KEBUMEN
Oleh:
2010
PENDAHULUAN
Paper ini sudah pastinya tidak luput dari kesalahan baik format maupun isinya,
Penulis mengikuti pepatah lama “tiada gading yang tidak retak” maka kritik dan
saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan
datang.
1
http://www.bkn.go.id/in/peraturan/pedoman/pedoman-angkat-
fungsional.html diakses tanggal 21 Oktober 2010 pukul 20.06
2
3
4
5
PEMBAHASAN
Pada bab berikut, kami akan memberi penjelasan mengenai jabatan fungsional
yang terdapat di kabupaten Kebumen pada tahun 2010. Di bawah akan
dilampirkan mengenai SK MENPAN tentang jabatan fungsional yang telah
penulis jabarkan.
• Kode: -
• Ringkasan Tugas:
6
11. Menyusun bahan ajar sesuai spesialisasinya pada Diklat Prajabatan golongan
III
12. Menyusun bahan ajar sesuai spesialisasinya pada Diklat Fungsional
Penjenjangan Tingkat Dasar
13. Menyusun bahan ajar sesuai spesialisasinya pada Diklat Teknis;
14. Menyusun Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)/ Rancang
Bangun Pembelajaran Mata Diklat (RBPMD) dan Satuan Acara Pembelajaran
(SAP)/Rencana Pembelajaran (RP) sesuai spesialisasinya pada Diklat Prajabatan
Golongan I dan II;
2. Hasil Kerja:
4. Perangkat Kerja:
7
2. Diklat dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan
(STTPP)/sertifikat; dan
3. Diklat Prajabatan dan memperoleh STTPP/sertifikat.
b. Pengembangan dan Pelaksanaan Diklat, terdiri dari:
1. penganalisisan kebutuhan Diklat;
2. penyusunan kurikulum Diklat;
3. penyusunan bahan Diklat sesuai spesialisasinya;
4. pelaksanaan tatap muka di depan kelas Diklat sesuai spesialisasinya;
5. pemeriksaan ujian Diklat sesuai spesialisasinya;
6. pembimbingan peserta Diklat pada Diklat Struktural sesuai spesialisasinya;
7. pengelolaan program Diklat di instansinya; dan
8. pengevaluasian program Diklat.
6. Hubungan Jabatan:
Jam kerja selama 8 jam, terhitung mulai pukul 8.00 s/d pukul 16.00
8. Syarat Jabatan: Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali
dalam jabatan Widyaiswara harus memenuhi syarat:
8
c. setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) rata-rata harus bernilai baik dalam 1
(satu) tahun terakhir
9
3. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
selanjutnya disebut Diklat PNS adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar
dalam rangka meningkatkan kemampuan PNS;
4. Lembaga Diklat Pemerintah adalah satuan unit organisasi pada Kementerian,
Non Kementerian, Kesekretariatan Lembaga Negara, dan Perangkat Daerah yang
bertugas melakukan pengelolaan Diklat dan pengembangan SDM;
5. Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan adalah Diklat yang dilaksanakan
untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah yang
sesuai dengan jenjang jabatan struktural;
10
jabatan fungsional jenjang madya, yang terdiri dari Diklat Kepemimpinan Tingkat
III, Diklat Fungsional jenjang Tingkat Madya, dan Diklat Teknis lainnya yang
setara;
12. Pendidikan dan Pelatihan tingkat lanjutan adalah Diklat bagi PNS untuk
mencapai persyaratan kompetensi jabatan struktural Eselon IV, dan kompetensi
jabatan fungsional jenjang muda atau yang setara, yang terdiri dari Diklat
Kepemimpinan Tingkat IV, Diklat Fungsional jenjang Tingkat Muda, dan Diklat
Teknis lainnya yang setara;
13. Pendidikan dan Pelatihan tingkat dasar adalah Diklat bagi Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) untuk mencapai persyaratan kompetensi PNS yaitu Diklat
Prajabatan, dan Diklat bagi PNS untuk mencapai persyaratan kompetensi jabatan
fungsional yang terdiri dari Diklat Pembentukan Jabatan Fungsional dan Diklat
Teknis lainnya yang setara;
14. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi
nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Widyaiswara dalam rangka
pembinaan karier jabatan dan kepangkatannya;
15. Tim penilai angka kredit adalah tim penilai yang dibentuk dan ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang, dan bertugas menilai prestasi kerja Widyaiswara.
