Anda di halaman 1dari 33

KONSEP BIAYA

Muhammad Iqbal

Program Study Audit Fakultas Ekonomi


Universitas Nasional Jakarta
KARAKTERISTIK BIAYA

Karakteristik utama:
1.      Penurunan asset 
Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul, harus terjadi
transaksi atau kejadian yang menurunkan asset atau menimbulkan aliran
keluar asset atau sumber ekonomik. Asset dalam hal ini harus diartikan
sebagai semua asset perusahaan sebagai semua asset perusahaan sebagai
suatu kesatuan.
2.      Operasi utama yang menerus 
Agar menjadi biaya konsumsi tersebut harus berkaitan dengan
kegiatan utama atau sentral kesatuan usaha. Yang dimaksud dengan
kegiatan utama adalah kegiatan penciptaan pendapatan (laba) yang
direpresentasikan dalam kegiatan memproduksi/ mengirim barang atau
menyerahkan/ melaksanakan jasa.
KARAKTERISTIK BIAYA

Karakteristik pendukung:
1. Kenaikan kewajiban 
Alasannya adalah agar makna biaya cukup luas untuk mencakupi pula pos-
pos yang timbul dalam penyesuaian akhir tahun. Bila barang dan jasa telah
dimanfaatkan oleh perusahaan tetapi perusahaan tidak mengakuinya
sebagai asset sebelumnya atau perusahaan belum mengakui kewajiban
atas penggunaan barang dan jasa yang dikuasai pihak lain, perusahaan
mempunyai keharusan untuk membayar atau melakukan pengorbanan
sumber ekonomik dimasa dating sehingga kewajiban timbul. Sebagai
contoh adalah tariff (fee) pengiriman barang oleh perusahaan  ekspedisi
yang belum dibayar perusahaan. Jasa pengiriman telah dikonsumsi dan
menimbulkan pendapatan sehingga biaya harus timbul diikuti dengan
keneikan kewajiban.
KARAKTERISTIK BIAYA

2. Penururnan akuitas 
Defenisi APB dan IAI secara eksplisit menyebutkan bahwa
penururnan asset akhirnya akan mengubah ekuitas atau menurunkan
ekuitas. Penurunan ekuitas lebih menegaskan pengertian biaya karena
tidak setiap penurunan asset mengakibatkan penurunan ekuitas.
Misalnya pembagian dividen kas merupakan penurunan asset tetapi
tidak dapat disebut sebagai biaya. Jadi, penurunan ekuitas hanya
merupakan karakteristik pendukung makna biaya.
Pengertian Biaya

• FASB (1980) mendefinisikan biaya sebagai berikut : “Biaya adalah aliran


keluar (outflows) atau pemakaian aktiva atau timbulnya hutang (atau
kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penjualan atau
produksi barang atau penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan yang lain
yang merupakan kegiatan utama suatu entitas” . 

• Sedang IAI (1994) mendefinisikan biaya (beban) sebagai berikut :Beban


(expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal. Dari pengertian di atas
dapat dilihat bahwa biaya pada akhirnya merupakan aliran keluar aktiva
meskipun kadang-kadang harus melalui hutang lebih dahulu.
Pengertian Biaya

• Sementara Kam (1990) mendefinisikan biaya sebagai penurunan nilai


aktiva atau kenaikan hutang atau kenaikan ekuitas pemegang saham
(stockholder’s equity) sebagai akibat pemakian barang dan jasa oleh suatu
unit usaha untuk menghasilkan pendapatan pada periode berjalan.

 Lepas dari perbedaan tersebut, yang jelas setiap cost yang dinyatakan
keluar dalam rangka menghasilkan pendapatan disebut dengan biaya.
Rugi

Karakteristik yang melekat pada makna dari pengertian rugi:


1.      Penurunan ekuitas (aset bersih)
2.      Transaksi periferal atau insidental.
3.      Selain apa yang didefinisi sebagai biaya atau selain distribusi ke pemilik.

