Anda di halaman 1dari 44

TRANSFER PRICING

(Harga Transfer)
HARGA TRANSFER
Transfer Pricing

Intracompany Pricing
Istilah
Harga Transfer Intercorporate Pricing

Interdivisional Pricing

Internal Pricing
Definisi Transfer Pricing
• Menurut Gunadi “Transfer Pricing adalah
suatu rekayasa manipulasi harga secara
sistematis dengan maksud mengurangi laba
secara artifisial, membuat seolah-olah
perusahaan rugi sehingga perusahaan dapat
menghindari pajak.
• Transfer pricing adalah suatu kebijakan
perusahaan dalam menentukan harga
transfer suatu transaksi baik itu barang, jasa,
harta tak berwujud, atau pun transaksi
finansial yang dilakukan oleh perusahaan
Definisi Versi PER No. 48/PJ/2010

• Transfer Pricing adalah Penentuan harga yang


dilakukan dalam transaksi antara pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa.
• Hubungan Istimewa Hubungan antara Wajib
Pajak dengan pihak yang memiliki hubungan
yang dimaksud dalam Pasal 18 UU PPh
Hubungan Istimewa Pasal 18 (4)
UU PPh No. 36 Tahun 2009
UU No. 7 Tahun 2021
Hubungan istimewa disebabkan adanya:
• Kepemilikan atau penyertaan modal baik
secara langsung maupun tidak langsung (>25%)
• Adanya penguasaan manajemen atau
penggunaan teknologi
• Terdapat hubungan keluarga baik sedarah
maupun semenda dalam garis keturunan lurus
dan atau ke samping satu derajat
HUBUNGAN ISTIMEWA

Pasal 18 ayat (4) (a) UU Pajak Penghasilan


Hubungan antara Wajib Pajak yang mempunyai penyertaan 25%
atau lebih pada pihak yang lain, atau hubungan antara Wajib Pajak
yang mempunyai penyertaan 25% atau lebih pada dua pihak atau
lebih, demikian pula hubungan antara dua pihak atau lebih yang
disebut terakhir.
Kepemilikan atau penyertaan modal.
Pasal 18 ayat (4) (a) UU Pajak Penghasilan

A Menguasai B C Menguasai A dan B


C
A

A B
B

C = Wajib Pajak atau seseorang


HUBUNGAN ISTIMEWA

Pasal 18 ayat (4) (b) UU Pajak Penghasilan


Hubungan antara dua atau lebih Wajib Pajak yang berada di bawah
pemilikan atau penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak
langsung.
Hubungan istimewa di antara Wajib Pajak dapat juga terjadi karena
penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi
walaupun tidak terdapat hubungan kepemilikan.

Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau lebih


perusahaan berada di bawah penguasaan yang sama. Demikian juga
hubungan di antara beberapa perusahaan yang berada dalam
penguasaan yang sama tersebut.
Pasal 18 ayat (4) (b) UU Pajak Penghasilan

A
Luar Negeri

20% 60%

B C
Indonesia

A, B dan C merupakan pihak-pihak yang saling mempunyai hubungan istimewa,


meskipun kepemilikan saham A pada B hanya 20%.
Hubungan istimewa menurut Peraturan Menteri Keuangan
nomor: 22/PMK.03/2020

merupakan keadaan ketergantungan atau


keterikatan satu pihak dengan pihak lainnya
yang disebabkan oleh:
• kepemilikan atau penyertaan modal;
• penguasaan; atau
• hubungan keluarga sedarah atau semenda.
hubungan istimewa karena
penyertaan saham
Sebab pertama hubungan istimewa adalah
penyertaan modal saham di perusahaan
minimal 25% atau lebih.
Penyertaan modal terbagi dua, yaitu penyertaan
modal langsung dan penyertaan modal tidak
langsung.
Contoh Hubungan Istimewa
Penyertaan Modal
A ke B 50% (Langsung)
PT A
A ke C 25% (Tdk
Langsung) Saham 50% Saham 25%

A ke D 25% (Langsung)
PT B PT D
B dan C memiliki
hubungan istimewa
dengan D karena
kepemilikan A Saham 50%

