Anda di halaman 1dari 68

Gangguan Perkembangan dan

Seksual

Ayu Lavenia 190103040177


Satriadi 190103040148
Sriyati 190103040278
Wahyu 190103040133
01 Gangguan Perkembangan
Contoh KASUS

Seorang komedian Amerika Serikat Amy Schumer


memiliki seorang suami yang mengalami gangguan
spektrum autisme (ASD) pada orang dewasa. Chris
Fischer sering melakukan tindakan atau perilaku
kas,memiliki minat sedikit, dan kesulitan dalam
interaksi sosial. Jika dihadapkan pada cerita kisah
yang panjang dan membosankan, Chris Fischer
langsung pergi begitu saja dan berkeliling tanpa
memberikan alasan khusus.
Gangguan perkembangan adalah
kondisi dimana individu
mengalami gangguan kemampuan
dalam proses tumbuh kembang
sesuai dengan kelompok usianya.
Gangguan Koordinasi Perkembangan

Gangguan ini ditandai dengan kinerja dalam aktivitas yang


memerlukan koordinasi motorik yang lebih jelas lebih lambat
dibandingkan apa yang diharapkan. Anak kemungkinan memiliki
keterlambatan dalam mencapai kejadian motorik, seperti duduk,
merangkak, dan berjalan.
Gangguan Koordinasi Perkembangan
Epidemiologi Etiologi
Prevalensi gangguan koordinasi motorik Penyebab gangguan koordinasi
tidak diketahui tetapi diperkirakan kira-kira motorik tidak diketahui, tetapi
6 persen dari anak usia sekolah. Rasio laki- hipoesis adalah termasuk penyebab
laki terhadap perempuan juga ditdak organik dan perkembangan. Faktor
diketahui, tetapi lebih banyak anak laki- resiko yang didalilkan dalam
laki yang memiliki gangguan koordinasi
gangguan adalah prematuritas,
motorik dibanding anak perempuan,
hipoksia, malnutrisi perintal, dan
dengan laporan literatur menyebutkan rasio
berat badan lahir rendah. Kelainana
anak laki-laki dibanding anak perempuan
yaitu terentang 2 banding 1 sampai sebesar neurokimiawi dan lesi lobus parietalis
4 banding 1 juga telah diajukan berperan dalam
defisit koordinasi.
Gangguan Koordinasi Perkembangan
Prognosis
Terapi
Beberapa penelitian tentang hasil longitudinal
menyatakan hasil prospektif dari anak yang diobati Terapi gangguan koordinasi motorik ini
ataupun yang tidak diobati, menyatakan hasil yang lebih seperti latihan motorik perseptual, teknik
baik bagi anak tersebut yang memiliki kapasitas latihan neorufisiologis untuk disfungsi
intelektual rata-rata atau diatas rata-rata, karena mereka motorik, dan pendidikan fisik yang
mampu belajar mengkompensasi defisit koordinasinya. dimodifikasi. Teknik Montessori yang
Pada umumnya, kecangguan menetap sampai masa dikebangkan oleh Maria Montessori
remaja dan kehidupan dewasa. pada kasus yang berat mungkin berguna bagi anak prasekolah
yang tetap tidak terobati, pasien mungkin memiliki karena menekankan perkembangan
sejumlah komplikasi sekunder, seperti kegagalan keterampilan motorik. Konseling parental
berulang pada pekerjaan akademik dan nonakademik juga membantu menurunkan kecemasan
disemolah, masalah berulang dalam berusaha bergabung dan rasa bersalah pada orang tua terhadap
dengan kelompok teman sebaya, dan ketidakmampuan gangguan anak dan meningkatkan
untuk bermain dan berolahraga. Yang mana masalah kesadaran mereka, dan memberikan
tersebut dapat mengakibatkan harga diri yang rendah, keyakinan bagai orang tua untuk
kesedihan, menarik diri, dan pada beberapa kasus, membantu anaknya.
Gangguan Perkembangan Pervasif

● Gangguan perkembangan pervasif adalah lekompok psikiatrik


dimana keterampilan sosial yang diharapkan , perkembangan
bahasa, dan kejadian perilaku tidak berkembang secara sesuai
atau hilang pada masa anak-anak awal. Pada umunya, gangguan
ini mempengaruhi berbagai bidang perkembangan, bermanifestasi
pada awal kehidupan, dan menyebabkan disfungsi yang persisten.
Macam macam gangguan pervasif
Gangguan autistik
Gangguan rett
Gangguan disintegratif masa anak- anak
Gangguan asperger
Gangguan Autistik
Gangguan autistik juga dikenal sebagai autisme infantil, merupakan
gangguan yang terkenal, ditandai oleh gangguan berlarut-larut pada
interaksi sosial timbal balik, penyimpangan komunikasi, dan pola
perilaku yang terbatas dan stereotipik. Menurut Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV),
fungsi abnormal pada bidang diatas harus ditemukan pada usia tiga
tahun. Lebih dari dua pertiga orang dengan gangguan autistik
memiliki retardasi mental, tetapi hal tersebut tidak diperlukan untuk
diagnosis.
Epidemiologi

Pravelensi gangguan autistik terjadi dengan angka 2 sampai 5 kasus per 10.000 anak
(0,02 sampai 0,05 persen) dibawah usia 12 tahun. Jika retardasi mental berat dengan ciri
autistik dimasukkan, angka dapat meningkatkan sampai setinggi 20 per 10.000. pada
distribusi jenis kelamin, gangguan autistik ditemukan lebih sering pada anak laki-laki
dibandingkan pada anak perempuan. Tiga sampai lima kali lebih banyak anak laki-laki
yang memiliki gangguan autistik dibandingkan anak perempuan. Akan tetapi anak
perempuan yang memiliki gangguan autistik cenderung terkena lebih serius dan mebih
mungkin memiliki riwayat keluarga gangguan kognitif dibandingkan anak laki-laki. Dan
pada status sosioekonomi, pada penelitian awal menyatakan bahwa anak anak autistik
sering ditemukan pada status sosioekonomi yang tinggi, akan tetapi seiring berjalannya
waktu, kasus anak autistik juga banyak ditemukan pada status sosioekonomi yang
rendah.
Gangguan Autistik

Etiologi Terapi

Gangguan autistik adalah suatu Tujuan terapi ini untuk


gangguan perkembangan perilaku. menurunkan gejala perilaku dan
Walaupun gangguan autistik pertama membantu perkembangan fungsi
kali dianggap berasal dari psikologis yang terlambat, rudimenter, atau
atau psikodinamik, banyak bukti-bukti tidak ada seperti keterampilan
yang terkumpul mendukung adanya bahasa dan merawat diri sendiri.
substrat boilogis. yaitu dengan psikoterapi
individual dan obat seperti
psikofarmakoterapi.
Gangguan Rett

Gangguan rett tampaknya terjadi hanya pada anak perempuan,


ditandai oleh perkembangan normal untuk sekurangnya enam bulan,
diikuti dengan degenerasi perjalanan perkembangan. Biasanya anak
mulai menunjukkan gerakkan tangan stereotipik, kehilangan gerakan
bertujuan, menurunkan keterlibatan sosial, kordinasi buruk dan
menurunnya pemakaian bahasa. Salah satu survey menyatakan
prevalensinya antara 7 kasus gangguan rett per 100.000 anak
perempuan.
Etiologi

● Penyebab gangguan rett adalah tidak diketahui, walupun


perjalanan penyakit yang memburuk secara progresif setelah
periode awal yang normal adalah sesuai dengan gangguan
metabolik. Beberapa pasien dengan gangguan rett ditemukan
hiperamonemia, yang menyebabkan dalil bahwa ensim yang
memetabolisme amonia adalah kekurangan. Tapai disebagian
besar hipermonemia tidak ditemukan. Kemungkinan bahwa
gangguan rett memiliki dasar genetik, karna hnya ditemukan pada
anak perempuan.
Gangguan Disintegratif Masa Anak-Anak