Empat sumber rugi yang diidentifikasi FASB adalah:


1.      Periferal dan Insidental: misalnya penjualan investasi dalam surat berharga,
penjualan aset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatuh tempo.
2.      Transfer nontimbal-balik. Dengan pihak lain: misalnya pencurian dan
pembayaran dari kekalahan dalam tuntutan perkara  hukum.
3.      Penahanan aset. Misalnya penurunan harga sekuritas investasi, oenurunan
nilai-tukar valuta asing, penuruanan harga karena penahanan sediaan.
4.      Faktor Lingkungan. Misalnya ganti rugi asuransi musibah alam yang lebih
rendah dari kos aset yang rusak.
Perbedaan Cost dan Expense

Definisi Biaya (Cost) :


• Mulyadi (2000 : 8-10), Mengemukan bahwa definisi biaya dibagi atas dua
yaitu biaya dalam arti sempit dan biaya dalam arti luas. Dalam arti luas
biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan
uang yang telah terjadi dan kemungkinan akan terjadi (belum terjadi)
untuk tujuan tertentu. Sedangkan pengertian biaya dalam arti sempit
adalah sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
• Menurut Bastian Bustami (2007), Biaya atau cost adalah pengorbanan
sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau
kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya ini
belum habis masa pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva  yang
dimasukkan dalam neraca.
Perbedaan Cost dan Expense

Definisi Beban (Expense) :


• Menurut Standar Akutansi Keuangan (1999 : 12), Beban
(expence) adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu
periode akuntasi dalam bentuk arus kas keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban
mengakibatkan penurunan ekiutas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanaman modal.
Perbedaan Cost dan Expense

Letak di Laporan Keuangan :

• Biaya (Cost), terletak dalam laporan neraca (Belum terpakai,


biaya-biaya yang dianggap akan memberi manfaat dimasa
yang akan datang, berupa aktiva) Misal : Sewa Dibayar
Dimuka

• Beban (Expense), terletak dalam laporan laba-rugi


(Pengeluaran/Biaya yang telah terpakai dan tidak dapat
memberikan manfaat lagi dimasa yang akan datang) Misal :
Beban Sewa
Perbedaan Cost dan Expense
Periode Akuntansi :
• Biaya (Cost), periodenya lebih dari satu tahun, merupakan
pengeluaran modal (capital expenditure)
• Beban (Expense), periodenya kurang dari satu tahun,
merupakan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure)

Jumlah Rupiah Yang Dikeluarkan :


• Biaya (Cost), Jumlah rupiah yang dikeluarkan dalam jumlah
yang besar.
• Beban (Expense), Jumlah rupiah yang dikeluarkan relatif kecil.
Pengukuran dan Pengakuan Biaya

Pengukuran Biaya
Sejalan dengan penilaian aktiva, biaya dapat diukur
atas dasar jumlah rupiah yang digunakan untuk penilaian
aktiva dan hutang. Oleh karena itu pengukuran biaya dapat
didasarkan pada :
1.    Cost Historis.
2.    Cost pengganti/cost masukan terkini
3.    Setara kas (Cash Equivalent)
Meskipun ada berbagai dasar penilaian, dalam praktek yang
paling banyak digunakan untuk mengukur biaya adalah cost
histories.
Pengukuran dan Pengakuan Biaya

• Cost memiliki dua kedudukan penting yaitu sebagai aktiva dan sebagai beban
pandapatan. Atas dasar konsep kontinuitas usaha, cost mula-mula diperlakukan
sebagai aktiva dan kemudian baru diperlakukan sebagai pengurang pendapatan.
Misalnya cost persediaan awalnya dicatat sabagai aktiva, bila cost tersebut telah
dinyatakan keluar untuk menghasilkan pendapatan, maka cost tersebut
dinyatakan sebagai biaya, dengan nama cost of goods sold.
• Proses pembebanan cost pada dasarnya merupakan proses pemisahan cost. Agar
informasi yang dihasilkan akurat, bagian cost yang telah diakui sebagai biaya pada
periode berjalan dan bagian cost yang dilaporkan sebagai aktiva harus dapat
ditentukan dengan jelas.
Ada dua masalah yang muncul sehubungan dengan pemisahan cost tsb, yaitu :
• Kriteria yang digunakan untuk menentukan cost tertentu yang harus dibebankan
pada pendapatan periode berjalan.
• Kriteria yang digunakan untuk menentukan bahwa cost tertentu ditangguhkan
pembebanannya.
Pengakuan Biaya

