Seksual
Pravelensi gangguan autistik terjadi dengan angka 2 sampai 5 kasus per 10.000 anak
(0,02 sampai 0,05 persen) dibawah usia 12 tahun. Jika retardasi mental berat dengan ciri
autistik dimasukkan, angka dapat meningkatkan sampai setinggi 20 per 10.000. pada
distribusi jenis kelamin, gangguan autistik ditemukan lebih sering pada anak laki-laki
dibandingkan pada anak perempuan. Tiga sampai lima kali lebih banyak anak laki-laki
yang memiliki gangguan autistik dibandingkan anak perempuan. Akan tetapi anak
perempuan yang memiliki gangguan autistik cenderung terkena lebih serius dan mebih
mungkin memiliki riwayat keluarga gangguan kognitif dibandingkan anak laki-laki. Dan
pada status sosioekonomi, pada penelitian awal menyatakan bahwa anak anak autistik
sering ditemukan pada status sosioekonomi yang tinggi, akan tetapi seiring berjalannya
waktu, kasus anak autistik juga banyak ditemukan pada status sosioekonomi yang
rendah.
Gangguan Autistik
Etiologi Terapi
Prognosis Terapi
2. Conduct Disorder
Conduct disorder adalah satu
Menurut DSM (Diagnostic of Statistical Manual
kelainan perilaku yang mana
of Mental Disorder), Conduct
anak sulit
disorder merupakan suatu pola perilaku yang
membedakan benar salah, baik
terus berulang di mana hak
buruk; sehingga anak merasa
dasar orang lain atau norma atau aturan dalam
tidak bersalah
masyarakat dilanggar, yang
walaupun dia sudah berbuat
dimanifestasikan dengan keberadaan tiga ( atau
kesalahan. Dampaknya akan
lebih ) kriteria berikut dalam
sangat buruk bagi
12 bulan terakhir, dan sedikitnya satu kriteria
perkembangan sosial anak
harus ada dalam 6 bulan
tersebut maupun
terakhir (Jurnal, 2003).
perkembangan lainnya.
• Agresi terhadap orang-orang dan binatang:
Demikian
Sering marah-marah,menakuti orang lain
pula perilaku agresif seorang
• Perusakan Properti atau barang-barang:
anak, harus ada suatu langkah
Melempar-lempar barang yang ada
Jenis-jenis conduct disorder
Dibawah ini merupakan beberapa kategori conduct disorder menurut The
ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorders yang
dikeluarkan oleh
World Health Organization (WHO, 1992).
1. Conduct disorder yang dibatasi dalam konteks keluarga: merupakan
conduct disorder yang meliputi perilaku abnormal sepenuhnya, atau
hampir sepenuhnya, dibatasi dengan rumah dan atau interaksi dengan
keluarga.
2. Conduct disorder yang tidak terisolasi: merupakan conduct disorder
yang
ditandai dengan kombinasi perilaku disosial dan agresif yang berulang
(tidak hanya perilaku melawan, menyimpang, atau mengganggu),
dengan abnormalitas yang dapat menembus secara signifikan dalam
hubungan individualnya dengan anak-anak yang lain.
3. Conduct disorder yang terisolasi: merupakan conduct disorder yang
meliputi perilaku sosial dan agresif yang berulang (tidak hanya perilaku
Treatment dan terapi bagi anak dengan conduct
disorder
• Trannning bagi orang tua untuk dapat mengenali perilaku anak
atau
remaja yang mengalami conduct disorder
• Terapi keluarga
• Tranning problem solving skills untuk anak dan remaja tersebut
• Community base service yang difokuskan pada anak-anak
dalam keluarga
atau lingkungan disekitarnya
.• Terapi Medikasi
Terapi medikasi atau famakologi adalah penanganan dengan
mengguanakan obat-obatan.
• Terapi Nutrisi
Terapi nutrisi adalah terapi yang mengacu pada keseimbanganan
makana. Seperti keseimbangan karbohidrat, penanganan gangguan
pencernaan.
• Terapi Biomedis
Terapi biomedis dilakukan dengan pemberian suplemen nutrisi,
defisiensi mineral, essential fatty Acids, gangguan metabolism asam
amino dan
toksisitas ligam berat.
• Terapi modifikasi prilaku
Terapi modifikasi perilaku harus melalui pendekatan perilaku secara
langsung, dengan lebih mengfokuskan pada perubahan spesifik.
