Anda di halaman 1dari 17

TRANSAKSI DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN

ISTIMEWA, OFF BALANCE SHEET, SPECIAL PURPOSE ENTITIES

BAB I

PENDAHULUAN

Transaksi pihak pihak dalam hubungan istimewa dewasa ini mendapat perhatian yang
sangat serius baik dari dalam kalangan dunia bisnis maupun dari pihak otoritas perpajakan. Pada
dasarnya transaksi antar pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah suatu kesepakatan
atau pengaturan bisnis yang dilakukan oleh pihak-pihak yang saling tidak bebas satu dengan
lainnya untuk tujuan tertentu. Unsur kesepakatan dalam menentukan harga transaksi adalah hal
yang paling menjadi perhatian, karena kesepakatan dalam penentuan harga dapat membawa
dampak keuntungan maupun kerugian bagi pihak-pihak terkait (stake holder). Stake holder yang
perlu mendapat informasi yang transparan dari transaksi di atas antara lain, investor, kreditor,
pemegang saham (share holder).

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 7, laporan keuangan harus


mengungkapan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Yang
termasuk dalam pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa adalah transaksi yang dilakukan
dengan: - perusahaan yang memiliki hubungan kepemilikan, - perorangan sebagai pemilik atau
karyawan yang mempunyai pengaruh signifikan, - anggota keluarga terdekat dari perorangan
tersebut, dan - perusahaan yang dimiliki secara subtansial oleh perorangan tersebut. Yang wajib
dilaporkan meliputi hakikat hubungan istimewa, jenis transaksi serta nilainya. PSAK ini
mengacu pada standar akuntansi internasional ( International Accounting Standard ) No. 24.
BAB II
PEMBAHASAN

A. TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA


Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap
mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan
pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan
keuangan dan operasional. [PSAK NO.7]
Transaksi antara Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah suatu
pengalihan sumber daya atau kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan. [PSAK NO.7]
Definisi yang sama juga diberikan oleh International Financial Statement Standar
sebagai berikut :
A related party is a person or entity that is related to the entity that is preparing its financial
statements (referred to as the 'reporting entity') [IAS 24.9].

A related party transaction is a transfer of resources, services, or obligations between related


parties, regardless of whether a price is charged. [IAS 24.9]

Dalam Standar Laporan Keuangan Internasional juga mensyaratkan adanya


pengungkapan (Disclosure) jika terjadi transaksi hubungan istimewa, sebagai berikut,
Regardless of whether there have been transactions between a parent and a subsidiary, an entity
must disclose the name of its parent and, if different, the ultimate controlling party. If neither the
entity's parent nor the ultimate controlling party produces financial statements available for
public use, the name of the next most senior parent that does so must also be disclosed. [IAS
24.16]

Transaksi hubungan istimewa dapat terjadi antara pihak-pihak dalam wilayah suatu
negara (domestic transaction) atau melewati lintas batas negara (cross border transaction).
Transaksi secara domestik terjadi jika terjadi transfer sumberdaya atau kewajiban antara satu
pihak dengan pihak yang lain, keduanya masih berada dalam hanya dalam lingkup batas wilayah
suatu negara. Karena masih dalam wilayah kedaulatan suatu negara, tentunya masih tunduk pada
ketentuan hukum dan peraturan yang sama. Lain halnya jika transaksi melintasi batas wilayah
negara, akan membawa permasalahan yang lebih kompleks, mengingat pada suatu transaksi
tersebut akan bersentuhan dengan aturan hukum dari negara-negara yang berbeda.

Pengendalian adalah kepemilikan langsung melalui anak perusahaan dengan lebih dari
setengah hak suara dari suatu perusahaan, atau suatu kepentingan substansial dalam hak suara
dan kekuasaan untuk mengarahkan kebijakan keuangan dan operasi manajemen perusahaan
berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian.

Pengaruh signifikan (untuk tujuan pernyataan ini) adalah penyertaan dalam pengambilan
keputusan kebijakan keuangan dan operasi suatu perusahaan, tetapi tidak mengendalikan
kebijakan tersebut. Pengaruh signifikan dapat dijalankan dengan berbagai cara, antara lain
berdasarkan perwakilan dalam dewan komisaris atau penyertaan dalam proses perumusan
kebijakan, transaksi antar perusahaan yang material, pertukaran karyawan manajerial, atau
ketergantungan pada informasi teknis. Pengaruh signifikan dapat diperoleh berdasarkan
kepemilikan bersama, anggaran dasar, atau perjanjian.
Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa digambarkan sebagai berikut:
a. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara (intermediaries),
mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian
bersama, dengan perusahaan pelapor (termasuk holding companies, subsidiaries
dan fellow subsidiaries);
b. Perusahaan asosiasi (associated company);
c. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu
kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan,
dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksud dengan
anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau
dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan pelapor);
d. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untukn merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan
pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari
perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan
e. Perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik
secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam
butir (iii) dan (iv), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas
perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota
dewan komisaris, direksi dan pemegang saham utama dari perusahaan pelapor
dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang
sama dengan perusahaan pelapor.