Semua cost dapat ditangguhkan pembebannya sebagai biaya, apabila cost


tersebut memenuhi sebagai kriteria sebagai aktiva, yaitu:
• memenuhi definisi aktiva (memiliki manfaat ekonomi masa mendatang,
dikendalikan perusahaan, berasal dari transaksi masa lalu).
• Ada kemungkinan yang cukup bahwa manfaat ekonomi masa mendatang
yang melekat pada aktiva dapat dinikmati oleh entitas yang menguasai.
• Besarnya manfaat dapat diukur dengan cukup andal.
Atas dasar hal tersebut, maka cost yang dikeluarkan memenuhi
criteria sebagai aktiva, maka cost tersebut dapat ditunda
pembebanannya. Namun apabila terdapat kasus dimana cost yang jenis
pengeluarannya terjadi berulang-ulang setiap periode, cost tersebut
dapat langsung dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya.
Kondisi ini tidak terjadi pada persediaan dan persekot biaya.
Konsep Penandingan

• Konsep penanding adalah konsep yang dimaksudkan untuk mencari dasar


hubungan yang tepat dan rasional antara pendapatan dan biaya.
Pendapatan merupakan hasil yang dituju perusahaan, sementara cost
yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut merupakan
upaya yang dilakukan perusahaan. Dengan demikian, pendapatan harus
ditandingkan dengan biaya yang diperkirakan telah menghasilkan
pendapatan tersebut, agar dihasilkan laba yang tepat.
• Penandingan antara biaya dan pendapatan memerlukan dasar yang tepat.
Upaya mencari dasar penandingan yang tepat merupakan masalah yang
sering dihadapi akuntan, tidak hanya menyangkut penentuan aktiva atau
jasa yang benar-benar telah dipakai, namun menyangkut penghitungan
besarnya nilai aktiva atau jasa yang telah digunakan.
Konsep Penandingan

Paton dan Littleton menyatakan:


Masalah utama dalam menandingkan pendapatan dan biaya
adalah mencari dasar penandingan yang paling tepat antara pendapatan
dan biaya yang berhubungan langsung dengan pendapatan tersebut.
Hubungan fisik yang dapat dilihat sebenarnya dapat digunakan sebagai
media untuk melacak dan membebankannya. Meskipun demikian harus
diakui bahwa dengan melihat kondisi yang ada, dasar penandingan yang
paling penting adalah kelayakan (reasonableness), bukannya pengukuran
fisik.
Dari pernyataan tersebut, terlihat bahwa tidak semua biaya
dapat ditandingkan secara langsung dengan pendapatan berdasarkan
hubungan fisik. Oleh karena itu, akuntansi menggunakan dasar unit waktu
sebagai dasar penandingan pendapatan dengan biaya.
Konsep Penandingan

Dalam praktek ada tiga dasar penandingan yang umum


digunakan untuk mencari hubungan antara biaya pendapatan dalam satu
periode tertentu. Dasar penandingan tersebut adalah :
• Hubungan sebab akibat (association of causes and effects),
• Alokasi sistematik dan rasional (systematic and rational allocation), dan
• Pembebanan segera (immediate recognition).
A. Hubungan Sebab Akibat

Dasar yang paling ideal untuk menandingkan biaya dengan


pendapatan adalah hubungan sebab akibat. Meskipun sulit dibuktikan,
namun atas dasar pengamatan yang dilakukan oleh akuntan menunjukkan
bahwa barang atau jasa tertentu yang digunakan dalam proses produksi
pada akhirnya akan membantu dalam proses menghasilkan pendapatan
selama periode tertentu.