Modifikasi perilaku merupakan pola penanganan yang paling efektif
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN
faktor yang
1. faktor herediter
mempengaruhi faktor herediter adalah faktor yang diturunkan sebagai dasar
pertumbuhan untuk mencapai perkembangan anak jika dibandingkan dengan
faktor lain. Faktor ini terdiri dari bawaan atau kelainan genetik
dan dan kromosom dari ayah dan ibu, jenis kelamin, ras, dan suku
bangsa. Kelainan genetik dan kromosom pada ayah dan ibu akan
perkembangan menjadi pengaruh pada perkembangan bayi. Faktor herediter
pada anak ditentukan dengan intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel
telur, tingkat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur
menurut pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang
Hidayat (2012)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN
2. faktor lingkungan
faktor lingkungan juga memegang peran penting dalam menentukan
tercapainya potensi yang sudah dimiliki anak. Adapun yang termasuk
faktor lingkungan yaitu lingkungan pranatal dan lingkungan postnatal.
a. lingkungan pranatal adalah lingkungan pada saat dalam kandungan,
mulai dari konsepsi hingga lahir yang meliputi gizi sewaktu Ibu hamil,
lingkungan mekanis seperti posisi janin dalam uterus, zat-zat kimia atau
taxin seperti penggunaan obat-obatan atau alkohol, kebiasaan ibu yang
mungkin merokok saat hamil, hormonal seperti adanya hormone
somatotropin, plasenta, tiroid, insulin dan lain-lain yang mempengaruhi
pertumbuhan janin. Selain itu adanya tekanan mekanik pada beberapa
organ tubuh janin pemberian radiasi juga dapat menyebabkan kelainan
bawaan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN
b. Lingkungan postnatal ialah lingkungan setelah lahir yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak, seperti budaya lingkungan,
status sosial-ekonomi, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga atau
latihan fisik, posisi anak dalam keluarga, dan status kesehatan.
3. faktor hormonal
faktor hormonal yang berperan penting dalam tumbuh kembang
anak antara lain: Hormon somatotropin yang memiliki peran dalam
mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, hormon tiroid yang
menstimulasi metabolisme tubuh, sedangkan glukokortikoid
mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisal dari
testis untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk
memproduksi esterogen, Selanjutnya hormon tersebut akan
menstimulasi teks pada laki-laki maupun perempuan.
02 Gangguan Seksual
Contoh Kasus
Pada pertengahan tahun 2020 jagat maya dihebohkan dengan berita salah satu mahasiswa
Universitas Airlangga yang bernama Gilang, diduga melakukan tindakan pelecehan seksual dengan
membungkus korbannya menggunakan kain jarik. Saat itu gilang menyatakan bahwa ia sedangkan
mengerjakan penelitian tugas akhir dan memerlukan bantuan korban, dimana Gilang meminta korban
untuk membungkus dirinya sendiri dengan lakban dan kain jarik. Gilang ingin tahu reaksi yang
ditimbulkan dari penelitiannya.
Awalnya korban menolak, akan tetapi ia luluh karena merasa kasihan mana tahu susahnya menjadi
mahasiswa lama. Korban dibantu seorang temannya melilit lakban hingga mata dan mulutnya tertutup,
kemudian badannya dibungkus jarik rapat-rapat. Proses pembungkusan yang didokumentasikan itu
berlangsung selama tiga jam, foto dan video tersebut korban kirimkan ke Gilang dengan dalih laporan
penelitian. Akan tetapi bukannya berterima kasih atau meminta maaf, Gilang malah mengirimkan pesan
bernada godaan kepada korban.
Pengertian Gangguan Seksual
a. Disfungsi Seksual
Disfungsi seksual merupakan suatu gangguan heterogen yang biasanya ditandai dengan gangguan
yang signifikan secara klinis dalam kemampuan individu untuk merespon secara seksual atau
mengalami kenikmatan seksual.
Disfungsi seksual merupakan gejala masalah biologis atau konflik intrapsikis, atau psikogentik,
atau kombinasi kedua faktor tersebut. Fungsi seksual dapat dirugikan oleh stres dalam tiap
bentuknya, oleh gangguan emosional, oleh ketidaktahuan akan fungsi dan fisiologi seksua.