Dalam PSAK 7 didefinisikan anggota keluarga dekat dari individu sebagai pasangan
hidup (suami/istri atau pasangan hidup yang tidak memiliki ikatan pernikahan), anak dari
individu maupun anak dari pasangan hidup (misalnya anak tiri) dan tanggungan hidup baik dari
individu maupun pasangan hidupnya. Misalnya Tuan A memiliki perusahaan, istri dari Tuan A
atau Nyonya A memiliki tanggungan yakni kemenakan yang sudah dianggap sebagai anak
sendiri. Maka bila ada transaksi antara perusahaan Tuan A dengan kemenakan tersebut maka hal
tersebut masuk dalam ruang lingkup transaksi pihak berelasi.

Dalam mempertimbangkan setiap kemungkinan hubungan istimewa, perhatian diarahkan


pada substansi hubungan, bukan hanya pada bentuk hukumnya. Pihak-pihak berikut tidak
dianggap sebagai pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa:
1) Penyandang dana;
2) Serikat dagang;
3) Perusahaan pelayanan umum (public utilities);
4) Departemen dan instansi pemerintah;

Dalam pelaksanaan urusan normal dengan perusahaan pelapor (meskipun pihak-pihak


tersebut dapat membatasi kebebasan suatu perusahaan atau ikut serta dalam proses pengambilan
keputusan). Satu-satunya pelanggan, pemasok, pemegang hak waralaba (franchise), distributor,
atau perwakilan/agen umum dengan siapa suatu perusahaan mengadakan transaksi usaha dengan
volume yang signifikan, semata-mata karena ketergantungan ekonomis yang diakibatkan oleh
keadaan.

Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa merupakan gejala normal dalam


perniagaan dan usaha. Misalnya, perusahaan seringkali melaksanakan kegiatannya secara
terpisah-pisah melalui anak perusahaan dan atau perusahaan afiliasi, memperoleh kepentingan
dalam perusahaan lain - untuk tujuan investasi atau untuk alasan perniagaan - dalam proporsi
yang cukup untuk mengendalikan atau melaksanakan pengaruh yang signifikan dalam
pengambilan keputusan keuangan dan operasi perusahaan penerima investasi (investee).

Hubungan istimewa dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan
dan hasil usaha perusahaan pelapor. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dapat
melakukan transaksi yang tidak akan dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai
hubungan istimewa. Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa juga
dapat dilakukan dengan harga yang berbeda dengan transaksi serupa yang dilakukan antara
pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa.

Posisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan dapat terpengaruh oleh hubungan
istimewa dengan suatu pihak walaupun tidak terjadi sesuatu transaksi dengan pihak tersebut.
Suatu hubungan istimewa dapat mempengaruhi transaksi perusahaan pelapor dengan pihak lain.
Sebagai contoh, suatu anak perusahaan dapat mengakhiri hubungan dengan suatu mitra
dagangnya karena induk perusahaan telah mengakuisisi suatu perusahaan lain yang berusaha
dalam bidang perdagangan yang sama dengan mitra dagang terdahulu. Di samping itu, suatu
tindakan dapat tertunda karena pengaruh yang signifikan dari pihak lain. Sebagai contoh, suatu
anak perusahaan dapat diinstruksikan oleh induknya untuk tidak ikut serta dalam riset dan
pengembangan.

Pengakuan akuntansi suatu pengalihan sumber daya secara normal didasarkan pada suatu
harga yang disepakati pihak yang bersangkutan. Harga yang berlaku antara pihak yang tidak
mempunyai hubungan istimewa adalah harga pertukaran antara pihak yang independen (arm's
length price). Pihak yang mempunyai hubungan istimewa mungkin mempunyai suatu tingkat
keluwesan dalam proses penentuan harga, yang tidak terdapat dalam transaksi antara pihak yang
tidak mempunyai hubungan istimewa.