Maka keempat PT C
perusahaan
mempunyai hubungan
istimewa
Hubungan istimewa karena
penguasaan manajemen
Sebab kedua hubungan istimewa adalah
penguasaan. Walaupun tidak terdapat
hubungan kepemilikan, penguasaan dapat
menyebabkan hubungan istimewa bisa terjadi
karena:
• penguasaan manajemen, atau
• penggunaan teknologi
Contoh Hubungan Istimewa
Penyertaan Modal

Tuan A adalah orang


yang sama dan
menjabat sebagai
Direktur Utama di PT
Tn. A Tn. A Tn. A
PQR, PT ABC, dan PT
Dirut Dirut Dirut
XYZ. PT ABC
PT PQR PT XYZ
Hubungan istimewa
terjadi karena
penguasaan
manajemen oleh Tuan
A
hubungan istimewa karena penguasaan
dianggap ada apabila
• satu pihak menguasai pihak lain atau satu pihak dikuasai oleh
pihak lain, secara langsung dan/atau tidak langsung;
• dua pihak atau lebih berada di bawah penguasaan pihak yang
sama secara langsung dan/atau tidak langsung;
• terdapat orang yang sama secara langsung dan/atau tidak
langsung terlibat atau berpartisipasi di dalam pengambilan
keputusan manajerial atau operasional pada dua pihak atau
lebih;
• para pihak yang secara komersial atau finansial diketahui atau
menyatakan diri berada dalam satu grup usaha yang sama;
atau
• satu pihak menyatakan diri memiliki hubungan istimewa
dengan pihak lain.
Hubungan istimewa karena faktor keluarga
• Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat adalah ayah, ibu, dan
anak. Sedangkan hubungan keluarga sedarah dalam garis
keturunan ke samping satu derajat adalah saudara, yakni
kakak dan adik Wajib Pajak.
• Yang dimaksud dengan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus satu derajat adalah mertua dan anak tiri.
Sedangkan hubungan keluarga semenda dalam garis
keturunan ke samping satu derajat adalah ipar, yakni kakak
dan adik dari pasangan Wajib Pajak.
• Kedua hubungan keluarga tersebut, baik garis keturunan
sedarah maupun keluarga semenda, merupakan hubungan
istimewa. Jika Wajib Pajak ada transaksi usaha dengan
keluarga maka kantor pajak dapat menentukan atau
menghitung sendiri harga wajar transaksi tersebut.
Contoh Hubungan Istimewa Faktor
Keluarga

Yang dimaksud dengan


hubungan keluarga
sedarah dalam garis
keturunan lurus satu
derajat adalah ayah, ibu,
dan anak.
Sedangkan hubungan
keluarga sedarah dalam
garis keturunan ke
samping satu derajat
adalah saudara
Menurut Zain (2003:297-298), kebijakan
transfer pricing multinasional bertujuan:
1) Memaksimalkan penghasilan global
2) Mengamankan posisi kompetitif anak/cabang
perusahaan dan penetrasi pasar
3) Evaluasi kinerja anak/cabang perusahaan manca negara
4) Penghidaran pengendalian devisa
5) Mengontrol kredibilitas asosiasi
6) Meningkatkan bagian laba joint ventura
7) Reduksi risiko moneter
8) Mengamankan cash flow anak/cabang di luar negeri
Pengelompokan Transfer Pricing
• Terdapat dua kelompok transaksi dalam transfer
pricing, yaitu intra-company dan inter-company
transfer pricing.
• Intra-company transfer pricing merupakan transfer
pricing antar divisi dalam satu perusahaan.
• Sedangkan inter­company transfer pricing merupakan
transfer pricing antara dua perusahaan yang
mempunyai hubungan istimewa.
• Transaksinya sendiri bisa dilakukan dalam satu
negara (domestic transfer pricing), maupun dengan
negara yang berbeda (international transfer pricing).
Jenis Dokumen Penentuan Harga Transfer (TP Doc) -
Peraturan Menteri Keuangan nomor 213/PMK.03/2016

Dokumen Induk Dokumen Lokal Laporan Per Negara


(Master File) (Local File) (CbCr)
Garis Besar TP Doc

TP
Doc

Laporan
Dokume Dokume
per
n Induk n Lokal
Negara

Wajib
diselenggarakan
Wajib diselenggarakan berdasarkan data
berdasarkan data dan informasi dan informasi yang
yang tersedia pada saat tersedia sampai
dilakukan Transaksi Afiliasi dengan akhir Tahun
Pajak

Tersedia paling Tersedia paling


lama 4 (empat) lama 12 (dua
bulan setelah belas) bulan
akhir Tahun setelah akhir
Pajak Tahun Pajak
Yang wajib membuat dokumen Transfer Pricing
Tidak semua Wajib Pajak yang melakukan transaksi dengan
afiliasi wajib membuat TP Doc. Ada 4 golongan Wajib Pajak
yang wajib membuat Master File dan Local File, yaitu:
1. nilai peredaran bruto Tahun Pajak sebelumnya dalam satu Tahun Pajak lebih dari
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah); atau

2. nilai Transaksi Afiliasi Tahun Pajak sebelumnya dalam satu Tahun Pajak: lebih dari
Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah) untuk transaksi barang berwujud;
atau

3. nilai Transaksi Afiliasi Tahun Pajak sebelumnya dalam satu Tahun Pajak: lebih dari
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) untuk masing-masing penyediaan jasa,
pembayaran bunga, pemanfaatan barang tidak berwujud, atau Transaksi Afiliasi
lainnya; atau

4. Pihak Afiliasi yang berada di negara atau yurisdiksi dengan tarif Pajak Penghasilan
lebih rendah dari pada tarif Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan.
Manipulasi harga yang dapat dilakukan dengan
transfer pricing antara lain pada:
• Harga penjualan;
• Harga pembelian;
• Alokasi biaya administrasi dan umum atau pun pada biaya overhead;
• Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham
(shareholder loan);
• Pembayaran komisi, lisensi, franchise, sewa, royalti, imbalan atas jasa
manajemen,
• imbalan atas jasa teknik, dan imbalan atas jasa lainnya;
• Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham (pemilik) atau pihak
yang mempunyai hubungan istimewa yang lebih rendah dari harga
pasar;
• Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang
kurang/tidak mempunyai substansi usaha (seperti: dummy company,
letter box company atau reinvoicing center).
Contoh dalam transfer pricing

X Corp tidak bertransaksi langsung dengan anak perusahaan di


Indonesia, tetapi menjual dulu kepada anak perusahaan yang
berkedudukan di Filipina. Lalu, dari Filipina barang tersebut
dijual ke perusahaan yang ada di Malaysia, baru setelah itu
perusahaan di Malaysia melakukan transaksi dengan
perusahaan di Indonesia. Sehingga ketika sampai di Indonesia,
harganya sudah naik berkali-kali lipat. Dengan begitu, jelas saja
PT ABC yang berkedudukan di Indonesia akan menderita
kerugian karena ia harus membayar bahan baku dengan harga
yang jauh lebih tinggi daripada harga wajar. Sehingga potensi
pajak yang seharusnya dibayarkan oleh PT ABC ke negara
menjadi hilang karena PT ABC mencatat kerugian atau
keuntungannya mengecil karena praktik transfer pricing.
Contoh lain adalah dengan melakukan mark
down atas penghasilan yang diperoleh
PT ABC seharusnya bisa menjual produk mainannya ke pasar
dengan harga S$20/pcs tetapi terlebih dahulu menjualnya ke S
Co yang masih merupakan grup perusahaan yang berada di
negara S yang mempunyai tarif pajak yang lebih rendah (tax
heaven country) dengan harga US$12/pcs. Kemudian S Co baru
menjual mainan tersebut dengan harga USD20/pcs ke Z Corp
yang merupakan pihak independen (tidak mempunyai
hubungan istimewa/bukan grup perusahaan). Mainan itu
sendiri tidak dikirimkan oleh PT ABC ke S Co melainkan
dikirimkan langsung ke Z Corp (transaksi antara PT ABC dengan
S Co hanya berupa transaksi invoice saja). Akibatnya
keuntungan yang diperoleh oleh PT ABC menjadi hilang atau
berkurang yang efeknya pajak penghasilan yang harus dibayar
oleh PT ABC ke negara juga menjadi hilang atau berkurang
mark down
• CONTOH
• Berikut ini sebuah ilustrasi praktek transferpricing yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan multinasional. Perusahaan induk (parent
company) yang terletak di Belgia memproduksi suatu produk, dengan
harga pokok Rp 100. Tarif pajak yang berlaku di negara tersebut adalah
42%. Untuk menghindari pengenaan pajak dengan tarif yang tinggi,
perusahaan induk memutuskan untuk menjual produk tersebut ke anak
perusahaan yang ada di Puerto Rico dengan harga transfer yang sama
dengan harga pokok yaitu Rp 100,
• Kemudian barang yang sudah dibeli, dijual oleh anak perusahaan di
Puerto Rico ke anak perusahaan lain yang ada di Amerika dengan harga
transfer Rp 200. Tarif pajak yang berlaku di negara Puerto Rico adalah
0%. Kemudian barang yang sudah dibeli oleh anak perusahaan yang ada
di Amerika dijual kembali ke perusahaan yang tidak mempunyai
hubungan istimewa di negara yang sama, dengan harga jual Rp 200.
Asumsi tarif pajak yang berlaku di negara Amerika 35%.
Metode Harga Transfer
a. Metode perbandingan harga (Comparable
Uncontrolled Price/CUP)
b. Metode Harga Penjualan Kembali (Resale
Price Method/RPM)
c. Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method)
d. Metode Pembagian Laba (Profit Split
Method/PSM)
e. Metode Laba Bersih Transaksional
(Transactional Net Margin Method/TNMM)
Metode Harga Transfer
a. Metode perbandingan harga (Comparable Uncontrolled Price/CUP)
• Metode ini membandingkan harga transaksi dari pihak yang ada
hubungan istimewa tersebut dengan harga transaksi barang sejenis
dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa (pembanding
independen), baik itu internal CUP maupun eksternal CUP. Metode ini
sebenarnya merupakan metode yang paling akurat, tetapi yang sering
menjadi permasalahan adalah mencari barang yang benar-benar
sejenis.
• Contoh penerapan:
• PT ABC menyerahkan penjualan barang X kepada afiliasinya PT Y
dengan harga franko tujuan Rp10.000.000. Di saat yang sama PT ABC
juga menjual barang X kepada pihak ketiga PT KLM dengan harga
franko pabrik Rp10.000.000 dan biaya pengangkutan dan asuransi
Rp500.000. Dengan metode CUP harga jual wajar barang X dari PT ABC
kepada PT Y adalah Rp10.000.000 + Rp500.000 = Rp10.500.000.
Metode Harga Penjualan Kembali (Resale
Price Method/RPM)
• Metode ini digunakan dalam hal Wajib Pajak bergerak dalam bidang usaha
perdagangan, di mana produk yang telah dibeli dari pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dijual kembali (resale) kepada pihak lainnya (yang tidak
mempunyai hubungan istimewa). Harga yang terjadi pada penjualan kembali
tersebut dikurangi dengan laba kotor (mark up) wajar sehingga diperoleh harga
beli wajar dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
• Contoh penerapan:
• PT A menyerahkan barang kepada afiliasinya PT B dengan harga Rp10.000.000.
PT B kemudian menyerahkan barang tersebut kepada pihak ketiga PT C
(independen) dengan harga Rp20.000.000. Diketahui ternyata ada transaksi
antara pihak independen, yaitu PT Z yang juga menyerahkan produk yang sejenis
kepada PT Y dengan kenaikan harga jual (mark up) 20%. Dengan demikian, harga
jual yang wajar dari PT A kepada PT B adalah Rp20.000.000 - (20% x
Rp20.000.000) = Rp16.000.000.
• Jadi, harga jual PT A terlalu rendah dari yang seharusnya karena ada transfer
pricing.
Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method)
• Metode ini dilakukan dengan menambahkan tingkat laba kotor wajar
yang diperoleh perusahaan yang sama dari transaksi dengan pihak yang
tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau tingkat laba kotor wajar
yang diperoleh perusahaan lain dari transaksi sebanding dengan pihak
yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa. Umumnya digunakan pada
usaha pabrikasi.
• Contoh penerapan:
• PT A memproduksi barang dengan biaya Rp500.000 dan menyerahkan
barang tersebut kepada afiliasinya PT B dengan harga Rp900.000. PT Y
juga memproduksi produk sejenis dengan biaya sebesar Rp600.000 dan
menjualnya kepada PT Z (tidak ada hubungan istimewa) dengan harga
Rp900.000.
• Dari penjualan PT Y terlihat bahwa persentase laba kotor dari biaya
adalah sebesar 30 : 60 = 50 %. Dengan cost-plus method, dapat
diketahui bahwa harga wajar penjualan PT A ke PT B adalah: Rp500.000
+ (50% x Rp500.000) = Rp750.000. Jadi, bisa dianggap bahwa harga beli
PT B lebih mahal dari yang seharusnya dan dapat dikoreksi biayanya
oleh kantor pajak.
Metode Pembagian Laba (Profit Split
Method/PSM)
• Metode ini dilakukan dengan mengidentifikasi laba
gabungan atas transaksi afiliasi yang akan dibagi oleh
pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa
tersebut dengan menggunakan dasar yang dapat
diterima secara ekonomi yang memberikan
perkiraan pembagian laba yang selayaknya akan
terjadi dan akan tercermin dari kesepakatan antar
pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa, dengan menggunakan Metode Kontribusi
(Contribution Profit Split Method) atau Metode Sisa
Pembagian Laba (Residual Profit Split Method).
Metode Laba Bersih Transaksional
(Transactional Net Margin Method/TNMM)
• Metode ini dilakukan dengan membandingkan persentase laba bersih
operasi terhadap biaya, terhadap penjualan, terhadap aktiva, atau
terhadap dasar lainnya atas transaksi antara pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dengan persentase laba bersih operasi
yang diperoleh atas transaksi sebanding dengan pihak lain yang tidak
mempunyai Hubungan Istimewa atau persentase laba bersih operasi
yang diperoleh atas transaksi sebanding yang dilakukan oleh pihak yang
tidak mempunyai hubungan istimewa lainnya.
• Contoh penerapan:
• PT ABC merupakan produsen alat-alat kecantikan yang menjual ke
perusahaan grup di Malaysia (ABC Bhd) dan menggunakan merk ABC
Bhd. Dalam hal ini, ABC Bhd hanya menjual produk PT ABC. Berdasarkan
analisis, diketahui juga bahwa PT XYZ yang menjual produk serupa dan
memperoleh laba operasi sebesar 10%. Untuk itu, harga transfer PT ABC
kepada ABC Bhd berdasarkan metode TNM adalah sebagai berikut
Transactional Net Margin Method/TNMM
Uraian Rp
Harga Pokok Produksi 50.000.000

Biaya operasi 15.000.000

Total biaya 65.000.000

Net mark-up (sesuai data 6.500.000


pembanding PT XYZ 10%)
Harga transfer 71.500.000
REFERENSI

• UU No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan


• UU PPN No. 42 Tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM
• PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 213/PMK.03/2016 TENTANG JENIS
DOKUMEN DAN/ATAU INFORMASI TAMBAHAN YANG WAJIB DISIMPAN OLEH WAJIB PAJAK YANG
MELAKUKAN TRANSAKSI DENGAN PARA PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA, DAN TATA
CARA PENGELOLAANNYA
• PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 22/PMK.03/202
• SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 50/PJ/2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS
PEMERIKSAAN TERHADAP WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA
• PSAK No 7
* Mochamad Zain, Manajemen Perpajakan.
* Gunadi, Transfer Pricing : Suatu Tinjauan Akuntansi Manajemen dan Pajak

Anda mungkin juga menyukai