Subtipe disfungsi seksual:
Tipe berikut ini dapat digunakan untuk semua disfungsi seksual
A. Karena faktor psikologi atau karena kombinasi faktor psikologis dan kondisi umum.
B. Seumur hidup (terjadi selama keseluruhan kehidupan seksual seseorang) atau didapat.
C. Menyeluruh (terjadi dalam semua situasi dengan semua pasangan) atau situasional.
Macam-macam Disfungsi Seksual
● Gangguan Hasrat Seksual
Gangguan ini dicirikan oleh sedikit atau tidak ada minat pada seks yang menyebabkan
penderitaan yang signifikan dalam individu. Pada laki-laku kelainan ini disebut dengan
hipoaktif laki-laki gangguan hasrat seksual, sedangkan pada perempuan minat seksual yang
rendah hampir selalu disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menjadi bersemangat
atau terasang oleh aktivitas seksual. Dengan demikian kemampuan untuk terangsang pada
perempuan digabungkan dalam gangguan yang disebut gangguan minat atau gairah seksual
perempuan.
● Gangguan Rangsangan Seksual
a. Gangguan rangsangan seksual perempuan
Prevelensi gangguan rangsangan seksual perempuan diperkirakan lebih rendah. William
Masters dan Virginia Johnson menyatakan bahwa perempuan mengalami perangsangan
seksual sebelum onset menstruasi, namun beberapa perempuan juga melaporkan bahwa
mereka merasakan rangsangan seksual yang terbesar setelah menstruasi atau pada saat ovulasi.
Kriteria diagnostik untuk gangguan rangsangan ● Tidak ada atau berkurangnya sensasi genital
seksual perempuan: atau nongenital selama aktivitas seksual
A. Kurangnya atau berkurangnya secara signifikan hampir semua atau semua hubungan seksual
rangsangan seksual yang dimanifestasikan oleh konteks situasional atau generalisasi.
setidaknya tiga dari berikut ini: B. Gejala-gejala dalam kriteria A telah berlangsung
● Tidak ada atau berkurangnya minat dalam selama durasi minimal sekitar 6 bulan.
melakukan aktivitas seksual. C. Gejala pada kriteria A menyebabkan signifikan
● Tidak ada atau berkurangnya pikiran atau secara klinis kesusahan dalam diri individu.
fantasi seksual. D. Disfungsi seksual tidak lebih baik yang
● Tidak ada atau berkurangnya inisiasi aktivitas dijelaskan oleh aksis 1 lainnya gangguan mental
seksual, dan biasanya tidak menerima upaya nonseksual atau sebagai akibat dari tekanan
pasangan untuk memulai. hubungan yang parah atau stressor signifikan
● Tidak ada atau berkurangnya gairah seksual lainnya dan tidak disebabkan oleh efek suatu obat
selama aktivitas seksual hampir semua atau atau lainnya.
semua.
● Tidak ada atau berkurangnya gairah seksual
sebagai tanggapan terhadap isyarat seksual
internal atau eksternal (misalnya, tertulis, lisan,
visual).
b. Gangguan eraktil laki-laki
Gangguan ini juga disebut disfungsi erektil dan impotensi. Laki-laki dengan gangguan erektil
yang dialami seumur hidup tidak akan mampu mendapatkan ereksi yang cukup untuk insersi
vagina. Gangguan erektil pada laki-laki didapat telah dilaporkan terjadi pada 10% - 20% semua
laki-laki.
Kriteria diagnostik untuk gangguan erektil laki-laki:
A. Ketidakmampuan menetap untuk mencapai, atau untuk mempertahankan ereksi yang adekuat,
sampai selesainya aktivitas seksual.
B. Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.
C. Disfungsi seksual tidak lebih baik yang dijelaskan oleh aksis 1 lainnya gangguan mental
nonseksual atau sebagai akibat dari tekanan hubungan yang parah atau stressor signifikan lainnya
dan tidak disebabkan oleh efek suatu obat atau lainnya.
● Gangguan Orgasme
a. Gangguan Orgasmik Laki-laki
Pada gangguan orgasmik, laki-laki mencapai ejakulasi selama koitus dengan sangat sukar, jika
tidak sama sekali. Seorang laki laki menderita gangguan orgasmik seumur hidup dan jika ia tidak
pernah mampu mengalami ejakulasi selama koitus. Gangguan didiagnosis sebagai di dapat jika
gangguan berkembang setelah fungsi yang sebelumnya adalah normal. Beberapa peneliti
berpendapat bahwa harus dibuat perbedaan antara orgasme dan ejakulasi. Beberapa laki-laki
mengalami ejakulasi tetapi mengeluh adanya penurunan atau tidak adanya rasa kenikmatan subjektif
selama pengalaman orgasmik (anhedonia orgasmik). Insidensi gangguan orgasmik laki-laki adalah
jauh lebih rendah dibandingkan insidensi ejakulasi prematur atau impotensi.