Dasar penandingan ini sering disebut dengan penandingan


langsung. Dasar penandingan ini sesuai dengan konsep upaya dan hasil
seperti yang diungkap oleh Patton dan Littleton. Atas dasar pengamatan
fisik dan pengamatan kejadian, jelas terlihat bahwa pendapatan tidak
akan terjadi apabila tidak ada penyerahan barang dan jasa.
Hubungan Sebab Akibat

Ada beberapa masalah teknis yang timbul apabila penandingan


langsung atas dasar produk digunakan sebagai dasar hubungan sebab
akibat. Masalah tersebut adalah:
• Pemakaian barang dan jasa yang bagaimana yang dapat diidentifikasi
dengan produk?
• Apabila biaya tidak menambah nilai produk tertentu, kapan biaya tersebut
dapat dihubungkan secara langsung dengan pendapatan di masa yang
akan datang? Bagaimana biaya tersebut dapat dilaporkan dengan tepat
sesuai dengan pendapatan yang diperoleh?
• Kapan biaya yang terjadi setelah penjualan dapat dicatat dan dilaporkan?
B. Alokasi Sistematis dan Rasional

Alokasi sistematik dan rasional sering disebut dengan dasar


penandingan periodik (indirect matching) atau penandingan tidak
langsung (indirect matching). Alokasi sistematik dan rasional dapat
digunakan sebagai dasar penandingan apabila dasar penandingan
hubungan sebab-akibat tidak dapat dilakukan. Atas dasar konsep
penandingan ini, ukuran penandingan digunakan bukan produk(unit fisik)
tetapi periode. Cost yang terjadi dapat dialokasikan dalam beberapa
periode, dan dapat juga langsung diakui dan dibebankan sebagai biaya.
Apabila manfaat cost tersebut dialokasikan secara sistematik pada
periode yang menikmati manfaat tersebut.
Alokasi Sistematis dan Rasional

Meskipun dapat menimbulkan masalah, alokasi sistematis tetap


dapat digunakan sebagai dasar penandingan. Ada beberapa alasan yang
mendukung pemakaian alokasi sistematis dan rasional
1. Banyak cost periodik yang berhubungan secara tidak langsung dengan
pendapatan periode berjalan. Dengan demikian, tidak ada penyimpangan
yang material dalam prinsip penandingan apabila biaya diakui pada saat
barang/jasa digunakan atau dijual.
2. Pada beberapa kasus sulit mencari hubungan langsung antara cost
tertentu dengan pendapatan. Apabila cost dikeluarkan untuk kegiatan
operasional perusahaan, maka cost tersebut harus diakui sebagai biaya
pada periode terjadinya.
Alokasi Sistematis dan Rasional

1. Apabila manfaat masa mendatang tidak dapat diukur dengan cukup pasti
atau cost yang dikeluarkan tidak memiliki hubungan dengan pendapatan
di masa mendatang, maka tidak ada alasan menunda pembebanan cost
sebagai biaya pada periode terjadinya.
2. Apabila biaya bersifat rutin(regular) dan terjadi berulang-ulang , maka
pembebanan langsung secara material tidak akan berpengaruh terhadap
laba bersih, meskipun penandingan yang tidak tepat dicapai.
3. Apabila cost tersebut merupakan joint-cost , maka alokasi arbirer harus
dilakukan pada
kegiatan berbeda. apabila alokasi cost dilakukan mencakup periode yang
berbeda, sebaiknya tidak dilakukan arbitrer.
C . Pembebanan Segera

• Apabila tidak ada alasan yang kuat untuk membebankan cost atas dasar
hubungan sebab- akibat ataupun alokasi sistematis dan rasional, maka
cost langsung dapat dibebankan pada periode terjadinya. Alasan yang
melandasi pembebanan dengan cara ini adalah keprakrisan. Contoh
pencatatan biaya advertensi.