Suatu cara untuk menentukan harga dalam suatu transaksi antara pihak yang mempunyai
hubungan istimewa adalah dengan metode harga pasar bebas yang dapat diperbandingkan. Bila
barang atau jasa dipasok dalam suatu transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, dan keadaan yang bersangkutan itu adalah serupa dengan keadaan dalam transaksi
perdagangan normal, metode ini sering digunakan. Metode ini juga sering digunakan untuk
menentukan biaya pembelanjaan.

Bila barang dialihkan antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebelum dijual
kepada pihak yang independen, metode harga penjualan kembali (resale price) sering digunakan.
Metode ini mengurangi harga penjualan kembali dengan suatu margin yang wajar. Metode ini
juga digunakan untuk pengalihan/transfer sumber daya lain, seperti hak dan jasa.

Pendekatan lain adalah metode biaya-plus (cost-plus method), yang menambahkan suatu
kenaikan (mark-up) tertentu pada biaya pemasok. Kesulitan-kesulitan mungkin dialami baik
dalam menentukan unsur biaya yang dapat diatribusikan maupun kenaikan (mark-up) tersebut.
Di antara ukuran-ukuran yang dapat membantu menentukan harga transfer adalah hasil (return)
yang dapat dibandingkan dalam industri sejenis atas volume penjualan atau modal yang
digunakan.

Berikut ini adalah contoh situasi transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan
istimewa mungkin memerlukan pengungkapan oleh suatu perusahaan pelapor:
a. pembelian atau penjualan barang
b. pembelian atau penjualan properti dan aktiva lain,
c. pemberian atau penerimaan jasa,
d. pengalihan riset dan pengembangan,
e. pendanaan (termasuk pemberian pinjaman dan penyetoran modal baik secara tunai
maupun dalam bentuk natura),
f. garansi dan penjaminan (collateral), dan
g. kontrak manajemen

Agar pembaca laporan keuangan mendapat gambaran tentang pengaruh hubungan


istimewa, perusahaan pelapor wajib mengungkapkan adanya hubungan istimewa bila terdapat
pengendalian (control), sehubungan dengan transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan
istimewa.

Jika terdapat transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa, perlu
diungkapkan hakikat transaksi dan unsur-unsur transaksi yang diperlukan agar laporan keuangan
tersebut dapat dimengerti. Unsur-unsur ini biasanya mencakup:
a) suatu petunjuk mengenai volume transaksi, baik jumlah maupun proporsinya;
b) jumlah atau proporsi pos-pos terbuka (outstanding items); dan
c) kebijakan harga.

Pengungkapan transaksi-transaksi antar perusahaan yang laporan keuangannya telah


dikonsolidasikan tidak diperlukan dalam laporan keuangan konsolidasi karena laporan keuangan
konsolidasi telah menyajikan informasi mengenai induk perusahaan dan anak perusahaan sebagai
satu kesatuan ekonomi.

B. OFF BALANCE SHEET


Off balance sheet adalah suatu aset atau hutang atau aktivitas pembiayaan (financing
activity) yang tidak tercatat pada neraca perusahaan. Off balance sheet dapat berupa kontrak
sewa (lease), anak perusahaan yang terpisah (separate subsidiary), dan utang gabungan. Seperti
surat utang (letter of credit). Off balance sheet meliputi transaksi yang belum dapat dinyatakan
secara efektif atau nyata dan baru dalam bentuk komitmen atau janji. Transaksi ini lazim
dilakukan dalam kegiatan perbankan. Transaksi off balance sheet adalah transaksi yang
mengandung resiko, oleh karena itu transaksi off balance sheet harus dicatat walaupun belum
mempengaruhi neraca, agar dapat diperoleh informasi yang akurat.

Hidden asset dan Off Balance Sheet sebenarnya sebangun dan berhubungan. Asset (sisi
kiri) tersebut hidden karena dibiayai oleh debt (sisi kanan) yang tidak tercatat di neraca (off
balance sheet). Contoh yg banyak terjadi adalah penggunaan operating lease (please refer to
operating vs capital lease),sehingga perusahaan dapat menggunakan aset tersebut tanpa
mencatatkannya di neraca tapi tidak juga murni menyewa. Hidden Asset merupakan suatu asset
yang secara hukum terdaftar sebagai asset perusahaan namun tidak dilaporkan pada laporan
keuangan perusahaan, sedangkan Off Balance Sheet adalah asset yang dikelola perusahaan
namun tidak dilaporkan pada laporan keuangan melainkan dilaporkan secara terpisah dari
laporan keuangan.

