnya di
lingkungan kerja, pada waktu dan tempat yang dibenarkan, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kewenangan yang diberikan
dan/atau melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diperintahkan secara tertulis oleh
pimpinan;
3) Melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
Kecelakaan kerja dalam dan karena menjalankan tugas jabatan
dan/atau tugas kedinasan lainnya di luar lingkungan kerja, dengan
ketentuan sebagai berikut:
b

1) Melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kewenangan


yang diberikan dan/atau melaksanakan tugas ke dinasan lainnya yang
diperintahkan secara tertulis oleh pimpinan;

2) Kecelakaan kerja terjadi pada waktu dan tempat tujuan sesuai dengan
surat perintah/tugas atau pada waktu dan tempat lain sepanjang
terdapat alasan yang dapat dibenarkan;

3) Melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan


perundang-undangan
LANJUTAN…

Kecelakaan Kerja dalam keadaan lain yang ada hubungannya


dengan dinas, sehingga kecelakaan itu disamakan dengan
kecelakaan yang terjadi dalam menjalankan tugas kewajibannya.

Pegawai ASN yang dapat dinyatakan kecelakaan kerja dalam


keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas, sehingga
kecelakaan itu disamakan dengan kecelakaan yang terjadi dalam
menjalankan tugas kewajibannya
Contoh : Tugas belajar, seminar, diklat
KRITERIA TEWAS

1. Meninggal dunia dalam menjalankan tugas kewajibannya.


Pegawai ASN yang dapat dinyatakan meninggal dunia dalam menjalankan tugas
kewajibannya meliputi:
a. Meninggal dunia langsung atau tidak langsung dalam dan karena menjalankan tugas
jabatan dan/atau tugas kedinasan lainnya di lingkungan kerja, dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
kewenangan yang diberikan
2) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diperintahkan
secara tertulis oleh pimpinan;
3) Melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
LANJUTAN
b. Meninggal dunia langsung atau tidak langsung dalam dan karena menjalankan tugas
jabatan dan/atau tugas kedinasan lainnya di luar lingkungan kerja, dengan ketentuan
sebagai berikut:
• Melaksanakan tugas kedinasan sesuai dengan surat perintah/tugas dari pimpinan
dan/atau pejabat yang memiliki kewenangan;
• Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diperintahkan secara tertulis oleh
pimpinan;
• Meninggal dunia di tempat tujuan sesuai dengan surat perintah/tugas; dan/atau
• Meninggal dunia di tempat lain yang ada hubungannya dengan tempat yang dituju
sesuai dengan surat perintah/tugas sepanjang terdapat alasan yang dapat dibenarkan.
LANJUTAN
2. Meninggal dunia dalam keadaan yang ada hubungannya dengan dinas, sehingga
kematiannya disamakan dengan meninggal dunia dalam menjalankan tugas kewajibannya.

• Pegawai ASN yang dapat dinyatakan meninggal dunia dalam keadaan yang ada
hubungannya dengan dinas, sehingga kematiannya disamakan dengan meninggal dunia
dalam menjalankan tugas kewajibannya, apabila meninggal dunianya baik langsung atau
tidak langsung sebagai akibat dari kecelakaan yang bukan karena kesalahannya pada saat
perjalanan berangkat menuju tempat tugas atau pulang dari tempat tugas.
LANJUTAN...