• Cost yang dikeluarkan untuk kegiatan advertensi sulit untuk dihubungkan


dengan pendapatan atas dasar hubungan sebab akibat. Dalam statement
FASB No.2 yaitu Accounting for research and Development Cost
disebutkan bahwa dasar penanding hubungan sebab akibat dan alokasi
sistematis tidak dapat diterapkan untuk cost penelitian dan
pengembangan.
Kritik Terhadap Konsep Penanding

Konsep penandingan merupakan salah satu konsep yang


digunakan dalam kerangka akuntansi konvensional. Menandingkan biaya
dengan pendapatan sama halnya dengan menandingkan upaya dan hasil.
Kegiatan usaha merupakan suatu aliran cost yaitu suatu aliran yang pada
akhirnya kan menghasilkan pendapatan. Meskipun konsep penandingan
merupakan hal yang umum diterapkan dalam akuntasni konvensional,
namun dalam pelaksanaannya masih diwarnai dengan berbagai
pertentangan. Ada beberapa kritik yang ditujukan terhadap
konsep matching di antaranya Bukti Obyektif, Evaluasi Terhadap Konsep
Matching
Bukti Obyektif

Konsep penandingan memerlukan pertimbangan yang tepat dalam


menentukan besarnya cost yang akan dibebankan pada periode sekarang
atau masa mendatang. Dalam pengakuan pendapatan, bukti obyektif
merupakan sarat utama yang harus dipenuhi. Namun demikian, bukti
obyektif tersebut kurang begitu diperhatikan dalam pengakuan biaya.
Pengakuan biaya lebih di dasarkan pada masalah rasional dan kelayakan
daripada bukti yang obyektif.
Dalam praktek akutansi, suatu prosedur tertentu dapat diterima
perlakuannay apabila dipandang rasional dan layak untuk diterpkan.
Misalnya, cost persediaan dapat dibebankan sebagai biaya dengan salah
satu metode depresiasi yang diterima umum, seperti LIFO atau LIFO.
Demikian halnya, cost aktiva tetap dibebankan sebagai biaya (depresiasi)
atas dasar salah satu metode depresiasi yang diterima umum.
Bukti Obyektif

Salah satu alasan begitu diperhatikannya bukti obyektif dalam


pengakuan biaya adalah penerapan konsep konservatisme. Konsep ini
menyatakan bahwa biaya, rugi dan hutang harus segera diakui meskipun
tidak ada bukti yang kuat dan objektif. Sementara pendapatan, untung
(gains) dan aktiva tidak dapat diakui apabila tidak ada bukti yang cukup
objektif. Misalnya, pemakaian merode prosentase penylesaian dalam kontrak
konstruksi  jangka panjang. Apabila taksiran sekarang terhadap total cost
kontrak menunjukkan rugi, maka rugi tersebut harus diakui atas kontrak ang
telah dilaksanakan.
Evaluasi Terhadap Konsep Matching

Hubungan sebab akibat merupakan tahap terbaik untuk menadingkan


biaya dengan pendapatan. Meskipun prosedur ini rasional, tetapi sulit diterapkan
dalam praktek. Alasan utama terletak pada konsep cost attach yang merupakan
pendukung utama hubungan sebab akibat.hubungan sebab akibat sebenarnya
tidak mungkin untuk diterapkan, karena konsep cost attach tidak memilki
alasan/argument yang kuat. Dalam situasi tertentu, konsep cost attach tidak dapat
menunjukkan dasar hubungan sebab akibat sebagai dasar hubungan pembebanan
yang benar-benar meyakinkan. Oleh karena itu, akuntan tidak menghubungkan
secara langsung biaya dengan pendapatan, tetapi atas interval waktu.
Cost akan dibebankan sebagai biaya bila cost tersebut menghasilkan
pendapatan pada periode yang sama. Hubungan sebab akibat memiliki implikasi
bahwa jumlah rupiah pendapatan tertentu harus dihubungkan dengan jumlah
rupiah. Apabila suatu aktiva memiliki suatu manfaat lebih dari satu periode
akuntansi dan dasar penandingan hubungan sebab akibat tidak dapa diterapkan,
maka cost aktiva dapat dialokasikan dalam periode-periode secara sistematis.
Evaluasi Terhadap Konsep Matching