BAB II
RUMPUN JABATAN, KEDUDUKAN, DAN
TUGAS POKOK
Pasal 2
Jabatan Fungsional Widyaiswara termasuk dalam rumpun pendidikan lainnya.
Pasal 3
(1) Widyaiswara berkedudukan sebagai pejabat fungsional di bidang kediklatan
pada Lembaga Diklat Pemerintah.
(2) Widyaiswara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan jabatan karier
yang hanya dapat diduduki oleh PNS.
(3) Widyaiswara dalam melaksanakan tugasnya, bertanggung jawab kepada
Pimpinan Lembaga Diklat Pemerintah yang bersangkutan.
11
Pasal 4
(1) Tugas pokok Widyaiswara adalah mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS
pada Lembaga Diklat Pemerintah masing-masing.
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Widyaiswara harus mendapatkan penugasan secara tertulis dari Pimpinan
Lembaga Diklat Pemerintah yang bersangkutan.
12
k. mengembangkan sistem informasi Jabatan Fungsional Widyaiswara; dan
l. memfasilitasi penyusunan dan penetapan etika profesi dan kode etik
Widyaiswara.
BAB IV
UNSUR DAN SUB UNSUR KEGIATAN
Pasal 6
(1) Unsur dan sub unsur kegiatan Widyaiswara yang dinilai angka kreditnya,
terdiri atas:
a. Pendidikan, terdiri dari:
1. Pendidikan sekolah yang terakreditasi dan memperoleh ijazah/gelar
kesarjanaan;
2. Diklat dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan
(STTPP)/sertifikat; dan
3. Diklat Prajabatan dan memperoleh STTPP/sertifikat.
b. Pengembangan dan Pelaksanaan Diklat, terdiri dari:
1. penganalisisan kebutuhan Diklat;
2. penyusunan kurikulum Diklat;
3. penyusunan bahan Diklat sesuai spesialisasinya;
4. pelaksanaan tatap muka di depan kelas Diklat sesuai spesialisasinya;
5. pemeriksaan ujian Diklat sesuai spesialisasinya;
6. pembimbingan peserta Diklat pada Diklat Struktural sesuai spesialisasinya;
7. pengelolaan program Diklat di instansinya; dan
8. pengevaluasian program Diklat.
9
c. Pengembangan Profesi, terdiri dari:
1. pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang terkait lingkup kediklatan dan/atau
pengembangan spesialisasinya;
2. penerjemahan/penyaduran buku dan bahan ilmiah lainnya selain buku yang
terkait lingkup kediklatan dan/atau pengembangan spesialisasinya;
3. pembuatan peraturan/panduan dalam lingkup kediklatan; dan
4. pelaksanaan orasi ilmiah sesuai spesialisasinya.
13
d. Penunjang, meliputi:
1. peran serta dalam seminar/lokakarya dalam rangka pengembangan
wawasan/kompetensi Widyaiswara;
2. keanggotaan dalam organisasi profesi;
3. keanggotaan dalam Tim Penilai Jabatan Fungsional Widyaiswara;
4. pembimbingan kepada Widyaiswara jenjang di bawahnya;
5. perolehan gelar kesarjanaan yang tidak sesuai spesialisasinya;
6. perolehan piagam kehormatan/tanda jasa;
(2) Unsur dan sub unsur kegiatan Widyaiswara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan rincian angka kreditnya adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran I.
14
Uraian Jabatan Paramedis
1. Identitas Jabatan:
• Kode : -
-Melakukan rontgent
15
• Keluaran Kerja :
Idealnya pembagiannya untuk pegawai adalah 47% untuk shift pagi, 35%
untuk shift sore, dan 18% untuk shift malam.
7. Hubungan Jabatan:
16
8. Kondisi Pelaksanaan:
Jam kerja selama 8 jam, terhitung mulai pukul 8.00 s/d pukul 16.00
Penilaian kinerja dilakukan oleh inspektorat diwakili oleh kepala bidang medis di
setiap rumah sakit daerah.
9. Syarat Jabatan: Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali
dalam jabatan Paramedis harus memenuhi syarat:
17
Uraian Jabatan Auditor berpedoman SK Menpan
1. Identitas Jabatan:
• Kode : -
2
http://www.deptan.go.id/itjen/index.php/jabatan-fungsional-auditor diakses tanggal 26
Oktober 2010, pukul 23.06
18
2. Hasil Kerja :
• Keluaran Kerja :
a. Laporan akuntabilitas.
b. Laporan hasil audit akuntabilitas.
c. Laporan hasil pengawasan.
d. Laporan hasil pengawasan.
Laporan kebijakan keuangan dan pembangunan
• Pemegang jabatan :
Di bawah naungan Inspektorat jedral pengawasan dengan jenjang jabatan
sebagai berikut:
A. Auditor Terampil:
• Auditor Pelaksana
• Auditor Pelaksana Lanjutan
• Auditor Penyelia
B. Auditor Ahli:
19
5. Pelaksanaan Kerja: di Lembaga BPKP, Inspektorat Jenderal
Departemen/Kementerian, Inspektorat Utama/Inspektorat LPND, Badan
Pengawasan Daerah Provinsi/Kabupaten/ Kota
(1) Tanggung jawab Auditor adalah menyelesaikan tugas sesuai dengan norma
atau standar Audit
Pemerintahan yang berlaku.
(2) Wewenang Auditor adalah meminta keterangan yang wajib diberikan oleh
setiap orang ,
Instansi Pemerintah, badan usaha negara atau badan swasta sepanjang tidak
bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Syarat Jabatan:
20
d. Memiliki kompetensi di bidang pengawasan dan lulus diklat
sertifikasi JFA sesuai dengan pangkat dan jabatan yang akan
didudukinya.
e. Memiliki Angka kredit minimal yang ditentukan.
21
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
6. Audit (pemeriksaan) adalah pengujian atas kegiatan obyek pemeriksaan dengan
cara
membandingkan keadaan yang terjadi dengan keadaan yang seharusnya.
7. Melakukan tugas secara mandiri adalah melakukan tugas dalam suatu tim
pengawas mandiri
yang merupakan kerja bersama, tetapi tanggung jawab hasil pelaksanaan tugas
dan kewenangan
pelaksanaan tugas tetap melekat pada masing-masing pejabat fungsional auditor
tersebut.
8. Peran Auditor Trampil dan Auditor Ahli dalam tim adalah peran dalam tim
mandiri sebagai
Anggota Tim, Ketua Tim, Pengendali Teknis dan Pengendali Mutu.
22
12. Menyiapkan kebijakan pengawasan tahunan adalah kegiatan membantu
penyusunan dan
perumusan kebijakan pengawasan tahunan dalam rangka penyusunan Rencana
Kerja
Pengawasan Tahunan (RKPT).
13. Menyiapkan RKPT adalah kegiatan membantu menyiapkan/memberikan
masukan dalam
rangka penyusunan RKPT.
14. Menyiapkan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) adalah kegiatan
membantu
menyiapkan dan atau memberi masukan antara lain dalam bentuk rincian kegiatan
dan anggaran
pengawasan dalam rangka penyusunan PKPT.
15. Menyusun pedoman dan atau sistem pengawasan adalah kegiatan membantu
mengumpulkan,
mengolah data serta menyusun pedoman dan atau sistem dibidang pengawasan.
16. Memutakhirkan pedoman dan atau sistem pengawasan adalah kegiatan
membantu meneliti,
mengevaluasi, dan merumuskan kembali pedoman dan atau sistem pengawasan
dengan maksud
agar tetap sesuai dengan kebutuhan.
17. Menyusun petunjuk pelaksanaan (juklak) dan atau petunjuk teknis (juknis)
adalah kegiatan
membantu menjabarkan peraturan perundang-undangan, pedoman, dan atau
sistem untuk
memudahkan pelaksanaan pengawasan.
18. Memutakhirkan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan atau petunjuk teknis
(juknis) adalah
kegiatan membantu meneliti, mengevaluasi, dan merumuskan kembali juklak dan
juknis dengan
maksud agar tetap sesuai dengan kebutuhan.
23
19. Menyusun ukuran kinerja di bidang pengawasan adalah kegiatan membantu
mengumpulkanJ
mengolah data, serta merumuskan ukuran kinerja pengawasan yang dapat
dipergunakan sebagai
tolok ukur dalam melakukan pengujian dan penilaian terhadap obyek pengawasan
dan atau
kegiatan tertentu.
20. Membina dan menggerakan Aparat Pengawasan Fungsional (APF) adalah
peran aktif untuk
membantu mengarahkan, membimbing, dan mengkoordinasikan APF dengan
tujuan uiituk
meningkatkan kualitas pelaksanaan dan hasil pengawasan.
21. Menelaah peraturan perundang-undangan adalah kegiatan membantu
mempelajari, meneliti,
memeriksa, menyelidikiJ dan menilik peraturan perundang-undangan.
22. Melaksanakan penyuluhan di bidang pengawasan adalah kegiatan membantu
penyebarluasan
aspek dan arti penting pengawasan agar setiap pelaku dalam sistem
penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dapat memahami pengawasan secara benar.
23. Melaksanakan asistensi dan konsultasi di bidang pengawasan adalah kegiatan
perbantuan atau
kerjasama antara sesama aparat fungsional atau dengan instansi lain dibidang
pengawasan, dan
di bidang lainnya untuk menunjang kelancaran dan ketepatan pelaksanaan tugas
umum
pemerintahan dan pembangunan.
24
BAB II
KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK
PASAL 2
(1) Auditor adalah jabatan fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana
teknis fungsional
pengawasan pada instansi Pemerintah dan Sekretariat Jenderal BEPEKA baik di
tingkat pusat
maupun daerah.
(2) Jabatan fungsional Auditor hanya dapat diduduki oleh seorang yang telah
berstatus sebagai
Pegawai Negeri Sipil.
PASAL 3
Tugas pokok Auditor adalah:
a. Menggerakkan dan atau membina pengawasan.
b. Melaksanakan pengawasan.
BAB III
TANGGUNG JAWAB, WEWENANG
PASAL 4
(1) Tanggung jawab Auditor adalah menyelesaikan tugas sesuai dengan norma
atau standar Audit
Pemerintahan yang berlaku.
(2) Wewenang Auditor adalah meminta keterangan yang wajib diberikan oleh
setiap orang ,
Instansi Pemerintah, badan usaha negara atau badan swasta sepanjang tidak
bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
25
Uraian Jabatan Penyuluh Pertanian Berpedoman SK Menpan
1. Identitas Jabatan:
• Kode : -
2. Hasil Kerja :
26
c.Laporan hasil pelaksanaan kegiatan administrati petani
5. Pelaksanaan Kerja:
8. Syarat Jabatan:
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan Penyuluh
pertanian harus memenuhi syarat:
27
a. berijazah paling rendah sarjana (S-1)/Diploma IV Ilmu Pertanian sesuai
kualifikasi yang ditentukan;
b. pangkat paling rendah Penata Muda golongan ruang IIIA
c. setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) rata-rata harus bernilai baik dalam 1
(satu) tahun terakhir.
PERATURAN
MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
NOMOR: PER/02/MENPAN/2/2008
TENTANG
JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DAN ANGKA BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ini yang
dimaksud dengan:
1. Penyuluh Pertanian adalah Jabatan Fungsional yang memiliki ruang lingkup
tugas, tanggung jawab, dan wewenang penyuluhan pertanian yang diduduki oleh
Pegawai Negeri Sipil yang diberi hak serta kewajiban secara penuh oleh pejabat
yang berwenang.
2. Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan
sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi
usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
3. Penyuluh Pertanian Terampil adalah pejabat fungsional yang dalam
pelaksanaan pekerjaannya mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu.
4. Penyuluh Pertanian Ahli adalah pejabat fungsional yang dalam pelaksanaan
pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metodologi dan teknik
analisis tertentu.
28
5. Kegiatan Penyuluh Pertanian meliputi pendidikan, persiapan penyuluhan
pertanian, pelaksanaan penyuluhan pertanian, evaluasi dan pelaporan,
pengembangan penyuluhan pertanian, pengembangan profesi, dan penunjang
kegiatan penyuluhan pertanian
6. Programa penyuluhan pertanian adalah rencana tertulis yang disusun secara
sistematis untuk memberikan arah dan pedoman pelaksanaan penyuluhan serta
sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan.
7. Rencana kerja Penyuluh Pertanian adalah jadwal kegiatan yang disusun oleh
para Penyuluh Pertanian Terampil dan Penyuluh Pertanian Ahli berdasarkan
programa penyuluhan pertanian setempat, yang mencantumkan hal-hal yang perlu
disiapkan dalam berinteraksi dengan pelaku utama dan pelaku usaha pertanian.
8. Pelaku utama adalah petani, pekebun, dan peternak, beserta keluarga intinya.
9. Pelaku usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang
dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian.
10. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian adalah tim penilai yang
dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan bertugas menilai
prestasi kerja Penyuluh Pertanian.
11. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau akumulasi
nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh pejabat fungsional Penyuluh
Pertanian dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan.
12. Karya tulis ilmiah adalah tulisan hasil pokok pikiran, pengembangan dan hasil
kajian atau penelitian yang disusun oleh perorangan atau kelompok, yang
membahas suatu pokok bahasan ilmiah dengan menuangkan gagasan tertentu
melalui identifikasi, tinjauan pustaka, deskripsi, analisis permasalahan,
kesimpulan dan saran-saran pemecahannya.
13. Tanda jasa/penghargaan adalah tanda kehormatan yang diberikan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah, Negara Asing, atau organisasi ilmiah
nasional/regional/internasional yang diakui oleh masyarakat ilmiah.
14. Organisasi profesi adalah organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya
didasarkan pada disipilin ilmu pengetahuan di bidang pertanian dan etika profesi
di bidang penyuluhan pertanian
29
BAB II
RUMPUN JABATAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK,
DAN INSTANSI PEMBINA
Pasal 2
Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian termasuk dalam rumpun Ilmu Hayat.
Pasal 3
(1) Penyuluh Pertanian berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada
unit organisasi lingkup penyuluhan pertanian pada instansi pemerintah.
(2) Penyuluh Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan jabatan
karier.
Pasal 4
Tugas pokok Penyuluh Pertanian adalah melakukan kegiatan persiapan
penyuluhan pertanian, pelaksanaan penyuluhan pertanian evaluasi dan pelaporan,
serta pengembangan penyuluhan pertanian.
Pasal 5
(1) Instansi Pembina jabatan fungsional Penyuluh Pertanian adalah Departemen
Pertanian.
(2) Instansi Pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain mempunyai
kewajiban:
a. menetapkan standar kompetensi jabatan fungsional Penyuluh Pertanian;
b. menetapkan pedoman formasi jabatan fungsional Penyuluh Pertanian;
c. menyusun kurikulum pendidikan dan pelatihan jabatan fungsional Penyuluh
Pertanian;
d. melakukan pengkajian dan pengusulan tunjangan jabatan fungsional Penyuluh
Pertanian;
e. mensosialisasikan jabatan fungsional Penyuluh Pertanian serta petunjuk
pelaksanaannya;
f. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan fungsional/teknis
fungsional Penyuluh Pertanian;
30
g. mengembangkan sistem informasi jabatan fungsional Penyuluh
Pertanian;
h. memfasilitasi pelaksanaan jabatan fungsional Penyulu Pertanian;
i. memfasilitasi pembentukan organisasi profesi Penyuluh Pertanian;
j. memfasilitasi penyusunan dan penetapan etika profesi dan kode etik Penyuluh
Pertanian; dan
k. melakukan monitoring dan evaluasi jabatan fungsional Penyuluh Pertanian.
31
Uraian Jabatan Penyuluh Kehutanan Berpedoman SK Menpan
1. Identitas Jabatan:
• Kode : -
32
• Keluaran Kerja :
33
1. Penata Muda, golongan ruang III/a.
2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Penyuluh Kehutanan Muda, terdiri dari :
1. Penata, golongan ruang III/c.
2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Penyuluh Kehutanan Madya, terdiri dari :
1. Pembina, golongan ruang IV/a.
2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b.
3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
Jam kerja selama 8 jam, terhitung mulai pukul 8.00 s/d pukul 16.00
• Syarat Jabatan:
34
SK MENPAN TENTANG JABATAN PENYULUH KEHUTANAN
35
Penyuluh Kehutanan termasuk dalam rumpun ilmu hayat.
Pasal 3
(1) Penyuluh Kehutanan berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional
penyuluhan kehutanan pada instansi pemerintah baik pusat maupun daerah.
(2) Penyuluh Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), adalah jabatan
karier yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
Pasal 4
Tugas pokok Penyuluh Kehutanan, adalah menyiapkan, melaksanakan,
mengembangkan, memantau dan mengevaluasi serta melaporkan kegiatan
penyuluhan kehutanan.
BAB III
UNSUR DAN SUB UNSUR KEGIATAN
Pasal 5
Unsur dan sub unsur kegiatan Penyuluh Kehutanan, terdiri dari :
a. Pendidikan, meliputi :
1. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar.
2. Pendidikan dan pelatihan fungsional bidang penyuluhan kehutanan
dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan
(STTPL) atau sertifikat.
b. Persiapan penyuluhan kehutanan, meliputi :
1. Identifikasi potensi wilayah dan agroekosistem serta kebutuhan
teknologi kehutanan.
2. Penyusunan program penyuluhan kehutanan.
3. Penyusunan rencana kerja penyuluhan kehutanan.
4. Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan penyuluhan kehutanan.
c. Pelaksanaan penyuluhan kehutanan, meliputi :
1. Penyusunan materi penyuluhan kehutanan.
2. Penerapan metode penyuluhan kehutanan.
3. Pengembangan swadaya dan swakarya kelompok sasaran.
d. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penyuluhan kehutanan:
1. Memantau pelaksanaan penyuluhan kehutanan.
2. Mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan kehutanan.
3. Membuat laporan pelaksanaan penyuluhan kehutanan.
e. Pengembangan penyuluhan kehutanan :
1. Pengembangan aspek kelembagaan/manajemen penyuluhan
kehutanan.
36
2. Pengembangan aspek tehnik, metodologi, materi, sarana dan alat
bantu penyuluhan kehutanan.
f. Pengembangan profesi :
1. Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang penyuluhan
kehutanan.
2. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang penyuluhan
kehutanan.
3. Merumuskan sistem penyuluhan kehutanan.
4. Membuat buku pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis di
bidang penyuluhan kehutanan.
g. Penunjang penyuluhan kehutanan :
1. Mengajar dan melatih di bidang penyuluhan kehutanan.
2. Menterjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lain dibidang
penyuluhan kehutanan.
3. Mengikuti seminar/lokakarya di bidang penyuluhan kehutanan.
4. Menjadi anggota Tim Penilai Jabatan Penyuluh kehutanan.
5. Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya.
6. Menjadi anggota organisasi profesi di bidang penyuluhan
kehutanan.
7. Memperoleh piagam kehormatan.
BAB IV
JENJANG JABATAN DAN PANGKAT
Pasal 6
(1) Jabatan Penyuluh Kehutanan terdiri dari Penyuluh Kehutanan tingkat
terampil dan Penyuluh Kehutanan tingkat ahli.
(2) Jenjang jabatan Penyuluh Kehutanan tingkat terampil dari yang terendah
sampai dengan yang tertinggi, adalah
a. Penyuluh Kehutanan Pelaksana.
b. Penyuluh Kehutanan Pelaksana Lanjutan.
c. Penyuluh Kehutanan Penyelia.
(3) Jenjang pangkat Penyuluh Kehutanan sebagaimana dimaksud ayat (2) sesuai
dengan jenjang jabatan, adalah :
a. Penyuluh Kehutanan Pelaksana, terdiri dari :
1. Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b.
2. Pengatur, golongan ruang II/c.
3. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
b. Penyuluh Kehutanan Pelaksana Lanjutan, terdiri dari :
37
1. Penata Muda, golongan ruang III/a
2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/b
c. Penyuluh Kehutanan Penyelia, terdiri dari:
1. Penata, golongan ruang III/c
2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d
38
PENUTUP
39
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bkn.go.id/in/peraturan/pedoman/pedoman-angkat-
fungsional.html
http://www.deptan.go.id/itjen/index.php/jabatan-fungsional-auditor.html
40
41