3. Meninggal Dunia Karena Perbuatan Anasir Yang Tidak Bertanggungjawab Atau


Sebagai Akibat Tindakan Terhadap Anasir Itu Dalam Menjalankan Tugas
Kewajibannya.
• Pegawai ASN Meninggal Dunia Karena Perbuatan Anasir Yang Tidak
Bertanggungjawab Atau Sebagai Akibat Tindakan Terhadap Anasir Itu Dalam
Menjalankan Tugas Kewajibannya, apabila meninggal dunianya baik langsung atau
tidak langsung karena perbuatan anasir-anasir yang tidak bertanggung jawab
ataupun sebagai akibat dari tindakan terhadap anasir-anasir itu.
SANTUNAN
• Santunan kecelakaan kerja meliputi :
1. Penggantian biaya pengangkutan peserta yg mengalami kec kerja ke rs dan/atau
kerumah peserta
- darat/sungai danau maks Rp 1.300.000
- laut ................. maks Rp 1.950.000
- udara .................. maks Rp 3.250.000
jumlah total .......... maks Rp 6.500.000
2. Santunan sementara = 100 % x gaji terakhir sampai dengan Peserta dinyatakan
mampu bekerja kembali
3. Santunan cacat sebagian anatomis dibayarkan sekaligus sebesar = % sesuai tabel
x 80 x gaji terakhir
4. Santunan cacat sebagian fungsi dibayarkan lumpsum = penurunan fungsi x
sesuai tabel x 80 x gaji terakhir
5. Santunan cacat total dibayar lumpsum dan berkala
- lumpsum sebesar = 70 % x 80 x gaji terakhir
- berkala = Rp 250.000 / bulan selama 24 bulan
6. Biaya rehabilitasi
- penggantian alat bantu/ pengganti ditetapkan oleh Pusat
Rehabilitasi RSUP ditambah 40 % dari harga tsb
- biaya rehabilitasi medik maksimal Rp 2.600.000
7. Biaya Penggantian gigi tiruan maksimal Rp. 3.900.000
Santunan Kecelakaan Kerja yang Tewas
1. Santunan kematian kerja sebesar = 60 % x 80 gaji
terakhir
2. Uang duka tewas sebesar = 6 x gaji terakhir
3. Biaya pemakaman sebesar Rp 10.000.000
4. Bantuan beasiswa
- Sekolah Dasar Rp 45.000.000
- SLTP Rp 35.000.000
- SLTA Rp 25.000.000
- Diploma/sarjana Rp 15.000.000
Syarat untuk mendapatkan beasiswa
1. Masih sekolah/ kuliah
2. Berusia paling tinggi 25 tahun
3. Belum pernah menikah
4. Belum bekerja

Catatan.
Beasiswa dibayarka untuk 1 siswa yang
menguntungkan
CONTOH KASUS :

1. PNS Sandi Mahardika pranata komputer golru III/b pada saat menginput data mengalami
kecelakaan komputer meledak dan ybs terluka kemudian meninggal
Besaran santunan yang diterima ahli waris
a. Santunan sekaligus
60 % x 80 x gaji terakhir ( mis.2.850.000)
= Rp 136.800.000
b. Uang duka tewas
= 6 x Rp 2.850.000 = Rp 17.100.000
c. Biaya pemakaman = Rp 10.000.000
d. Beasiswa (SD) = Rp 45.000.000
• JUMLAH SANTUNAN YANG DITERIMA
Rp. 136.800.000 + Rp 17.100.000 +
Rp 10.000.000 + Rp 45.000.000
= Rp 208.900.000

HAK KEPEGAWAIAN YANG LAIN


MENDAPATKAN KENAIKAN PANGKAT ANUMERTA SETINGKAT LEBIH TINGGI DAN
PENSIUN JANDA/DUDA/ORANGTUA
CONTOH

2. PNS Bawono arsiparis golongan ruang II/d mengalami kecelakaan ketika akan berangkat kantor.
Motor yang dikendarai Bawono menabrak truk yang sedang parkir di pinggir jalan mengakibatkan
yang bersangkutan terlempar dan setelah dibawa ke rumahsakit meninggal dunia...
Besarnya santunan yang diterima ahli waris
a. Santunan sekaligus = Rp 15.000.000
b. Uang duka wafat
= 3 x gaji terakhir (mis Rp 2.540.000)
= Rp 7.620.000
c. Biaya pemakaman = Rp 7.500.000
d. Beasiswa (belum ada 3 tahun)

JUMLAH SANTUNAN YANG DITERIMA


= Rp 15.000.000 + Rp 7.620.000 + Rp. 7.500.000
= Rp 30.120.000
HAK KEPEGAWAIAN LAIN
MENDAPATKAN KENAIKAN PANGKAT PENGABDIAN SEPANJANG MEMENUHI
PERSYARATAN DAN PENSIUN JANDA/DUDA DG BESAR PENSIUN POKOK 36 %
TERIMA KASIH
SELAMAT BEKERJA
DAN
SEMOGA SEHAT SELALU

Anda mungkin juga menyukai