Kriteria diagnostik gangguan orgasmik laki-laki:
A. Keterlambatan, atau tidak adanya, orgasme yang menetap atau rekuren setelah fase rangsangan
seksual yang normal selama aktivitas seksual yang dianggap klinisi, dengan mempertimbangkan usla
pasien, sebagal adekuat dalam fokus, intensitas, dan lamanya.
B. Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.
C. Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Aksis I lainnya (kecuali disfungsi
seksual lain), dan semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum .
b. Gangguan Orgasmik Wanita
Gangguan orgasmik wanita, disebut orgasme wanita terinhibisi dan juga disebut anorgasmia,
adalah didefinisikan sebagai inhibisi orgasme wanita yang rekuren atau persisten, dan dimanifestasikan
oleh keterlambatan orgasme yang rekuren atau tidak adanya orgasme setelah fase perangsangan seksual
yang normal yang dianggap klinisi adekuat dalam fokus, intensitas, dan durasinya. Gangguan ini adalah
ketidakmampuan wanita untuk mencapai orgasme melalui masturbasi atau koitus. Wanita yang dapat
mencapai orgasme dengan salah satu metoda tersebut tidak ya dapat dikategorikan sebagai anorgasmik,
walaupun suatu tingkat inhibisi seksual dapat didalilkan.
Kriteria diagnostik gangguan orgasmik wanita:
A. Keterlambatan, atau tidak ada, orgasme yang menetap atau rekuren setelah fase rangsangan seksual
yang normal. Wanita menunjukkan berbagai variasi dalam jenis atau intensitas stimulasi yang memicu
orgasme. Diagnosis gangguan orgasmik wanita harus didasarkan pada pertimbangan klinisi bahwa
kapasitas orgasmik wanita adalan kurang dari apa yang diperkirakan menurut usia, seksual, dan
keadekuatan stimulasi seksual yang diterimanya.
B. Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.
C. Distungsi seksual tidak lebih baik oleh gangguan Aksis I lainnya (kecuali disfungsi seksual lain), dan
semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat kondisi medis umum.
c. Ejakulasi Prematur
Dalam kasus ejakulasi prematur laki-laki terus menerus atau berulang kali mencapai
orgasme. Tidak ada periode waktu tertentu yang menentukan disfungsi. Diagnosis dibuat ketika
laki-laki secara teratur berejakulasi sebelum atau sesudah memasuki vagina.
Kriteria diagnostik gangguan ejakulasi prematur:
A. Ejakulasi terus menerus atau berulang dengan rangsangan seksual minimal sebelum, pada,
atau segera setelah penetrasi dan sebelum pasien menginginkannya. Klinis harus
mempertimbangkan faktor-faktor yang memperngaruhi lama fase rangsangan, seperti usia,
kebaruan pasangan atau situasi seksual, dan frekuensi aktivitas seksual akhir.
B. Gangguan menyebabkan penderitaan yang signifikan atau kesulitan berinterkasi dengan orang
lain.
C. Ejakulasi prematur bukan semata-mata karena efek langsung dari suatu zat.
d. Gangguan Orgasme Lainnya
Data pada orgasme wanita tidak ada, tidak ada kategori terpisah tentang orgasme prematur
pada wanita. Kasus orgasme spontan multipel tanpa stimulasi seksual disebabkan oleh fokus
epileptogenik di lobus temporalis.
● Gangguan Nyeri Seksual
a. Dispareunia
Dispareunia adalah nyeri genital yang berulang atau persisten yang terjadi sebelum, selama,
atau setelah hubungan seks pada laki-laki atau wanita. Dispareunia dikaitkan dengan vaginismus dan
sering terjadi bersamaan.
Kriteria diagnostik gangguan dispareunia:
A. Nyeri genital yang menertap atau rekuren yang berhubungan dengan hubungan seksual baik pada
laki-laki maupun wanita.
B. Gangguan menyebabkan penderitaan yang signifikan atau kesulitan berinterkasi dengan orang lain.
C. Gangguan tidak semata-mata disebabkan oleh vaginismus atau tidak adanya lubrikasi, tidak lebih
baik diterangkan oleh gangguan Aksis I lainnya, dan semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari
suatu zat, atau suatu kondisi umum.
b. Vaginismus
Vaginismus merupakan kontraksi otot yang tidak disengaja pada sepertiga bagian luar vagina
yang mengganggu insersi penis dan hubungan seks. Reaksi dapat terjadi selama pemeriksaan
ginekologis ketika konstriksi vagina yang tidak sengaja mencegah spekulum memasuki vagina.