Ketika perusahaan menggunakan operating lease untuk mengakuisisi suatu asset,


sebenarnya perusahaan tersebut memiliki kewajiban (yang tersembunyi) yang berupa komitmen
membayar sewa untuk jangka waktu tertentu dengan scheme tertentu, yang present valuenya bisa
dianggap debt. Lalu apa keuntungannya buat perusahaan? Perusahan tersebut dapat mencatatkan
nilai aset dan debt yang lebih rendah dari yg sebenarnya. Implikasinya pada financial
performance secara eksplisit akan lebih bagus. Misalnya ROA yang lebih tinggi (karena nilai aset
kecil) dan Debt to Equity Ratio yang lebih sehat (karena nilai debt lebih kecil). Contohnya:

a) Giro yang belum jatuh tempo kas bon


b) Hak untuk menerima kas atau asset keuangan lainnya misalnya plafond kredit
(pembiayaan) yang belum digunakan.
c) Hak menukarkan asset keuangan lainnya yang lebih menguntungkan dan instrument
modal lainnya.
Selama bertahun-tahun lamanya banyak sekali metode digunakan untuk mendapatkan
off-balance-sheet financing. Semua metode memiliki satu kesamaan, yaitu: Membuat perusahaan
dapat mengabaikan obligasi di luar lembar neraca tanpa harus melanggar aturan GAAP yang
berlaku saat ini. Metode-metode off-balance sheet financing mencakup segala hal yang tidak
dikenai sanksi oleh GAAP sampai dengan kewajiban akuntansi yang tidak jelas batasannya.
Banyak metode off-balance-sheet financing yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di bawah ini:
1. Hubungan perusahaan yang terpisah, atau
2. Sifat eksekutor sejumlah transaksi yang menimbulkan argumen bahwa penerimaan aktual
atas barang atau jasa belum diperoleh, atau
3. Sarana atau rancangan keuangan yang inovatif
Pada masa lalu praktek akuntansi hampir seluruhnya mengabaikan keberadaan
perusahaan anak (atau sering pula disebut "captive finance companies") dari konsolidasi dan
melaporkannya dengan menggunakan metode akunting ekuitas. Tidak dilakukannya konsolidasi
dengan perusahaan-perusahaan ini dinilai melanggar AICPA (seperti yang dilaporkan oleh
Accounting Research Bulleting (ARB) edisi tahun 1959.
Dalam neraca saham yang terkonsolidasi, menurut metode ekuitas, berbagai aset dan
liabilitas dari perusahaan anak yang tidak terkonsolidasi tidak dimasukkan bersama aset dan
liabilitas perusahaan induk dan perusahaan anak yang terkonsolidasi. Investasi untuk saham
umum perusahaan anak yang tak terkonsolidasi biasanya dilaporkan dalam lembar neraca
terkonsolidasi milik perusahaan induk dalam bentuk jumlah pendapatan tunggal dan disebut
sebagai "Investasi untuk Perusahaan Anak yang Tidak Terkonsolidasi" atau sejenisnya.
Dengan demikian, menurut metode ekuitas, liabilitas yang dimiliki oleh perusahaan induk
yang tidak terkonsolidasi tidak akan dimasukkan ke dalam laporan keuangan terkonsolidasi.
Penghapusan ini merupakan salah satu bentuk dari off-balance-sheet financing.
Karena rasio dari perusahaan anak biasanya lebih rendah dibandingkan rasio normal yang
tercantum di dalam lembar neraca terkonsolidasi, maka kegagalan untuk mengkonsolidasi
perusahaan anak bukan saja menghasilkan off-balance-sheet financing, melainkan juga
menghasilkan suatu metode peningkatan rasio dalam lembar neraca terkonsolidasi. Selain itu,
karena pendapatan bersih terkonsolidasi dari perusahaan induk biasanya tidak terpengaruh oleh
hutang yang ditanggung oleh perusahaan anak yang tak terkonsolidasi, maka penghapusn hutang
pada perusahaan anak yang tak terkonsolidasi dari lembar neraca terkonsolidasi akan
mengurangi rasio hutang terhadap ekuitas (debt-to-equity ratio).
Sesuai dengan APB Opinion 18, The Equity Method of Accounting for Investments in
Common Stock, pemberitahuan harus disertai dengan laporan ringkas mengenai aset dan
liabilitas perusahaan anak yang akan menjadi pelengkap bagi laporan keuangan perusahaan. Ada
kalanya data yang terdiri atas dua atau lebih dari dua perusahaan anak akan digabungkan ke
dalam pemberitahuan semacam ini.
Bagi sebagian besar akuntan, tindakan untuk tidak mengkonsolidasi perusahaan anak
bukanlah salah satu cara untuk menjaga liabilitas agar tidak tercantum dalam lembar neraca. Para
akuntan menganggap bahwa tindakan untuk tidak mengkonsolidasi perusahaan anak adalah
keputusan yang positif, dan sesuai dengan praktek akuntansi. Mereka berpendapat bahwa sifat
aset dan liabilitas, sifat pendapatan dan pembiayaan, dan batasan berbagai rasio keuangan dan
operasional untuk perusahaan anak sangatlah berbeda dari kelompok perusahaan lain, sehingga
jika dilakukan konsolidasi terhadap perusahaan anak tersebut maka akan terjadi kebingungan dan
menghasilkan informasi yang salah mengenai perusahaan induk.
Pandangan yang berbeda disampaikan oleh sejumlah pakar, dengan menyebutkan bahwa
perbedaan antara perusahaan anak dan perusahaan lain tidaklah cukup untuk menangguhkan
keputusan konsolidasi seperti tercantum dalam ARB 51, yang menyatakan bahwa "laporan
keuangan terkonsolidasi lebih berarti dibandingkan laporan terpisah" dan bahwa kebingungan
dapat dicegah dengan pemberitahuan seperlunya.
Dalam mengembangkan proyek "The Reporting Entity, Including Consolidations and the
Equity Method," FASB secara jelas menyebutkan di dalam Exposure Draft yang diterbitkan pada
bulan Desember, "Consolidation of All Majority- owned Subsidiaries", bahwa FASB bermaksud
untuk meminta perusahaan anak agar dikonsolidasi, dan bukan dilaporkan dengan metode
ekuitas. Pada bulan Oktober 1987, FASB menerbitkan FAS94 dengan judul yang sama dengan
yang tercantum dalam Exposure Draft. Laporan ini dibuat untuk menggantikan ARB51 dan
menuntut konsolidasi terhadap seluruh perusahaan anak, meskipun pada saat itu masih banyak
perusahaan anak yang menjalankan operasi "yang tidak terkonsolidasi", baik di lingkungan
domestik maupun di lingkungan internasional.