Menurut Thomas (1969.1975), kebanyakan akuntan “hanya omong


kosong” belaka dan tidak bermanfaat. Informasi yang dihasilkan hampir
seluruhnya didasarkan pada proses alokasi, yang tidak dapat dijustifikasi secara
teoritis. Alokasi secara teoritis akan memuaskan apabila memenuhi beberapa
criteria. Kriteria tersebut adalah:
1. Additivity ; Alokasi harus melibatkan jumlah yang ada, sehingga jumlah bagian-
bagiannya sama dengan jumlah keseluruhanya, tidak kurang tidak lebih. Dengan
kata lain, jka jumlah yang dialokasikan ditambahkan bersama-sama, maka totalnya
harus sama dengan jumlah sebelum alokasi.
2. Unambiguity ; Metode alokasi harus menghasilkan yang unik dengan
menggunakan satu dasar alokasi yang jelas dan cara alokasinya juga harus jelas.
3. Defensibility ; Metode alokasi yang dipilih harus lebih baik dibanding metode
alokasi yang lain. Metode tersebut harus didukung oleh alasan yang kuat agar
dapat dipertahankan dari kemungkinan pemakaian metode lain.
Biaya Pinjaman

Akuntansi biaya pinjaman diatur dalam PSAK No. 26 (Biaya Pinjaman) 2011, IAS 23
Borrowing cost.

Biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lain yang ditanggung perusahaan
sehubungan dengan peminjaman dana. Biaya pinjaman dapat meliputi :
• Beban bunga
• Beban bunga dalam sewa pembiayaan yang diakui sesuai dengan PSAK 30 : Sewa
• Selisih kurs yang berasal dari pinjaman dalam mata uang asing sepanjang selisih
kurs tersebut diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya bunga.

Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan


perolehan, konstruksi, atau produksi aset kualifikasian dikapitalisasi sebagai bagian
biaya perolehan aset tersebut. Biaya Pinjaman lainnya diakui sebagai beban.
Biaya Pinjaman

Aset kualifikasian :
Aset yang membutuhkan waktu yang cukup lama agar siap
untuk digunakan sesuai dengan maksudnya atau dijual. Beberapa
contoh dari aset kualifikasian adalah sbb :
• Persediaan.
• Pabrik.
• Fasilitas pembangkit listrik.
• Kebun.
• Dan aset yang lain yang memenuhi kriteria aset kualifikasian.
• Aset keuangan dan persediaan yang dipabrikasi atau diproduksi
dalam jangka waktu pendek bukan merupakan aset kualifikasian.
Biaya Pinjaman

Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung adalah biaya pinjaman
yang dapat dihindari jika pengeluaran atas aset kualifikasian tidak dilakukan:

1. Jika perusahaan meminjam dana ke bank dengan fasilitas kredit investasi khusus
untuk membangun aset kualifikasian tertentu, maka besarnya biaya pinjaman yang
dapat dikapitalisasi adalah sebesar : Biaya pinjaman aktual – penghasilan investasi
atas investasi temporer dari pinjaman tersebut
Perjanjian Kredit untuk KI dapat membuat perusahaan memperoleh dana pinjaman
dan menanggung biaya pinjaman terkait sebelum dana tersebut digunakan untuk
investasi, dalam kondisi tersebut dana pinjaman seringkali diinvestasikan terlebih
dahulu sambil menunggu dana tersebut digunakan untuk investasi.
Dalam menentukan jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi selama suatu
periode, maka setiap penghasilan investasi yang diterima atas dana tersebut
dikurangkan dari biaya pinjaman yang terjadi.
Biaya Pinjaman

2.Jika perusahaan meminjam dana secara umum lalu menggunakannya untuk


memperoleh aset kualifikasian, maka perusahaan menentukan biaya
pinjaman yang dikapitalisasi dengan menerapkan tarif kapitalisasi terhadap
pengeluaran atas aset tersebut.

Tarif kapitalisasi adalah rata-rata tertimbang biaya pinjaman atas


saldo pinjaman selama periode diluar pinjaman spesifik untuk memperoleh
aset kualifikasian. Jumlah biaya pinjaman dikapitalisasi selama suatu periode
tidak boleh melebihi jumlah biaya pinjaman yang terjadi pada periode
tersebut.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai