ETIKA TIK
Pertemuan 2
RAGAM KASUS
PEMBAJAKAN SOFWARE
PEMBAJAKAN FILM DAN LAGU
BULLYING DI DUNIA MAYA
PENYEBARAN BERITA HOAX
Hacker)
POLITICAL HACKING
DENIAL OF SERVICE ATTACK(DoS): Land
yang sama
Jika contoh ragam kasus tersebut telah dipilih
RELEVAN
PEMBAHASAN ( IMPLIKASI DAN SOLUSI)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
CONTOH
CARDING DAN PELANGGARAN ETIKA DALAM TEKNOLOGI INFORMASI KOMPUTER DI BIDANG PERBANKAN
Penulis : Gerry Armando, Holilah, Dewa Gede Rama,Theresia Agnes, dan Tri Reski
Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang sangat pesat pada saat ini membawa dunia transaksi finansial ke
arah yang semakin maju dan memudahkan pengguna. Transaksi finansial saat ini telah
mengarah ke mode cashless, yaitu mode transaksi elektronik dengan penggunaan kartu debit,
kartu kredit, dan beragam fasilitas pembayaran lainnya yang tidak menyertakan uang tunai
dalam bertransaksi. Seluruh fasilitas transaksi ini dikelola secara digital dan disediakan oleh
dukungan teknologi informasi. Kartu kredit maupun kartu debit menyimpan berbagai informasi
nasabah yang sangat sensitif. Selain nama nasabah, di dalamnya juga terdapat informasi
penerbit kartu, nomor kartu, masa aktif, hingga nomor CID yang merupakan kunci dalam
melakukan transaksi nasabah melalui mesin ATM maupun EDC.
Mengutip salah satu jurnal mengenai analisis penanganan carding dan perlindungan nasabah
dalam kaitannya dengan peraturan UU Informasi dan Transaksi Elektronik, No. 11, Tahun 2008,
bisnis kartu kredit menjadi salah satu mesin profit setiap bank dan lembaga bukan bank baik
dalam meraih nasabah baru maupun mencetak portofolio bisnis secara variatif. Namun
demikian, praktik industri kartu kredit di Indonesia belum sepenuhnya aman dari ancaman
penyalahgunaan dan kejahatan kartu kredit. Carding adalah bentuk cyber crime yang masih
menjadi modus operandi para pelaku, yang kemudian dikenal sebagai fraudster. Pada Januari
2004, Verisign melaporkan bahwa Indonesia pernah dinobatkan sebagai negara nomor 1
dalam top countries by percentage of fraudulent transaction, dan negara nomor 3 dalam top
countries by total volume of fraudulent transaction dalam penelitian tentang keamanan internet
di dunia (Verisign, 2006).
Carding adalah tindakan pencurian informasi kartu kredit atau rekening bank untuk digunakan
sendiri atau dibagikan kepada orang lain. Dengan mendapatkan informasi tersebut,
pelaku carding dapat menggunakan akun kartu kredit tersebut dan menguras semua isinya tanpa
harus mendapat izin dari pemiliknya. Atau dengan kata lain, berbelanja menggunakan nomor dan
identitas kartu kredit orang lain, yang diperoleh secara ilegal, biasanya dengan mencuri data di
internet.
Modus ini muncul pada tahun 1990an, dimana mulai dikembangkannya kartu debit maupun kartu
kredit untuk transaksi. Namun dari tahun ke tahun, semakin berkembangnya teknologi dan
metode pembayaran elektronik menjadikan lebih banyak nasabah yang memilih bertransaksi
tanpa menggunakan uang tunai karena kecepatan dan kemudahannya. Saat ini
kejahatan carding cukup marak terjadi baik di Indonesia maupun di negara-negara lainnya.
Berikut adalah beberapa modus carding yang umumnya dilakukan oleh para fraudster (Council of
Europe, 2005):
Sindikat peretas dan pembobol kartu kredit ini mengirim email kepada calon korban. Setelah itu,
calon korban yang berminat harus mencantumkan identitas pribadi dan data kartu kredit via situs
buatan pelaku yang ternyata merupakan situs palsu. Pelaku ini tidak menggesek kartu kredit, tapi
menggunakan data kartu kredit milik korban hasil scamming untuk bertransaksi.
Mereka membagi tugas dan peran yakni mengelola website, menghimpun data calon korban, dan
meretas kartu kredit korban. Hasil menggandakan kartu kredit mereka gunakan untuk melakukan
pembelian secara online hingga limit kartu kredit habis.
Kegiatan sindikat dengan mengcopy data kartu debit maupun kartu kredit kemudian digunakan
untuk mengambil dana tunai melalui ATM dengan menggandakan data kartu kredit atau kartu
debit serta menggandakan fisik kartu tersebut dengan membuat kartu tiruan.
Tinjauan Etika dan Moral