C. SPECIAL PURPOSE ENTITIES


1. Pengertian
Special Purpose Entities (SPE) adalah suatu entitas yang dibentuk
oleh perusahaan sponsor/ perusahaan induk untuk suatu tujuan tertentu (khusus, sempit,
dan temporary misalnya untuk membagi atau menghilangkan resiko finansial.

Suatu entitas dapat didirikan untuk mencapai suatu tujuan khusus yang terbatas
(misalnya untuk melakukan sewa, kegiatan riset dan pengembangan atau sekuritisasi aset keuangan).
Suatu entitas bertujuan khusus (EBK) atau special purpose entities (SPE) dapat berbentuk
perusahaan, perserikatan, firma atau entitas yang tidak berbentuk badan hukum. EBK
umumnya dibentuk dengan ketentuan kontraktual yang mengatur secara ketat atau
memberikan batasan tetap atas kewenangan pimpinan, wali amanat, atau manajemen untuk membuat
keputusan mengenai pengoperasian EBK.
Tujuan SPE :
Mendanai aset tertentu atau layanan tertentu dan tetap membuat
hutang perusahaan induk (sponsor) off-balance-sheet
Mengubah aset finansial tertentu, seperti hutang dagang, pinjaman, atau hipotek
ke dalam bentuk liquid
Mengurangi besarnya pajak
Karakteristik SPE :
1) Memiliki modal yang terbatas
2) Biasanya tidak memiliki manajemen yang independen
3) Fungsi administratifnya sering dijalankan oleh suatu trustee yangmenerima dan
mendistribusikan kas sesuai dengan persyaratan kontrak,sekaligus bertindak
sebagai perantara SPV dengan pihak yang membentuk SPV
4) Jika SPV memegang aset, maka salah satu pihak akan memberikan jasatertentu
sesuai perjanjian.
Alasan pembentukan SPE :
Sekuritisasi
Risk sharing
Keuntungan kompetitif
Financial engineering
Regulatory reasons

Perlu disadari pula bahwa EBK bisa menjadi pihak berelasi jika dikendalikan oleh
perusahaan sponsor/ induk dan perusahaan sponsor/ induk memiliki pengaruh signifikan
terhadapnya, sebagaimana di jelaskan pada PSAK No. 7 bahwa pihak-pihak berelasi
adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas yang menyiapkan laporan
keuangannya (dalam Pernyataan ini dirujuk sebagai entitas pelapor).