Gangguan disintegratif masa anak-anak, juga dikenal sebagai


sindrom Heller dan psikosis disintegratif, dijelaskan pada tahun 1908
sebagai pemburukan selama beberapa bulan pada fungsi intelektual,
sosial, dan bahasa yang terjadi pada anak dengan usia 3 dan 4 tahun
dengan fungsi yang sebelumnya adalah normal. Setelah pemburukan
anak-anak menjadi sangat menyerupai anak-anak dengan gangguan
autistik.
Gangguan Disintegratif Masa Anak-Anak
Epidemiologi Etiologi

Data epidemiologi telah dipersulit oleh Penyebab adalah tidak diketahui,


bermacam-macam kriteria diagnostik yang tetapi gangguan telah
digunakan, tetapi gangguan disintegratif berhubungan dengan kondisi
masa anak-anak siperkirakan sekurangnya neorologis lain, termasuk
sepersepuluh dari gangguan autistik, dan gangguan kejang, sklerosis
prevalensi diperkirakan kita-kita satu kasus tuberosus, dan berbagai
pada 100.00 anak laki-laki. Rasio anak laki- gangguan metabolik.
laki berbanding anak perempuan tampaknya
antara 4 dan 8 anak laki-laki berbanding 1
anak perempuan.
Gangguan Disintegratif Masa Anak-Anak
Prognosis Terapi
Prognosis dari gangguan ini adalah
bervariasi, dengan pendataan yang Terapi yang
dicapai pada sebagaian besar kasus, digunakan pada
suatu pemburukan progresif gangguan
perjalanan penyakit pada kasus yang disintegritas sama
jarang, dan kadang kadang terjadi dengan terapi pada
suatu perbaikan sampai titik gangguan autistik.
mencapai kemampuan berbicara dan
kalimat. Sebagian besar pasien tetap
dalam reterdasi mental yang
sekurangnya sedang.
Gangguan Asperger

Dalam International Classification of Disease revisi ke-10 (ICD-10),


gangguan Asperger dinamakan sindroma Asperger dan ditandai oleh
gangguan sosial kualitatif, tidak adanya keterlambatan bahasa dan
kognitif yang bermakna, dan adanya minat dan perilaku yang
terbatas.
Etiologi

Penyebab gangguan Asperger tidak diketahui, tetapi penelitian


keuarga menyatakan kemungkinan berhubungan dengan ganguan
autistik. Kemiripan gangguan Asperger dengan gangguan autistik
menyebabkan hipotesis genetik, metabolit, infeksi, dan perintal.
Gangguan Rett
Prognosis Terapi

Terapi ditujukan pada intervensi


Gangguan rett adalah progresif.
simptomatik. Fisioterapi bermanfaat
Prognosis tidak diketahi sepenuhnya,
bagi disfungsi otot, dan terapi
akan tetapi pasien tersebut yang hidup
antikonvulsan biasanya diperlukan
sampai masa dewasa tatap pada
untuk mengendalikan kejang. Terapi
tingkat kognitif dan sosial yang sama
perilaku untuk mengendalikan perilaku
dengan tingkat pada tahun pertama
melukai diri sendiri, seperti juga dalam
kehidupan
terapi gangguan autistik, dan dapat
membantu mengatur disorganisasi
pernafasan.
Gangguan Perkembangan Pervasif yang Tidak Ditentukan

Prognosis Terapi

Laporan kasus masa lalu Terapi tergantung pada


menunjukkan perjalanan penyakit tingkat fungsi adaftif asien.
adan pronosis yang bervariasi Untuk pasien dengan
untuk pasien yang mendapatkan gangguan sosial prah,
diagnosis gangguan Asperger. beberapa teknik yang sama
Faktor yang berhubungan dengan dengan yang digunakan pada
prognosis yang baik adalah IQ gangguan autistik
normal dan tingkat keterampilan kemungkinan bermanfaat
sosial yang tinggi. dalam terapi gangguan
Asperger.
Gangguan Pervasif Yang Tidak Ditentukan
Gangguan ini harus didiagnosis jika seorang anak ● Pendekatan tetapi ini pada
menunjukkan gangguan kualitatif dalam dasarnya sama dengan terapi
perkembangan interaksi sosial timbal balik dan gangguan autistik.
keterampilankomunikasi verbal dan nonverbal
tetapi tidak memenuhi kriteria untuk gangguan
perkembangan pervasif lannya, skizofrenia, atau
gangguan kepribadian skozotipal atau
menghindar. Beberapa anak yang mendaptkan
diagnosis menunjukkan kumpulan aktivitas dan
minat yang jelas terbatas, kondisi biasanya
menunjukkan hasil akhir yang lebih baik
dibandingkan gangguan autistik.
Jenis gangguan perkembangan yang lain :
1.Keterbelakangan Mental (Retardasi Mental, RM) adalah suatu keadaan yang
ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata
disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri
(berprililaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 10 tahun.
ƒ Penyebab Keterbelakangan Mental:
1. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
2. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
3. Kelainan kromosom
4. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
5. Metabolik
6. Keracunan
7. Gizi
8. Lingkungan
• Kemiskinan
• Status ekonomi rendah
• Sindroma deprivasi.
Keterbelakangan Mental
Gejala Keterbelakangan Mental : Pengobatan Keterbelakangan mental
• Sangat terbelakang Tujuan pengobatan yang utama
• Koordinasi ototnya sedikit adalah mengembangkan potensi anak
sekali semaksimal mungkin. Sedini mungkin
• Mungkin memerlukan diberikan pendidikan dan pelatihan
perawatan khusus, yang meliputi pendidikan dan
khusus pelatihan kemampuan sosial untuk
• Memiliki beberapa koordinasi membantu anak berfungsi senormal
otot mungkin. Pendekatan perilaku sangat
• Kemungkinan tidak dapat penting dalam memahami dan bekerja
berjalan atau berbicara. sama dengan anak RM (Maharani,
2007)
Conduct Disorder

2. Conduct Disorder
Conduct disorder adalah satu
Menurut DSM (Diagnostic of Statistical Manual
kelainan perilaku yang mana
of Mental Disorder), Conduct
anak sulit
disorder merupakan suatu pola perilaku yang
membedakan benar salah, baik
terus berulang di mana hak
buruk; sehingga anak merasa
dasar orang lain atau norma atau aturan dalam
tidak bersalah
masyarakat dilanggar, yang
walaupun dia sudah berbuat
dimanifestasikan dengan keberadaan tiga ( atau
kesalahan. Dampaknya akan
lebih ) kriteria berikut dalam
sangat buruk bagi
12 bulan terakhir, dan sedikitnya satu kriteria
perkembangan sosial anak
harus ada dalam 6 bulan
tersebut maupun
terakhir (Jurnal, 2003).
perkembangan lainnya.
• Agresi terhadap orang-orang dan binatang:
Demikian
Sering marah-marah,menakuti orang lain
pula perilaku agresif seorang
• Perusakan Properti atau barang-barang:
anak, harus ada suatu langkah
Melempar-lempar barang yang ada
Jenis-jenis conduct disorder
Dibawah ini merupakan beberapa kategori conduct disorder menurut The
ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorders yang
dikeluarkan oleh
World Health Organization (WHO, 1992).
1. Conduct disorder yang dibatasi dalam konteks keluarga: merupakan
conduct disorder yang meliputi perilaku abnormal sepenuhnya, atau
hampir sepenuhnya, dibatasi dengan rumah dan atau interaksi dengan
keluarga.
2. Conduct disorder yang tidak terisolasi: merupakan conduct disorder
yang
ditandai dengan kombinasi perilaku disosial dan agresif yang berulang
(tidak hanya perilaku melawan, menyimpang, atau mengganggu),
dengan abnormalitas yang dapat menembus secara signifikan dalam
hubungan individualnya dengan anak-anak yang lain.
3. Conduct disorder yang terisolasi: merupakan conduct disorder yang
meliputi perilaku sosial dan agresif yang berulang (tidak hanya perilaku
Treatment dan terapi bagi anak dengan conduct
disorder
• Trannning bagi orang tua untuk dapat mengenali perilaku anak
atau
remaja yang mengalami conduct disorder
• Terapi keluarga
• Tranning problem solving skills untuk anak dan remaja tersebut
• Community base service yang difokuskan pada anak-anak
dalam keluarga
atau lingkungan disekitarnya