Kriteria diagnostik gangguan vaginismus:
A. Kejang otot-otot sepertiga bagian bawah vagina yang persiten atau berulang yang mengganggu
hubungan seksual.
B. Gangguan menyebabkan penderitaan yang signifikan atau kesulitan berinterkasi dengan orang
lain.
C. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Aksis I lainnya, dan semata-mata bukan
efek fisiologis langsung dari suatu zat, atau suatu kondisi umum.
● Disfungsi Seksual Lantaran Gangguan Medis Umum
Kriteria diagnostik gangguan disfungsi seksual lantaran kondisi medis umum:
A. Disfungsi seksual yang signifikan secara klinis yang mengakibatkan penderitaan yang signifikan
kesulitan interpersonal yang terlibat dalam gambaran klinis.
B. Berdasarkan riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium terdapat bukti bahwa disfungsi seksual
dijelaskan semata-mata oleh fisiologis eksklusif berdasarkan suatu syarat medis umum.
C. Gangguan ini bisa diterangkan lebih baik sang gangguan mental lain
a. Gangguan Erektil Laki-laki Lantaran Kondisi Medis Umum
Rasio disfungsi ereksi psikologis dan organik pada laki-laki telah difokuskan pada banyak penelitian.
Menurut orang, pengebirian (orchiectomy) tidak selalu menyebabkan disfungsi seksual. Ereksi masih terjadi
setelah pengebirian. Sebuah busur refleks, diaktifkan ketika paha bagian dalam dirangsang, melewati pusat
ereksi ke sumsum tulang belakang sakral menyebabkan fenomena ini.
b. Dispareunia Lantaran Kondisi Medis Umum
Diperkirakan 30% berdasarkan seluruh mekanisme bedah dalam wilayah genital perempuan
mengakibatkan lantaran dispareunia sementara. Kelainan organik yang mengakibatkan dispare unia dan
vaginismus merupakan residu himen yang teriritasi atau terinfeksi, jaringan parut episiotomi, infeksi
kelenjar Bartolini, aneka macam bentuk vaginitis dan servisitis, dan endometriosis. Nyeri pasca sanggama
sudah dilaporkan oleh perempuan menggunakan miomata dan endometriosis, serta mengakibatkan
kontraksi uterus selama orgasme.
c. Gangguan Hasrat Seksual Hipoaktif Lantaran Kondisi Medis Umum
Hasrat seksual seringkali menurun sesudah penyakit parah atau pembedahan, terutama apabila
gambaran tubuh tergoda sesudah mekanisme eksklusif seperti mastektomi, ileostomi, histerektomi, dan
prostatektomi. Penyakit-penyakit yang menurunkan tenaga seseorang, syarat kronis yang memerlukan
adaptasi fisik dan psikologis, serta penyakit berfokus yang bisa mengakibatkan orang sebagai terdepresi
semuanya bisa mengakibatkan penurunan bermakna hasrat seksual baik dalam laki-laki ataupun
perempuan.
d. Disfungsi Seksual Laki-laki Lain Lantaran Kondisi Medis Umum
Kategori ini digunakan jika suatu ciri disfungional lain adalah menonjol (sebagai
contohnya,gangguan orgasmik) atau tidak ada fitur yang menonjol. Gangguan orgasme laki-laki dapat
memiliki penyebab fisiologis dan terjadi setelah operasi pada saluran urogenital. Kondisi ini juga dapat
dikaitkan dengan penyakit Parkinson dan gangguan neurologis lainnya pada sumsum tulang belakang,
pinggang dan sakrum.
e. Disfungsi Seksual Perempuan Lain Lantaran Kondisi Medis Umum
Kategori ini digunakan bila ciri-ciri lain (misalnya, disfungsi orgasmik) dominan atau bila tidak
ada ciri-ciri dominan. Kondisi medis tertentu, terutama penyakit endokrin seperti hipotiroidisme,
diabetes, dan hiperprolaktinemia, dapat memengaruhi kemampuan perempuan untuk orgasme. Selain itu,
beberapa obat mempengaruhi kemampuan wanita untuk orgasme. Obat antihipertensi, stimulan sistem
saraf pusat, obat-obatantrisiklik, fluoksetin, dan paling sering penghambat monoamine oksidase
mengurangi kapasitas atau kapasitas perut wanita.
● Disfungsi Seksual Akibat Zat
Diagnosis ini digunakan apabila memiliki bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, serta
temuan dari laboratorium adanya intoksikasi atau putus zat. Dalam disfungsi seksual ini menganggu dalam
1 bulan intoksikasi atau putus zat yang bermakna. Zat-zat tersebut antara lain alkohol; amfetamin atau zat
yang berhubungan, kokain; opioid, sedatif, hipnotik, atau ansiolitik, serta zat lain atau yang tidak diketahui.
Kriteria diagnostik gangguan disfungsi seksual akibat zat:
A. Disfungsi sekual yang signifikan secara klinis yang menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan
interpersonal dalam gambaran klinis.
B. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium bahwa disfungsi
seksual sepenuhnya dijelaskan oleh pemnggunaan zat seperti yang ditujukan oleh salah satu (1) atau (2):
(1) Gejala dalam kriteria A muncul selama 1 bulan, intoksikasi zat.
(2) Pemakaian medikasi secara etiologis berhubungan dengan gangguan.
C. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh disfungsi seksual yang bukan diakibatkan zat. Bukti bahwa
gejala lebih baik dijelaskan oleh disfungsi seksual yang bukan akibat zat seperti: gejala mendahului onset
pemakaian atau ketergantungan zat; gejala menetap selama waktu yang cukup lama (misal: kira-kira 1
bulan) setelah hilangnya intoksikasi, atau cukup melebihi apa yang diperkirakan menurut jenis atau jumlah
zat yang digunakan; atau terdapat bukti lain yang mengarahkan adanya disfungsi seksual bukan akibat zat
yang tersendiri (misal: riwayat episode rekuren yang tidak berhubungan dengan zat).
● Disfungsi Seksual Yang Tidak Ditentukan kepala migrain pada individu yang sensitif.
Kriteria diagnostik gangguan disfungsi Anhedonia Orgasmik
seksual yang tidak ditentukan: Suatu kondisi di mana individu tidak dapat
Kategori ini termasuk disfungsi seksual yang tidak mencapai orgasme fisik meskipun komponen
memenuhi kriteria untuk disfungsi seksual spesifik. fisiologis (seperti ejakulasi) tetap utuh. Penyebab
Contohnya adalah: organik, seperti lesi sakral dan sefalik yang
A. Tidak ada sensasi seksual subjektif meskipun mengganggu jalur dari alat kelamin ke korteks,
rangsangan dan orgasme yang normal. harus disingkirkan, sedangkan penyebab psikologis
B. Situasi di mana klinis telah menyimpulkan biasanya berhubungan dengan rasa bersalah yang
bahwa terdapat suatu disfungsi seksual namun kuat mengenai pengalaman kenikmatan seksual.
tidak mampu menentukan apakah primer, karena Nyeri Masturbasi
kondisi medis umum, atau akibat zat. Dalam beberapa kasus, individu mungkin
- Macam-macam Disfungsi Seksual Yang Tidak mengalami rasa nyeri saat masturbasi. Robekan
Ditentukan kecil vagina atau penyakit Peyronie dini dapat
Nyeri Kepala Pascasanggama menyebabkan rasa sakit. Individu mungkin
Hal ini ditandai dengan sakit kepala segera melakukan masturbasi sampai suatu tingkat yang
setelah berhubungan dan dapat berlangsung selama menyebabkan kerusakan fisik pada genitalnya dan
beberapa jam. Penyebabnya tidak diketahui, akhirnya mengalami nyeri selama tindakan
mungkin terdapat penyebab vascular, kejang otot, masturbasi selanjutnya.
atau psikogenik. Seks dapat menyebabkan nyeri
Jenis-jenis Gangguan Seksual
b. Parafilia
Diki Arisandi, Ira Puspitasari, dan Annisah. Diagnosa Gangguan Perkembangan Anak Dengan Metode Fuzzy Expert System, Jurnal
Teknologi Informasi & Komunikasi Digital Zone, Volume 8, Nomor1, Mei 2017
Muhammad Dahria, Rosindah Silalahi, dan Mukhlis Ramadhan. SISTEM PAKAR METODE DAMSTER SHAFER UNTUK
MENENTUKAN JENIS GANGGUAN PERKEMBANGAN PADA ANAK. Jurnal SAINTIKOM Vol. 12, No. 1, Januari 2013