2. Perlakuan Akuntansi dan Permasalahannya


Perkembangan bisnis menuntut standar akutansi berubah
mengikuti perkembangan yang ada tanpa menghilangkan prinsip-prinsip akuntansi itu
sendiri. Contoh yang sering dijumpai adalah suatu perusahaan mendirikan atau
membentuk entitas baru dengan tujuan khusus. Sponsor (entitas yang diwakili EBK) sering
kali mengalihkan atau menjual asetnya ke EBK, memperoleh hak pemakaian aset yang dikuasai
oleh EBK, atau memberikan jasa untuk EBK, sementara pihak lain (penyedia modal)
mungkin menyerahkan dana kepada EBK. Entitas yang bertransaksi dengan EBK (sering
kali adalah pendiri atau sponsor) mungkin secara substansi mengendalikan EBK. Dalam
banyak hal, pendiri atau sponsor (atau entitas yang menjadi alasan pembentukan EBK atau yang
diwakili) memperoleh manfaat utama dari kegiatan EBK, walaupun ia hanya memiliki sebagian kecil
ekuitas EBK atau bahkan tidak memiliki sama sekali.

PSAK 4 mensyaratkan konsolidasi atas entitas yang dikendalikan oleh


entitas pelapor. Akan tetapi, PSAK 4 tidak memberikan aturan yang eksplisit mengenai
konsolidasi EBK. Oleh karena itulah perlu diadopsi SIC 12 menjadi ISAK 7: Konsolidasi
Entitas Bertujuan Khusus. Konsekuensinya, entitas pelapor harus menyajikan dan
mengungkapkan informasi yang lebih banyak terkait dengan konsolidasi EBK ini. Selain itu,
entitas pelapor/ induk, juga harus menyajikan Laporan keuangan tersendiri dan
mengungkapkan transaksi-transaksi dengan EBK (jika ada) sesuai PSAK no. 7.

Laporan keuangan konsolidasian adalah laporan keuangan suatu kelompok usaha


yang disajikan sebagai suatu entitas ekonomi tunggal. Laporan keuangan tersendiri
adalah laporan keuangan yang disajikan oleh entitas induk yang mencatat investasi pada
entitas anak, entitas asosiasi, dan pengendalian bersama entitas berdasarkan kepemilikan
ekuitas langsung bukan berdasarkan pelaporan hasil dan aset neto investee.
ISAK No. 7 menjelaskan bahwa, suatu EBK dikonsolidasikan jika substansi
hubungan antara suatu entitas dan EBK mengindikasikan adanya pengendalian EBK
oleh entitas tersebut. Dalam PSAK 4, Pengendalian dikatakan ada jika memenuhi kriteria
sebagai berikut :

1) Memiliki secara langsung atau tidak langsung melalui entitas anak


2) Lebih dari setengah kekuasaan suara suatu entitas, kecuali dalam keadaan yang
jarang dapat ditunjukkan secara jelas bahwa kepemilikan tersebut tidak diikuti
dengan pengendalian
3) Pengendalian juga ada ketika entitas induk memiliki setengah atau kurang
kekuasaan suara suatu entitas jika terdapat :
kekuasaan yang melebihi setengah hak suara sesuai perjanjian dengan
investor lain;

kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional

entitas berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian;


kekuasaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besar Dewan Direksi
dan Dewan Komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan
entitas melalui dewan atau organ tersebut; atau
kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat Dewan Direksi
dan Dewan Komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan
entitas melalui Dewan Direksi dan Dewan Komisaris atau organ tersebut.

Tidak cukup sampai disini, perusahaan induk/ pelapor/ sponsor, memiliki


kewajiban untuk menyusun laporan Keuangan Tersendiri sebagai laporan atas kinerja riil
yang telah dilakukan oleh perusahaan induk. Sehingga tidak ada lagi istilah kinerja
perusahaan induk yang kurang bagus akan ditutupi oleh kinerjaanak perusahaan yang
bagus. Secara laporan keuangan konsolidasian memang akan tergambarkan hal demikian,
namun pada laporan keuangan tersendiri akan benar-benar tercermin capaian kinerja
induk itu sendiri. Laporan keuangan tersendiri hanya dapat disajikan sebagai informasi
tambahan dalam laporan konsolidasian. Entitas induk tidak boleh menyajikan laporan
keuangan tersendiri sebagai laporan keuangan tujuan (general purposes financial
statements).

3. Pengungkapan
Pengungkapan yang harus dilakukan dalam laporan keuangan konsolidasian :
a) sifat hubungan antara entitas induk dan suatu entitas anak jika entitas induk tidak
memiliki (secara langsung maupun tidak langsung melalui entitas anak) lebih dari
setengah kekuasaan suara;
b) alasan mengapa kepemilikan (secara langsung maupun tidak langsung melalui
entitas anak) lebih dari setengah kekuasaan suara atau kekuasaan suara potensial
atas investee tidak diikuti dengan pengendalian;
c) akhir periode pelaporan dari laporan keuangan entitas anak jika laporan keuangan
tersebut digunakan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasian dan tanggal
atau periode berbeda dari tanggal laporan keuangan entitas induk, dan alasan
menggunakan tanggal atau periode yang berbeda;
d) sifat dan luas setiap restriksi signifikan (misalnya akibat dari perjanjian pinjaman
yang diterima atau persyaratan regulator) dalam kemampuan entitas anak untuk
mentransfer dana ke entitas induk dalam bentuk deviden tunai, atau pembayaran
kembali pinjaman atau uang muka;
e) suatu rincian yang menunjukan dampak setiap perubahan bagian kepemilikan
entitas induk pada entitas anak yang tidak mengakibatkan hilangnya pengendalian
atas ekuitas yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk; dan
f) jika pengendalian atas entitas anak hilang, maka entitas induk mengungkapkan
keuntungan atau kerugian (jika ada) yang diakui sesuai dengan paragraf 31, dan:
porsi dari keuntungan atau kerugian yang dapat diatribusikan
pada pengakuan sisa investasi pada entitas anak terdahulu dengan nilai
wajar pada tanggal hilangnya pengendalian, dan
pos keuntungan atau kerugian yang diakui dalam laporan laba
rugikomprehensif (jika tidak disajikan secara terpisah dalam laporan
labarugi komprehensif).
Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Tersendiri :
a) laporan keuangan tersebut adalah laporan keuangan tersendiri yangmerupakan
informasi tambahan dalam laporan keuangan konsolidasian;
b) daftar investasi yang signifikan dalam entitas anak, pengendalian bersama entitas,
dan entitas asosiasi, termasuk nama, negara atau tempat kedudukan, proporsi
kepemilikan, dan proporsi hak suara yang dimiliki (jika berbeda); dan
c) penjelasan tentang metode yang digunakan untuk mencatat investasi yang
terdaftar di (b).

Jika laporan keuangan EBK di konsolidasi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat pengendalian disana, itu berarti terdapat suatu hubungan istimewa antara EBK
dengan perusahaan pelapor/ sponsor. Konsekuensi selanjutnya adalah sebagaimana
dipersyaratkan dalam PSAK 7 bahwa hubungan tersebut harus diungkapkan terlepas dari
apakah telah terjadi transaksi antara mereka, untuk memungkinkan pengguna L/K
memahami dampak dari hubungan pihak berelasi pada suatu entitas. PSAK 7
mensyaratkan adanya tambahan pengungkapan terkait transaksi dengan pihak berelasi
dalam Laporan keuangan konsolidasian (PSAK 4).

Jika entitas memiliki transaksi dengan pihak-pihak berelasi selama periode yang
dicakup dalam laporan keuangan, maka entitas mengungkapkan sifat dari hubungan
dengan pihak-pihak berelasi serta informasi mengenaitransaksi dan saldo, termasuk
komitmen, yang diperlukan untuk memahami potensi dampak hubungan tersebut
sebagaimana dijelaskan sebelumnya.Sekurang-kurangnya, pengungkapan meliputi:

a) Jumlah transaksi;
b) Jumlah saldo, termasuk komitmen, dan
i. Persyaratan dan ketentuannya, termasuk apakah terdapat jaminan,
dansifat imbalan yang akan diberikan, untuk penyelesaian; dan
ii. Rincian garansi yang diberikan atau diterima;
c) Penyisihan piutang ragu-ragu terkait dengan jumlah saldo tersebut; dan
d) Beban yang di akui selama periode dalam hal piutang ragu-ragu
atau penghapusan piutang dari pihak-pihak berelasi

Apabila ada transaksi antara pihak-pihak berelasi, maka harus dilakukan dengan
dasar nilai wajar. Pengungkapan bahwa transaksi pihak-pihak berelasi dilakukan dengan
ketentuan yang setara dengan yang berlaku dalam transaksi yang wajar dapat dilakukan
hanya jika hal tersebut dapat dibuktikan. Oleh karena itu, transaksi pihak-pihak berelasi
baik yang dilakukan dengan nilai wajar maupun dengan ketentuan yang setara dengan
nilai wajar harus dibuktikan dengan dokumen pendukung yang lengkap yang menyatakan
transaksi tersebut telah sesuai dengan standar yang ada.

Terkait dengan hal ini, peraturan pajak juga telah mengatur terkaittransaksi
dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa. Berdasarkan PER-32/PJ/2011 dan PER-
69/PJ/2010, Dokumen penentuan Harga Wajar atau Laba Wajar yang harus disediakan
oleh Wajib Pajak sekurang-kurangnya mencakup:

a) gambaran perusahaan secara rinci seperti struktur kelompok usaha, struktur


kepemilikan, struktur organisasi, aspek-aspek operasional kegiatan usaha, daftar
pesaing usaha, dan gambaran lingkungan usaha;
b) kebijakan penetapan harga dan/atau penetapan alokasi biaya;
c) hasil Analisis Kesebandingan atas karakteristik produk yang diperjualbelikan,
hasil analisis fungsional, kondisi ekonomi, ketentuan-ketentuan dalam
kontrak/perjanjian, dan strategi usaha;
d) pembanding yang terpilih;
e) catatan mengenai penerapan metode penentuan Harga Wajar atau Laba Wajar
yang dipilih oleh Wajib Pajak serta alasan penolakan metode yang tidak dipilih.

Kendala terbesar dalam penyusunan dokumen nilai wajar adalah biayanya yang
relatif cukup besar dan memerlukan waktu yang tidak singkat, karena diperlukan data
pembanding dan analisa data serta kondisi pasar yang ada sebagai dasar penarikan
kesimpulan bahwa nilai transaksi telah dilakukan sesuai nilai wajar. Meski demikian,
dokumen ini wajib dibuat sebagai persyaratan administrasi pajak untuk mendukung aspek
kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi dengan pihak istimewa.

Dengan adanya laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan tersendiri


entitas, pengungkapan pihak berelasi dan dokumen pendukung nilai wajar ini, maka
unsur tranparansi dalam akuntansi telah terpenuhi, dimana harga transaksi telah jelas
penghitungannya, liabilitas, aset dan ekuitas yang tercatat pada EBK otomatis akan
terkonsolidasi menjadi satu dengan aset, liabilitas dan ekuitas yang tercatat pada
perusahaan induk, pengungkapan telah dilakukan memadai. Sehingga kemungkinan
kecurangan untuk mengalihkan sebagian kewajiban/ beban sebagaimana pernah terjadi
pada kasus Enron bisa diminimalisir bahkan dihindarkan.
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:

1. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap


mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk
mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam
mengambil keputusan keuangan dan operasional

2. Dalam prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arms length principle) penetapan harga
dan laba transaksi haruslah sama dan sebanding antara transaksi dengan pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa dengan pihak-pihak yang tidak dipengaruhi hubungan
istimewa. Sama dan sebanding tidaklah dalam arti sama persis, akan tetapi terdapat
batasan-batasan rentang yang wajar.

3. ISAK No. 7, menyaratkan suatu EBK dikonsolidasikan jika substansi hubungan antara
suatu entitas dan EBK mengindikasikan adanya pengendalian EBK olehentitas tersebut.
4. Prosedur konsolidasi penyajian dan pengungkapan sebagaimana disyaratkan dalam
PSAK.

5. Karena EBK merupakan entitas yang dikendalikan atau dikuasai oleh entitas lain maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat suatu hubungan antar pihak berelasi diantara
keduanya. Oleh karena itu, PSAK 7 mensyaratkan adanya tambahan pengungkapan
terkait transaksi dengan pihak berelasi dalam Laporan keuangan konsolidasian (PSAK 4).
DAFTAR PUSTAKA

Gordon, Elizabeth A., Elaine Henry dan Darius Palia, 2004, Related party transactions:

asspciations with corporate governance and firm value, EFA 2004 Maastricht Meeting Paper
& AFA 2006 Bostin Meetings Papers.

IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

IAS, International Accounting Standards

Nugroho, Ryan Abdi. 2011. Transaksi dengan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan
Istimewa. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi. Volume IV Nomor 12 tanggal 8
November 2011

Sunarmin. 2014. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Dan Transaksi Hubungan Istimewa Terhadap
Kinerja Perusahaan. Jurnal Bijak. Volume. XI No. 1 Maret 2014

www.ortax.org

Anda mungkin juga menyukai