Terapi yang mungkin dilakukan untuk anak penyandang conduct


disorder
adalah sebagai berikut:
• Pendekatan Cognitive-Behavioral
Treatment dan terapi bagi anak dengan
conduct disorder
• Family theraphy
Family theraphy adalah terapi yang mengfokuskan pada
perubahan
system keluarga seperti meningkatkan communications
skills dan interaksi
dalam keluarga.
• Peer group theraphy
Peer group theraphy adalah terapi yang difokuskan
peningkatan social
skills dan interpersonal skills
• Medication
Meskipun bukan merupakan threatment yang efektif,
Attentation Deficit Hyperactive Disorders (ADHD)

3.Attentation Deficit Hyperactive Disorders (ADHD)


Adalah kependekan dari Attentation Deficit Hyperactive Disorders
yang
merupakan istilah yang paling sering digunakan untuk menyatakan
suatu
keadaan yang memiliki karakterisrik utama ketidakmampuan
memusatkan perhatian,impulsivitas, dan hiperaktivitas yang tidak
sesuai dengan perkembangan
anak (Jurnal, 2003).
ƒ Penyebab ADHD
Ditimbulkan Karena faktor lingkungan sosial atau karena metode
pengasuhan anak, penyebab yang paling subtansi dan paling
diyakini
ƒ Pengobatan / terapi ADHD

.• Terapi Medikasi
Terapi medikasi atau famakologi adalah penanganan dengan
mengguanakan obat-obatan.
• Terapi Nutrisi
Terapi nutrisi adalah terapi yang mengacu pada keseimbanganan
makana. Seperti keseimbangan karbohidrat, penanganan gangguan
pencernaan.
• Terapi Biomedis
Terapi biomedis dilakukan dengan pemberian suplemen nutrisi,
defisiensi mineral, essential fatty Acids, gangguan metabolism asam
amino dan
toksisitas ligam berat.
• Terapi modifikasi prilaku
Terapi modifikasi perilaku harus melalui pendekatan perilaku secara
langsung, dengan lebih mengfokuskan pada perubahan spesifik.
Modifikasi perilaku merupakan pola penanganan yang paling efektif
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN
faktor yang
1. faktor herediter
mempengaruhi faktor herediter adalah faktor yang diturunkan sebagai dasar
pertumbuhan untuk mencapai perkembangan anak jika dibandingkan dengan
faktor lain. Faktor ini terdiri dari bawaan atau kelainan genetik
dan dan kromosom dari ayah dan ibu, jenis kelamin, ras, dan suku
bangsa. Kelainan genetik dan kromosom pada ayah dan ibu akan
perkembangan menjadi pengaruh pada perkembangan bayi. Faktor herediter
pada anak ditentukan dengan intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel
telur, tingkat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur
menurut pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang
Hidayat (2012)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN
2. faktor lingkungan
faktor lingkungan juga memegang peran penting dalam menentukan
tercapainya potensi yang sudah dimiliki anak. Adapun yang termasuk
faktor lingkungan yaitu lingkungan pranatal dan lingkungan postnatal.
a. lingkungan pranatal adalah lingkungan pada saat dalam kandungan,
mulai dari konsepsi hingga lahir yang meliputi gizi sewaktu Ibu hamil,
lingkungan mekanis seperti posisi janin dalam uterus, zat-zat kimia atau
taxin seperti penggunaan obat-obatan atau alkohol, kebiasaan ibu yang
mungkin merokok saat hamil, hormonal seperti adanya hormone
somatotropin, plasenta, tiroid, insulin dan lain-lain yang mempengaruhi
pertumbuhan janin. Selain itu adanya tekanan mekanik pada beberapa
organ tubuh janin pemberian radiasi juga dapat menyebabkan kelainan
bawaan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN
b. Lingkungan postnatal ialah lingkungan setelah lahir yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak, seperti budaya lingkungan,
status sosial-ekonomi, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga atau
latihan fisik, posisi anak dalam keluarga, dan status kesehatan.
3. faktor hormonal
faktor hormonal yang berperan penting dalam tumbuh kembang
anak antara lain: Hormon somatotropin yang memiliki peran dalam
mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, hormon tiroid yang
menstimulasi metabolisme tubuh, sedangkan glukokortikoid
mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisal dari
testis untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk
memproduksi esterogen, Selanjutnya hormon tersebut akan
menstimulasi teks pada laki-laki maupun perempuan.
02 Gangguan Seksual
Contoh Kasus

Pada pertengahan tahun 2020 jagat maya dihebohkan dengan berita salah satu mahasiswa
Universitas Airlangga yang bernama Gilang, diduga melakukan tindakan pelecehan seksual dengan
membungkus korbannya menggunakan kain jarik. Saat itu gilang menyatakan bahwa ia sedangkan
mengerjakan penelitian tugas akhir dan memerlukan bantuan korban, dimana Gilang meminta korban
untuk membungkus dirinya sendiri dengan lakban dan kain jarik. Gilang ingin tahu reaksi yang
ditimbulkan dari penelitiannya.
Awalnya korban menolak, akan tetapi ia luluh karena merasa kasihan mana tahu susahnya menjadi
mahasiswa lama. Korban dibantu seorang temannya melilit lakban hingga mata dan mulutnya tertutup,
kemudian badannya dibungkus jarik rapat-rapat. Proses pembungkusan yang didokumentasikan itu
berlangsung selama tiga jam, foto dan video tersebut korban kirimkan ke Gilang dengan dalih laporan
penelitian. Akan tetapi bukannya berterima kasih atau meminta maaf, Gilang malah mengirimkan pesan
bernada godaan kepada korban.
Pengertian Gangguan Seksual

Menurut KBBI Menurut DSM-IV


01 Gangguan (terkait psikologi) disebut 02 Diagnostic and Statistical Manual of Mental
sebagai hal yang menyebabkan Disorders, fourth edition (DSM – IV),
ketidakwarasan atau ketidaknormalan disfungsi seksual diartikan sebagai beberapa
(tentang jiwa, kesehatan, pikiran). gangguan yang menunjukkan
Sedangkan seksual merupakan kondisi yang ketidakmampuan individu merespons secara
berkenaan dengan perkara persetubuhan seksual atau merasakan kenikmatan seksual
antara laki-laki dan perempuan. yang ditandai dengan gangguan klinis.
Sejarah seksual yang menyeluruh dan penilaian kesehatan umum dan masalah seksual lainnya (jika
ada) sangatlah penting. Menilai kinerja kecemasan, rasa bersalah, stres dan khawatir merupakan bagian
yang terintegrasi dari manajemen optimal disfungsi seksual. Banyak disfungsi seksual yang didefinisikan
didasarkan pada siklus respons seksual manusia, yang diusulkan oleh William H. Masters dan Virginia E.
Johnson, dan kemudian dimodifikasi oleh Helen Singer Kaplan. Ada banyak faktor yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami disfungsi seksual. Hal ini mungkin diakibatkan dari penyebab
emosional atau fisik. Faktor emosional diantaranya termasuk masalah interpersonal atau psikologis, yang
dapat menjadi hasil dari depresi, ketakutan atau rasa bersalah seksual, trauma seksual masa lalu, dan
gangguan seksual.
Menurut Emily Wentzell, budaya Amerika memiliki sentimen anti-penuaan yang telah
menyebabkan disfungsi seksual menjadi "penyakit yang membutuhkan perawatan" dan tidak melihatnya
sebagai bagian alami dari proses penuaan tersebut. Tidak semua budaya mencari pengobatan akan hal
tersebut; misalnya, populasi pria yang tinggal di Meksiko sering menerima disfungsi ereksi sebagai bagian
normal dari seksualitas mereka yang semakin matang.
Prevalensi Gangguan
Seksual dan Onset.
Prevalensi disfungsi sekual lebih tinggi pada wanita dibanding pria. Prevalensi disfungsi seksual
wanita terbagi dua, yaitu prevalensi gangguan orgasme 25,7% di Asia Timur, dan 29,5% di Asia Tenggara
serta prevalensi gangguan lubrikasi 26,7% di Asia Timur, dan 25,8% di Asia Tenggara (Lewis, 2011). Di
dunia 40-45% wanita setidaknya memiliki satu disfungsi seksual. Disfungsi gairah seksual adalah disfungsi
seksual paling sering terjadi, diikuti dengan disfungsi orgasme (Windhu, 2009).Pada pria, prevalensi
disfungsi seksual juga terbagi dua, yaitu prevalensi disfungsi ereksi 13,8% di Asia Timur dan 17,5% di Asia
Tenggara, serta prevalensi ejakulasi dini 19,4% di Asia Timur, dan 21,2% di Asia Tenggara.
Dalam dunia kedokteran, psikiatri, dan psikologi, istilah "onset" itu berarti serangan penyakit
atau awal timbulnya penyakit pada diri pasien.yang sedang mengalami gangguan seksual di
akibatkan trauma masa lalu atau faktor internal dan eksternal keturunan maupun lingkungan.
Disfungsi seksual sering disebabkan oleh stres fisik maupun psikis yang dialami oleh seseorang.
Penyebabnya bisa saja lebih dari satu faktor. Beberapa penyebab lain yang dapat mendasari
terjadinya gangguan disfungsi seksual
meliputi: stress, perasaan takut atau cemas tentang seks, pengaruh kadar hormon, masalah
kesehatan mental seperti depresi, kekerasan seksual atau trauma di masa lalu, mengalami masalah
dalam hubungan, konsumsi obat-obatan dan perawatan tertentu, menopause, serta mengalami
masalah medis seperti masalah jantung, kanker, dan sebagainya.
Dalam ICD X, gangguan keinginan dan gairah seksual masuk ke dalam kriteria disfungsi seksual dimana
pasien mengeluhkan tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan seksual sebagaimana yang diinginkan. Gangguan
keinginan dan gairah seksual ditegakkan apabila masalah utama pasien adalah kehilangan keinginan dan gairah
seksual dan bukan disebabkan oleh masalah seksual lainnya, misalnya gangguan ereksi atau dyspareunia. Gangguan
ini tidak menghalangi pasien untuk merasakan kenikmatan atau rangsangan seksual, tapi menyebabkan pasien
kesulitan menginisiasi aktivitas seksual.Dalam ICD X tidak dilakukan pembedaan gender untuk gangguan keinginan
dan gairah seksual.
Dalam DSM-V, gangguan keinginan dan gairah seksual masuk dalam kriteria disfungsi seksual, serta dibedakan
antara laki-laki dan perempuan.
Kriteria diagnosis gangguan ini mencakup:
Kurangnya atau penurunan signifikan keinginan/rangsangan seksual yang bermanifestasi, antara lain;
● Tidak ada/berkurangnya minat dalam aktivitas seksual
● Tidak ada/berkurangnya pikiran/fantasi yang bersifat erotis atau seksual.
● Tidak/berkurangnya inisiasi aktivitas seksual dan biasanya tidak merespon upaya pasangan untuk menginisiasi.
● Tidak ada/berkurangnya kesenangan/kenikmatan seksual ketika beraktivitas seksual pada semua atau hampir
semua kesempatan.  
● Tidak ada/berkurangnya minat/rangsangan seksual sebagai respon terhadap rangsangan-rangsangan
seksual/erotis, baik internal maupun eksternal (misalnya tertulis, verbal, visual).  
● Tidak ada atau berkurangnya sensasi genital atau nongenital ketika melakukan aktivitas seksual pada semua
atau hampir semua kesempatan.
Orientasi seksual digambarkan sebagai objek impuls
seksual seseorang: heteroseksual, biseksual, dan
homoseksual.
Heteroseksual mengacu pada kecenderungan
untuk tertarik pada lawan jenis. Misalnya laki-laki
secara emosional dan seksual tertarik pada
perempuan, heteroseksual dianggap sebagai
orientasi mayoritas.
Homoseksual adalah orientasi individu untuk
Biseksual sering disingkat “bi”, biseksual
memiliki ketertarikan fisik, emosional, seksual dan
adalah ketertarikan seorang individu dengan dua
romantis kepada individu lain yang berjenis kelamin
gender, yakni yang ia miliki, dan gender yang lain.
sama. Laki-laki yang tertarik dengan laki-laki lain
Contohnya, ada seorang perempuan yang menyukai
sering disebut gay, sedangkan perempuan yang
laki-laki, namun juga tertarik terhadap perempuan.
tertarik dengan perempuan lain disebut lesbian.
Jenis-jenis Gangguan Seksual

a. Disfungsi Seksual
Disfungsi seksual merupakan suatu gangguan heterogen yang biasanya ditandai dengan gangguan
yang signifikan secara klinis dalam kemampuan individu untuk merespon secara seksual atau
mengalami kenikmatan seksual.
Disfungsi seksual merupakan gejala masalah biologis atau konflik intrapsikis, atau psikogentik,
atau kombinasi kedua faktor tersebut. Fungsi seksual dapat dirugikan oleh stres dalam tiap
bentuknya, oleh gangguan emosional, oleh ketidaktahuan akan fungsi dan fisiologi seksua.
Subtipe disfungsi seksual:
Tipe berikut ini dapat digunakan untuk semua disfungsi seksual
A. Karena faktor psikologi atau karena kombinasi faktor psikologis dan kondisi umum.
B. Seumur hidup (terjadi selama keseluruhan kehidupan seksual seseorang) atau didapat.
C. Menyeluruh (terjadi dalam semua situasi dengan semua pasangan) atau situasional.
Macam-macam Disfungsi Seksual
● Gangguan Hasrat Seksual
Gangguan ini dicirikan oleh sedikit atau tidak ada minat pada seks yang menyebabkan
penderitaan yang signifikan dalam individu. Pada laki-laku kelainan ini disebut dengan
hipoaktif laki-laki gangguan hasrat seksual, sedangkan pada perempuan minat seksual yang
rendah hampir selalu disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menjadi bersemangat
atau terasang oleh aktivitas seksual. Dengan demikian kemampuan untuk terangsang pada
perempuan digabungkan dalam gangguan yang disebut gangguan minat atau gairah seksual
perempuan.
● Gangguan Rangsangan Seksual
a. Gangguan rangsangan seksual perempuan
Prevelensi gangguan rangsangan seksual perempuan diperkirakan lebih rendah. William
Masters dan Virginia Johnson menyatakan bahwa perempuan mengalami perangsangan
seksual sebelum onset menstruasi, namun beberapa perempuan juga melaporkan bahwa
mereka merasakan rangsangan seksual yang terbesar setelah menstruasi atau pada saat ovulasi.
Kriteria diagnostik untuk gangguan rangsangan ● Tidak ada atau berkurangnya sensasi genital
seksual perempuan: atau nongenital selama aktivitas seksual
A. Kurangnya atau berkurangnya secara signifikan hampir semua atau semua hubungan seksual
rangsangan seksual yang dimanifestasikan oleh konteks situasional atau generalisasi.
setidaknya tiga dari berikut ini: B. Gejala-gejala dalam kriteria A telah berlangsung
● Tidak ada atau berkurangnya minat dalam selama durasi minimal sekitar 6 bulan.
melakukan aktivitas seksual. C. Gejala pada kriteria A menyebabkan signifikan
● Tidak ada atau berkurangnya pikiran atau secara klinis kesusahan dalam diri individu.
fantasi seksual. D. Disfungsi seksual tidak lebih baik yang
● Tidak ada atau berkurangnya inisiasi aktivitas dijelaskan oleh aksis 1 lainnya gangguan mental
seksual, dan biasanya tidak menerima upaya nonseksual atau sebagai akibat dari tekanan
pasangan untuk memulai. hubungan yang parah atau stressor signifikan
● Tidak ada atau berkurangnya gairah seksual lainnya dan tidak disebabkan oleh efek suatu obat
selama aktivitas seksual hampir semua atau atau lainnya.
semua.
● Tidak ada atau berkurangnya gairah seksual
sebagai tanggapan terhadap isyarat seksual
internal atau eksternal (misalnya, tertulis, lisan,
visual).
b. Gangguan eraktil laki-laki
Gangguan ini juga disebut disfungsi erektil dan impotensi. Laki-laki dengan gangguan erektil
yang dialami seumur hidup tidak akan mampu mendapatkan ereksi yang cukup untuk insersi
vagina. Gangguan erektil pada laki-laki didapat telah dilaporkan terjadi pada 10% - 20% semua
laki-laki.
Kriteria diagnostik untuk gangguan erektil laki-laki:
A. Ketidakmampuan menetap untuk mencapai, atau untuk mempertahankan ereksi yang adekuat,
sampai selesainya aktivitas seksual.
B. Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.
C. Disfungsi seksual tidak lebih baik yang dijelaskan oleh aksis 1 lainnya gangguan mental
nonseksual atau sebagai akibat dari tekanan hubungan yang parah atau stressor signifikan lainnya
dan tidak disebabkan oleh efek suatu obat atau lainnya.
● Gangguan Orgasme
a. Gangguan Orgasmik Laki-laki
Pada gangguan orgasmik, laki-laki mencapai ejakulasi selama koitus dengan sangat sukar, jika
tidak sama sekali. Seorang laki laki menderita gangguan orgasmik seumur hidup dan jika ia tidak
pernah mampu mengalami ejakulasi selama koitus. Gangguan didiagnosis sebagai di dapat jika
gangguan berkembang setelah fungsi yang sebelumnya adalah normal. Beberapa peneliti
berpendapat bahwa harus dibuat perbedaan antara orgasme dan ejakulasi. Beberapa laki-laki
mengalami ejakulasi tetapi mengeluh adanya penurunan atau tidak adanya rasa kenikmatan subjektif
selama pengalaman orgasmik (anhedonia orgasmik). Insidensi gangguan orgasmik laki-laki adalah
jauh lebih rendah dibandingkan insidensi ejakulasi prematur atau impotensi.
Kriteria diagnostik gangguan orgasmik laki-laki:
A. Keterlambatan, atau tidak adanya, orgasme yang menetap atau rekuren setelah fase rangsangan
seksual yang normal selama aktivitas seksual yang dianggap klinisi, dengan mempertimbangkan usla
pasien, sebagal adekuat dalam fokus, intensitas, dan lamanya.
B. Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.
C. Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Aksis I lainnya (kecuali disfungsi
seksual lain), dan semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum .
b. Gangguan Orgasmik Wanita
Gangguan orgasmik wanita, disebut orgasme wanita terinhibisi dan juga disebut anorgasmia,
adalah didefinisikan sebagai inhibisi orgasme wanita yang rekuren atau persisten, dan dimanifestasikan
oleh keterlambatan orgasme yang rekuren atau tidak adanya orgasme setelah fase perangsangan seksual
yang normal yang dianggap klinisi adekuat dalam fokus, intensitas, dan durasinya. Gangguan ini adalah
ketidakmampuan wanita untuk mencapai orgasme melalui masturbasi atau koitus. Wanita yang dapat
mencapai orgasme dengan salah satu metoda tersebut tidak ya dapat dikategorikan sebagai anorgasmik,
walaupun suatu tingkat inhibisi seksual dapat didalilkan.
Kriteria diagnostik gangguan orgasmik wanita:
A. Keterlambatan, atau tidak ada, orgasme yang menetap atau rekuren setelah fase rangsangan seksual
yang normal. Wanita menunjukkan berbagai variasi dalam jenis atau intensitas stimulasi yang memicu
orgasme. Diagnosis gangguan orgasmik wanita harus didasarkan pada pertimbangan klinisi bahwa
kapasitas orgasmik wanita adalan kurang dari apa yang diperkirakan menurut usia, seksual, dan
keadekuatan stimulasi seksual yang diterimanya.
B. Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.
C. Distungsi seksual tidak lebih baik oleh gangguan Aksis I lainnya (kecuali disfungsi seksual lain), dan
semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat kondisi medis umum.
c. Ejakulasi Prematur
Dalam kasus ejakulasi prematur laki-laki terus menerus atau berulang kali mencapai
orgasme. Tidak ada periode waktu tertentu yang menentukan disfungsi. Diagnosis dibuat ketika
laki-laki secara teratur berejakulasi sebelum atau sesudah memasuki vagina.
Kriteria diagnostik gangguan ejakulasi prematur:
A. Ejakulasi terus menerus atau berulang dengan rangsangan seksual minimal sebelum, pada,
atau segera setelah penetrasi dan sebelum pasien menginginkannya. Klinis harus
mempertimbangkan faktor-faktor yang memperngaruhi lama fase rangsangan, seperti usia,
kebaruan pasangan atau situasi seksual, dan frekuensi aktivitas seksual akhir.
B. Gangguan menyebabkan penderitaan yang signifikan atau kesulitan berinterkasi dengan orang
lain.
C. Ejakulasi prematur bukan semata-mata karena efek langsung dari suatu zat.
d. Gangguan Orgasme Lainnya
Data pada orgasme wanita tidak ada, tidak ada kategori terpisah tentang orgasme prematur
pada wanita. Kasus orgasme spontan multipel tanpa stimulasi seksual disebabkan oleh fokus
epileptogenik di lobus temporalis.
● Gangguan Nyeri Seksual
a. Dispareunia
Dispareunia adalah nyeri genital yang berulang atau persisten yang terjadi sebelum, selama,
atau setelah hubungan seks pada laki-laki atau wanita. Dispareunia dikaitkan dengan vaginismus dan
sering terjadi bersamaan.
Kriteria diagnostik gangguan dispareunia:
A. Nyeri genital yang menertap atau rekuren yang berhubungan dengan hubungan seksual baik pada
laki-laki maupun wanita.
B. Gangguan menyebabkan penderitaan yang signifikan atau kesulitan berinterkasi dengan orang lain.
C. Gangguan tidak semata-mata disebabkan oleh vaginismus atau tidak adanya lubrikasi, tidak lebih
baik diterangkan oleh gangguan Aksis I lainnya, dan semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari
suatu zat, atau suatu kondisi umum.
b. Vaginismus
Vaginismus merupakan kontraksi otot yang tidak disengaja pada sepertiga bagian luar vagina
yang mengganggu insersi penis dan hubungan seks. Reaksi dapat terjadi selama pemeriksaan
ginekologis ketika konstriksi vagina yang tidak sengaja mencegah spekulum memasuki vagina.
Kriteria diagnostik gangguan vaginismus:
A. Kejang otot-otot sepertiga bagian bawah vagina yang persiten atau berulang yang mengganggu
hubungan seksual.
B. Gangguan menyebabkan penderitaan yang signifikan atau kesulitan berinterkasi dengan orang
lain.
C. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Aksis I lainnya, dan semata-mata bukan
efek fisiologis langsung dari suatu zat, atau suatu kondisi umum.
● Disfungsi Seksual Lantaran Gangguan Medis Umum
Kriteria diagnostik gangguan disfungsi seksual lantaran kondisi medis umum:
A. Disfungsi seksual yang signifikan secara klinis yang mengakibatkan penderitaan yang signifikan
kesulitan interpersonal yang terlibat dalam gambaran klinis. 
B. Berdasarkan riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium terdapat bukti bahwa disfungsi seksual
dijelaskan semata-mata oleh fisiologis eksklusif berdasarkan suatu syarat medis umum.
C. Gangguan ini bisa diterangkan lebih baik sang gangguan mental lain
a. Gangguan Erektil Laki-laki Lantaran Kondisi Medis Umum
Rasio disfungsi ereksi psikologis dan organik pada laki-laki telah difokuskan pada banyak penelitian.
Menurut orang, pengebirian (orchiectomy) tidak selalu menyebabkan disfungsi seksual. Ereksi masih terjadi
setelah pengebirian. Sebuah busur refleks, diaktifkan ketika paha bagian dalam dirangsang, melewati pusat
ereksi ke sumsum tulang belakang sakral menyebabkan fenomena ini.
b. Dispareunia Lantaran Kondisi Medis Umum
Diperkirakan 30% berdasarkan seluruh mekanisme bedah dalam wilayah genital perempuan
mengakibatkan lantaran dispareunia sementara. Kelainan organik yang mengakibatkan dispare unia dan
vaginismus merupakan residu himen yang teriritasi atau terinfeksi, jaringan parut episiotomi, infeksi
kelenjar Bartolini, aneka macam bentuk vaginitis dan servisitis, dan endometriosis. Nyeri pasca sanggama
sudah dilaporkan oleh perempuan menggunakan miomata dan endometriosis, serta mengakibatkan
kontraksi uterus selama orgasme.
c. Gangguan Hasrat Seksual Hipoaktif Lantaran Kondisi Medis Umum
Hasrat seksual seringkali menurun sesudah penyakit parah atau pembedahan, terutama apabila
gambaran tubuh tergoda sesudah mekanisme eksklusif seperti mastektomi, ileostomi, histerektomi, dan
prostatektomi. Penyakit-penyakit yang menurunkan tenaga seseorang, syarat kronis yang memerlukan
adaptasi fisik dan psikologis, serta penyakit berfokus yang bisa mengakibatkan orang sebagai terdepresi
semuanya bisa mengakibatkan penurunan bermakna hasrat seksual baik dalam laki-laki ataupun
perempuan.
d. Disfungsi Seksual Laki-laki Lain Lantaran Kondisi Medis Umum
Kategori ini digunakan jika suatu ciri disfungional lain adalah menonjol (sebagai
contohnya,gangguan orgasmik) atau tidak ada fitur yang menonjol. Gangguan orgasme laki-laki dapat
memiliki penyebab fisiologis dan terjadi setelah operasi pada saluran urogenital. Kondisi ini juga dapat
dikaitkan dengan penyakit Parkinson dan gangguan neurologis lainnya pada sumsum tulang belakang,
pinggang dan sakrum.
e. Disfungsi Seksual Perempuan Lain Lantaran Kondisi Medis Umum
Kategori ini digunakan bila ciri-ciri lain (misalnya, disfungsi orgasmik) dominan atau bila tidak
ada ciri-ciri dominan. Kondisi medis tertentu, terutama penyakit endokrin seperti hipotiroidisme,
diabetes, dan hiperprolaktinemia, dapat memengaruhi kemampuan perempuan untuk orgasme. Selain itu,
beberapa obat mempengaruhi kemampuan wanita untuk orgasme. Obat antihipertensi, stimulan sistem
saraf pusat, obat-obatantrisiklik, fluoksetin, dan paling sering penghambat monoamine oksidase
mengurangi kapasitas atau kapasitas perut wanita.
● Disfungsi Seksual Akibat Zat
Diagnosis ini digunakan apabila memiliki bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, serta
temuan dari laboratorium adanya intoksikasi atau putus zat. Dalam disfungsi seksual ini menganggu dalam
1 bulan intoksikasi atau putus zat yang bermakna. Zat-zat tersebut antara lain alkohol; amfetamin atau zat
yang berhubungan, kokain; opioid, sedatif, hipnotik, atau ansiolitik, serta zat lain atau yang tidak diketahui.
Kriteria diagnostik gangguan disfungsi seksual akibat zat:
A. Disfungsi sekual yang signifikan secara klinis yang menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan
interpersonal dalam gambaran klinis.
B. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium bahwa disfungsi
seksual sepenuhnya dijelaskan oleh pemnggunaan zat seperti yang ditujukan oleh salah satu (1) atau (2):
(1) Gejala dalam kriteria A muncul selama 1 bulan, intoksikasi zat.
(2) Pemakaian medikasi secara etiologis berhubungan dengan gangguan.
C. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh disfungsi seksual yang bukan diakibatkan zat. Bukti bahwa
gejala lebih baik dijelaskan oleh disfungsi seksual yang bukan akibat zat seperti: gejala mendahului onset
pemakaian atau ketergantungan zat; gejala menetap selama waktu yang cukup lama (misal: kira-kira 1
bulan) setelah hilangnya intoksikasi, atau cukup melebihi apa yang diperkirakan menurut jenis atau jumlah
zat yang digunakan; atau terdapat bukti lain yang mengarahkan adanya disfungsi seksual bukan akibat zat
yang tersendiri (misal: riwayat episode rekuren yang tidak berhubungan dengan zat).
● Disfungsi Seksual Yang Tidak Ditentukan kepala migrain pada individu yang sensitif.
Kriteria diagnostik gangguan disfungsi  Anhedonia Orgasmik
seksual yang tidak ditentukan: Suatu kondisi di mana individu tidak dapat
Kategori ini termasuk disfungsi seksual yang tidak mencapai orgasme fisik meskipun komponen
memenuhi kriteria untuk disfungsi seksual spesifik. fisiologis (seperti ejakulasi) tetap utuh. Penyebab
Contohnya adalah: organik, seperti lesi sakral dan sefalik yang
A. Tidak ada sensasi seksual subjektif meskipun mengganggu jalur dari alat kelamin ke korteks,
rangsangan dan orgasme yang normal. harus disingkirkan, sedangkan penyebab psikologis
B. Situasi di mana klinis telah menyimpulkan biasanya berhubungan dengan rasa bersalah yang
bahwa terdapat suatu disfungsi seksual namun kuat mengenai pengalaman kenikmatan seksual.
tidak mampu menentukan apakah primer, karena  Nyeri Masturbasi
kondisi medis umum, atau akibat zat. Dalam beberapa kasus, individu mungkin
- Macam-macam Disfungsi Seksual Yang Tidak mengalami rasa nyeri saat masturbasi. Robekan
Ditentukan kecil vagina atau penyakit Peyronie dini dapat
 Nyeri Kepala Pascasanggama menyebabkan rasa sakit. Individu mungkin
Hal ini ditandai dengan sakit kepala segera melakukan masturbasi sampai suatu tingkat yang
setelah berhubungan dan dapat berlangsung selama menyebabkan kerusakan fisik pada genitalnya dan
beberapa jam. Penyebabnya tidak diketahui, akhirnya mengalami nyeri selama tindakan
mungkin terdapat penyebab vascular, kejang otot, masturbasi selanjutnya.
atau psikogenik. Seks dapat menyebabkan nyeri
Jenis-jenis Gangguan Seksual
b. Parafilia

Parafilia berasal dari kata “para” yaitu


penyimpangan pada apa yang membuat orang Lebih dari 80% penderita paraphilia
tertarik (“philia”). Parafilia mengacu pada memiliki onset sebelum usia 18 tahun. Kejadian
sekelompok gangguan yang mencakup ketertarikan perilaku paraphilia memuncak pada usia antara 15
seksual terhadap objek yang tidak wajar atau dan 25 tahun dan selanjutnya menurun pada laki-
aktivitas seksual yang tidak pada umumnya.
laki berusia 50 tahun, paraphilia jarang terjadi
Individu mungkin akan menampilkan satu atau
lebih parafilia dan pola ini mungkin merupakan kecuali mereka yang tinggal dalam isolasi atau
aspek dari gangguan mental lain, seperti: dengan teman yang senasib.
skizofrenia, depresi, atau salah satu gangguan
kepribadian.
Macam-macam Parafilia
● Fetishisme yang digunakan dalam “cross-dressing.”
● Incest
Ketergantungan seseorang pada objek yang tidak
hidup untuk memperoleh rangsangan seksual. Penderitanya Incest sebagai subtipe pedofilia yang mengacu pada
kebanyakan laki-laki dan memiliki dorongan seksual yang hubungan seksual antara keluarga dekat dimana pernikahan
berulang dan mendalam terhadap objek yang tidak hidup tidak diperbolehkan antara mereka. Biasanya adalah pada
yang dibutuhkan untuk merangsang kepuasan seksual. kakak dan adik kandung, dan bentuk lain yang umum dan
dianggap lebih patologis adalah ayah dengan anak
Perilaku yang ditampakkan pelaku memiliki kualitas
perempuan. Bukti menunjukkan struktur keluarga dimana
kompulsif, yaitu suatu perilaku yang tidak bisa dibuat dan
incest terjadi adalah patriarkal yang tidak biasa dan
tidak bisa ditahan.
Kriteria diagnostik gangguan fetishisme: tradisional, terutama dengan memandang posisi perempuan
A. Selama periode minimal 6 bulan, berulang dan intens yang lebih rendah daripada laki-laki.
gairah seksual dari penggunaan benda mati atau fokus yang
sangat spesifik pada bagian tubuh nongenital, seperti
dimanifestasikan oleh fantasi, dorongan, atau perilaku.
B. Fantasi, dorongan seksual atau perilaku menyebabkan
secara klinis penderitaan yang signifikan atau gangguan
dalam sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya.
C. Objek fetish tidak terbatas pada barang-barang pakaian
● Pedofilia mungkin menggosokkan alat kelaminnya pada paha atau
Pedofilia berasal dari kata “pedos” yang mempunyai pantat seorang perempuan, atau memegang payudara atau
arti “anak yunani”. Pedofilia merupakan orang dewasa yang alat kelamin perempuan. Serangan ini biasanya dilakukan
pada tempat-tempat yang memungkinkan pelaku melarikan
mempunyai kepuasan seksual melalui kontak fisik dan
diri, misalnya di bus yang ramai atau jalanan.
seksual dengan anak-anak di bawah umur yang tidak
Kriteria diagnostik gangguan froteurisme:
memiliki hubungan darah dengannya.
A. Selama periode minimal 6 bulan, berulang dan intens
Kriteria diagnostik gangguan pedofilia:
A. Selama periode minimal 6 bulan, berulang, intens fantasi gairah seksual dari menyentuh atau menggosok terhadap
yang membangkitkan gairah seksual, dorongan seksual, atau orang yang tidak setuju, seperti yang dimanifestasikan oleh
perilaku yang melibatkan aktivitas seksual dengan anak pra fantasi, desakan, atau perilaku.
B. Individu tersebut telah bertindak berdasarkan dorongan
remaja atau anak-anak (umumnya berusia 13 tahun atau
seksual dengan orang yang tidak setuju, atau fantasi seksual
lebih muda).
yang menyebabkan secara klinis penderitaan yang signifikan
B. Individu tersebut telah bertindak berdasarkan dorongan
atau gangguan dalam sosial, pekerjaan, atau area fungsi
seksual atau fantasi seksual yang menyebabkan secara klinis
penderitaan yang signifikan atau gangguan dalam sosial, penting lainnya.
pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya.
C. Individu berusia minimal 16 tahun dan paling sedikit 5
tahun lebih tua dari anak atau anak-anak dalam kriteria A.
● Froteurisme
Froteurisme merupakan orientasi seksual dengan
menyentuh orang lain yang tidak disangka-sangka. Pelaku
● Voyeurisme Memperoleh kepuasan seksual dengan menunjukkan
Voyeurisme merupakan referensi yang nyata untuk alat kelaminnya pada orang lain yang tidak menghendakinya,
terkadang pada anak-anak. Rangsangan seksual diperoleh
memperoleh kepuasan seksual dengan melihat orang lain
pada saat pelaku membayangkan dirinya memamerkan alat
dalam keadaan tanpa busana atau sedang melakukan
kelamin dan ia masturbasi pada saat memamerkan alat
hubungan seksual. Orang yang mengalami gangguan ini akan
kelaminnya.
mengalami kepuasan seksual dengan melakukan masturbasi,
baik saat melihat kejadian atau sesudahnya. Terkadang Kriteria diagnostik gangguan eksibisionisme:
mereka berfantasi melakukan kontak seksual dengan orang A. Selama periode setidaknya 6 bulan, terdapat khayalan
yang dilihat, namun hal ini tetap menjadi fantasi. yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau
Kriteria diagnostik gangguan voyeurisme: perilaku yang berulang dan kuat berupa memamerkan alat
kelaminnya sendiri kepada orang yang tidak dikenal dan
A. Selama periode setidaknya 6 bulan, gairah seksual yang
tidak menduga.
berulang dan intens dari mengamati orang lain dalam keadaan
B. Individu tersebut telah bertindak berdasarkan dorongan
tanpa busana yang tidak menaruk curiga atau sedang
melakukan aktivitas seksual, seperti yang dimanifestasikan seksual atau fantasi seksual yang menyebabkan secara klinis
oleh fantasi, dorongan atau perilaku. penderitaan yang signifikan atau gangguan dalam sosial,
B. Individu tersebut telah bertindak berdasarkan dorongan pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya.
seksual atau fantasi seksual yang menyebabkan secara klinis
penderitaan yang signifikan atau gangguan dalam sosial,
pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya.
C. Individu yang mengalami gairah dan/atau bertindak
berdasarkan dorongan tersebut berusia minimal 18 tahun.
● Eksibisionisme
● Sadisme dan Masokhisme Seksual seksual yang menyebabkan secara klinis penderitaan yang
Sadisme adalah kegemaran untuk memperoleh signifikan atau gangguan dalam sosial, pekerjaan, atau
atau meningkatkan kepuasan seksual dengan area fungsi penting lainnya.
menimbulkan kesakitan, baik fisik maupun psikologis. Kriteria diagnostik gangguan masokhisme seksual:
Misalnya mempermalukan orang lain. Sedangkan A. Selama periode minimal 6 bulan, berulang dan intens
masokisme adalah kegemaran seseorang untuk gairah seksual dari tindakan dihina, dipukuli, terikat, atau
memperoleh atau meningkatkan kepuasan seksual dengan dibuat menderita, seperti yang ditunjukkan oleh fantasi,
menjadikan dirinya sebagai objek untuk disakiti dan dorongan, atau perilaku.
dipermalukan. Kedua gangguan ini dapat ditemukan pada B. Fantasi, dorongan seksual, atau perilaku menyebabkan
hubungan heteroseksual maupun homoseksual. Banyak secara klinis penderitaan yang signifikan atau gangguan
penderita sadisme yang menjalin hubungan dengan orang dalam sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya.
masokisme untuk memperoleh kepuasan seksual. Sekitar
5-10% populasi di Amerika Serikat terlibat dalam
hubungan seperti ini.
Kriteria diagnostik gangguan sadisme seksual:
A. Selama periode minimal 6 bulan, berulang dan intens
gairah seksual dari penderitaan psikologis atau fisik orang
lain, seperti yang dimanifestasikan oleh fantasi, dorongan,
atau perilaku.
B. Individu tersebut telah bertindak berdasarkan dorongan
seksual dengan orang yang tidak setuju, atau fantasi
● Fetishisme Transvestik ditentukan yaitu kategori ini dimasukkan untuk
Fetishisme transvestik ditandai dengan khayalan menuliskan parafilia yang tidak memenuhi kriteria untuk
atau desakan seksual pada laki-laki heteroseksual untuk salah satau kategori spesifik. Contohnya adalah, tetapi
berpakaian dengan pakaian perempuan yang bertujuan tidak terbatas pada, skatologia telepon (telpon cabul),
untuk mendapatkan rangsangan dan sebagai pelengkap nekrofilia (mayat), parsialisme (perhatian yang eksklusif
masturbasi atau koitus. Dengan berjalannya waktu laki- pada bagian tubuh), zoofilia (binatang), koprofilis
laki dengan fetishisme transvestik ingin berpakaian dan (fases), klismafilia (enema), dan urofilia (urin).
hidup secara permanen menjadi perempuan.
Kriteria diagnostik gangguan fetishisme transvestik:
A. Selama periode minimal 6 bulan, pada seorang laki-
laki heteroseksual, terdapat fantasi yang merangsang
secara seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang
berulang dan kuat berupa “cross dressing.”
B. Fantasi, dorongan seksual, atau perilaku
menyebabkan secara klinis penderitaan yang signifikan
atau gangguan dalam sosial, pekerjaan, atau area fungsi
penting lainnya.
● Parafilia yang tidak ditentukan
Kriteria diagnostik gangguan parafilia yang tidak
Jenis-jenis Gangguan Seksual
c. Gangguan Seksual yang Tidak
Ditentukan
Kriteria diagnostik gangguan seksual yang
tidak ditentukan:
Kategori ini dimasukkan untuk
menuliskan gangguan seksual yang tidak
memenuhi kriteria untuk ganggua seksual
spesifik dan bukan disfungsi seksua atau
parafilia, seperti:

A. Perasaan ketidakcakapan yang jelas tentang


kinerja seksual atau sifat lain yang
berhubungan dengan standar-standar sendiri
tentang maskulinitas atau femininitas.
B. Kekawatiran mengenai pola hubungan
seksual yang berulang seperti ganti-ganti
pasangan yang dianggapnya sebagai barang
yang digunakan.
C. Penderitaan yang jelas dan persisten tentang
orientasi seksual.
Macam-macam Gangguan Seksual yang Tidak
ditentukan
● Masalah Pasangan maskulinitas atau femininitas. Individu mungkin
Kadang suatu keluhan harus memerlukan melakukan seks hanya selama gelap total, atau tidak
pandang dari suami istri atau pasangan, bukan sebagai membolehkan bagian tubuh tertentu untuk dilihat atau
disfungsi individual. Seperti pasangan dengan frekuensi disentuh.
hasrat seksual yang tidak sama. ● Don Juanisme
● Perkawinan yang Tidak Kumpul Tidur Don Juan merupakan sebutan untuk laki-laki
Seorang pasangan yang terlibat dalam yang hiperseksual dimana banyak memiliki pasangan
perkawinan yang tidak kumpul tidur, tidak pernah seksual perempuan. Setelah melakukan hubungan
melakukan koitus dan biasanya tidak sejalan serta seksual, Don Juan tidak lagi tertarik pada perempuan,
memiliki hambatan dalam seksualitasnya. Perasaan keadaan ini kadang disebut kecanduan seks.
bersalah, malu, atau ditingkatkan oleh masalah tersebut,
sehingga mereka mengalami konflik antara kebutuhan
mereka untuk menyembunyikan kesulitan mereka.
● Masalah Citra Tubuh
Beberapa orang merasa malu atas tubuhnya dan
mengalami perasaan ketidakcakapan yang berhungan
sengan standar yang dibentuk oleh individu sendiri akan
● Nimfomania 
Dorongan seksual pada perempuan yang berlebih secara murni atau nimfomania merupakan suatu
varian dari perilaku seksual. Perempuan berusaha untuk memuaskan kebutuhan ketergantungannya,
bukannya untuk memuaskan impuls seksualnya melalui tindakan. Kondisi ini smerupakan satu bentuk
kecanduan seks.
● Penderitaan yang Persisten dan Nyata tentang Orientasi Seksual
Penderitaan tentang orientasi seksual pada individu ditandai oleh ketidakpuasan dengan pola
rangsangan homoseksual, keinginan untuk meningkatkan perangsangan heteroseksual, dan perasaan
negatif tentang menjadi homoseksual. Pernyataan yang kadang-kadang ditemukan tentang pengaruh
bahwa hidup akan lebih mudah jika orang adalah tidak homoseksual tidak menyebabkan penderitaan
yang persisten dan nyata tentang orientasi seksual.
Terapi Gangguan Seksual
● Terapi seks Sedangkan terapi perilaku yang digunakan untuk
Terapi seks merupakan pelengkap yang tepat untuk mengidentifikasi pola parafilia yang dipelajari. Stimuli
mengobati pasien yang menderita disfungsi seksual tertentu dapat diberikan oleh diri sendiri dan digunakan oleh pasien
di mana mereka mencoba melakukan aktivitas seksual yang apabila mereka merasa bahwa akan bertindak atas dasar
tidak menyimpang dengan pasangannya. impulsnya.
● Hipnoterapi ● Terapi kelompok
Hipnoterapi atau terapi hipnosis kini banyak Terapi kelompok menyediakan sistem dukungan
dimanfaatkan sebagai metode pengobatan. Hipnoterapi yang kuat bagi pasien yang merasa malu, cemas, atau
bekerja dengan cara memasuki alam bawah sadar bersalah terhadap masalah seksual tertentu. Titik pertemuan
seseorang, lalu memberikan sugesti tertentu untuk yang berguna untuk menyanggah mitos seksual,
membantu proses penyembuhan. mengoreksi kesalahpahaman, serta memberikan informasi
● Terapi perilaku akurat tentang anatomi, fisiologi, serta berbagai perilaku
Terapis perilaku melihat disfungsi seksual sebagai seksual.
perilaku maladaptif yang dipelajari. Dalam kasus disfungsi
seksual, terapi perilaku melihat pasien sebagai ketakutan
terhadap interaksi seksual. Terapis perilaku menggunakan
metode tradisional untuk mendefiniskan hirarki situasi yang
menyebabkan kecemasan pada pasien, dari yang paling
kurang mengancam sampai yang paling mengancam.
● Terapi seks berorientasi analitik
Salah satu pilihan pengobatan yang paling efektif adalah penggunaan terapi seks yang
digabungkan dengan psikoterapi berorientasi psikoanalitik. Terapi seks memakan waktu lebih lama dari
biasanya, dan jadwal pengobatan yang lebih luas memungkinkan pasien untuk mempelajarai kembali
realitas kepuasan seksual setiap hari dalam hidupnya.
● Terapi biologis
Meskipun bentuk terapi biologis memiliki aplikasi yang terbatas, tetapi lebih banyak perhatian
telah diberikan pada pendekatan ini daripada di masa lalu. Methohexital sodium intravena telah
digunakan pada pasien yang mengalami ketegangan, walaupun obat-obatan dapat mempengaruhi respon
seksual. Kadang-kadang efek samping obat tertentu seperti thioridazine dan obat trisiklik yang
digunakan untuk memperpanjang respon seksual pada keadaan tertentu seperti ejakulasi prematur.
Pemakaian trisiklik juga telah dianjurkan dalam pengobatan pasien yang memiliki fobia terhadap seks.
● Terapi obat
Terapi obat termasuk medikasi antipsikotik serta antidepresan, adalah diindikasikan sebagai
pengobatan skizofrenia atau gangguan depresif jika parafilia adalah disertai dengan gangguan-gangguan
tersebut.
Daftar Pustaka
Acros, Barbara, 2004. Female Sexual Function and Response. JAOA. Supplement 1. Vol 104.No.1 S16 – S20.
Barlow, Durand, 2012. Abnormal Psychology: An Integrative Approach. Edisi 7. Amerika Serikat.
American Psychiatric Association, 2013. Diagnostic And Statistical Manual of Mental Diseorder. Edisi Kelima, DSM-5 TM.
Catalan, J.Heaton, K and Day, A . 1990. Couples Refered to A Sexual Dysfunction Clinic : Psychological and Physical Morbity.
Bristh Journal of Psychiatry.
Chandra, LS, 2005. Gangguan Fungsi atau Perilaku Seksual dan Penanggulangannya. Cermin Dunia Kedokteran. No. 149.
Fatmawati Fadil, dkk, 2019. Bunga Rampai: Apa Itu Psikopatologi. Banda Aceh: Unimal Press.
Kaplan, Sadock, Grebb, 1997. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis (Terj). Edisi 7, Jilid 2.
Pangkahila, W. 2000. Gangguan Fungsi Seksual Akibatnya Terhadap Fungsi Seksual Pasangan dan Cara Mengatasinya .
Simposium Awam Dies Universitas Surabaya Vol. XIII.

Diki Arisandi, Ira Puspitasari, dan Annisah. Diagnosa Gangguan Perkembangan Anak Dengan Metode Fuzzy Expert System, Jurnal
Teknologi Informasi & Komunikasi Digital Zone, Volume 8, Nomor1, Mei 2017

Muhammad Dahria, Rosindah Silalahi, dan Mukhlis Ramadhan. SISTEM PAKAR METODE DAMSTER SHAFER UNTUK
MENENTUKAN JENIS GANGGUAN PERKEMBANGAN PADA ANAK. Jurnal SAINTIKOM Vol. 12, No. 1, Januari 2013

Anda mungkin juga menyukai