Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah perpajakan salah satunya adalah transfer pricing, yaitu kegiatan mentransfer
laba dari perusahaan dalam negeri ke perusahaan yang memiliki hubungan istimewa di
negara lain yang tarif pajaknya lebih rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan membayar
harga penjualan yang lebih rendah dari harga pasar dan membiayakan biaya-biaya lebih
besar daripada harga yang sewajarnya. Transfer pricing merupakan isu sentral saat ini yang
dialami oleh seluruh dunia yang terhubung dalam jaringan perdagangan internasional.
Banyak perusahaan sering melakukan transfer pricing guna memaksimalkan
keuntungan dan meminimalkan pajak, karena pajak dianggap sebagai beban yang
mengurangi keuntungan.
Transfer Pricing ini digunakan oleh Wajib Pajak sebagai salah satu cara tax
planning untuk menghemat pajak dengan menggunakan kelemahan peraturan di
suatu negara. Biasanya tax planning ini dilakukan oleh perusahaan multinasional
yang bergerak atau yang mempunyai anak perusahaan di berbagai negara. Transfer pricing
menjadi masalah besar bagi aparat pajak suatu negara jika ada yang merasa dirugikan dan
inilah yang menjadi permasalahan transfer pricing di dunia perpajakan. Transfer
pricing merupakan isu klasik di bidang perpajakan, khususnya menyangkut transaksi
internasional yang dilakukan oleh korporasi multinasional. Dari sisi pemerintah, transfer
pricing diyakini mengakibatkan berkurang atau hilangnya potensi penerimaan pajak suatu
negara karena perusahaan multinasional cenderung menggeser kewajiban perpajaknnya dari
negara-negara yang memiliki tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara
yang menerapkan tarif pajak rendah (low tax countries.
Transfer pricing merupakan isu klasik di bidang perpajakan, khususnya menyangkut
transaksi internasional yang dilakukan oleh korporasi multinasional. Dari sisi pemerintah,
transfer pricing diyakini mengakibatkan berkurang atau hilangnya potensi penerimaan pajak
suatu negara karena perusahaan multinasional cenderung menggeser kewajiban
perpajaknnya dari negara-negara yang memiliki tarif pajak yang tinggi (high tax countries)
ke negara-negara yang menerapkan tarif pajak rendah (low tax countries). Di pihak lain dari

1
sisi bisnis, perusahaan cenderung berupaya meminimalkan biaya-biaya (cost efficiency)
termasuk di dalamnya meminimalisasi pembayaran pajak perusahaan (corporate income
tax). Bagi korporasi multinasional, perusahaan berskala global (multinational corporation),
transfer pricing dipercaya menjadi salah satu strategi yang efektif untuk memenangkan
persaingan dalam memperebutkan sumber-sumber daya yang terbatas.
Menutup tahun 2016, Kementerian Keuangan mengeluarkan aturan baru bagi wajib
pajak yang diwajibkan membuat transfer pricing documentation ( TP Doc). Aturan baru TP
Doc ini melengkapi ketentuan-ketentuan terkait dengan penerapan prinsip kewajaran dan
kelaziman usaha pada transaksi yang melibatkan pihak-pihak yang memiliki hubungan
isitmewa. Lalu apa saja yang termuat dalam peraturan Menteri Kuangan Nomor
213/PMK.03/2016 tentang jenis Dokumen atau / Informasi Tambahan yang wajib disimpan
oleh wajib pajak yang melakukan transaksi dengan para pihak yang memiliki hubungan
istimewa dan tata cara pengelolaannya?

Transfer Pricing Documentation ( TP Doc ) atau merujuk definisi pada pasal 1 angka
6 PMK-213/PMK.03/2016 disebut Dokumen Penentuan Harga Transfer adalah dokumen
yang diselenggarakan oleh Wajib Pajak sebagai dasar penerapan Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha dalam Penentuan Harga Transfer yang dilakukan oleh Wajib Pajak.
Sesuai dengan PMK-213/2016 ini, Dokumen Penentuan Harga Transfer ( TP Doc ) terdiri
dari :

1. Dokumen Induk;
2. Dokumen Lokal; dan / atau
3. Laporan per negara

2
BAB II

LANDASAN TEORI & LANDASAN HUKUM

2.1 Landasan Hukum

Dalam peraturan menteri keuangan 213/PMK.03/2016 disebutkan bahwa dokumen


dan / atau informasi tambahan yang wajib disimpan oleh wajib pajak yang melakukan
transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan tata cara pengelolaanya .
Hubungan istimewa sendiri telah diatur dalam Pasal 18 ayat (4) Undang - Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Undang -
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan atau Pasal 2 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang
Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Dapat dipastikan hubungan istimewa dapat menimbulkan transaksi yang dilakukan


diluar batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik. Dalam
kegiatan usaha seperti jual beli harta, harga perolehan harta bagi pihak pembeli adalah harga
yang sesungguhnya dibayar dan harga penjualan bagi pihak penjual adalah harga yang
sesungguhnya diterima. Namun, dengan adanya hubungan istimewa hal itu dapat
menyebabkan penghasilan yang dilaporkan kurang dari semestinya bagi pihak penjual
ataupun pembebanan biaya melebihi dari yang seharusnya bagi pihak pembeli, sehingga
penghindaran pajak dapat dengan mudah dilakukan bagi para pihak yang memiliki
hubungan istimewa. Transaksi antara wajib pajak (WP) yang memiliki hubungan istimewa
disebut dengan transfer pricing. Transfer pricing sendiri sebenarnya tidak menjadi masalah
bila terjadi di dalam negeri karena kegiatan tersebut hanya memindahkan beban pajak antara
dua atau lebih WP yang bersangkutan dan WP tersebut menjadi subyek pajak dalam negeri.
Hal ini menjadi suatu permasalahan apabila transaksi tersebut melewati batas Negara karena

3
hal tersebut dapat mengakibatkan kerugian dalam pendapatan pajak Negara. Oleh karena itu
praktek transfer pricing perlu diatur dan diawasi secara ketat.

Dalam peraturan menteri keuangan 213/PMK.03/2016 disebutkan ada tiga jenis


dokumen transfer pricing, yaitu :

1. dokumen induk (master document);


2. dokumen local (local document); dan/ atau
3. laporan per negara(CbCR).

2.2 Dokumen Induk (Master Document)

Dokumen induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a harus memuat
informasi mengenai Grup Usaha paling sedikit sebagai berikut:

1. struktur dan bagan kepemilikan serta negara atauyurisdiksi masing-masing anggota;


2. kegiatan usaha yang dilakukan;
3. harta tidak berwujud yang dimiliki;
4. aktivitas keuangan dan pembiayaan; dan
5. Laporan Keuangan Konsolidasi Entitas Induk daninformasi perpajakan terkait Transaksi
Afiliasi.

Rincian dan/ atau penjelasan dari informasi dalam dokumen induk paling sedikit
memuat informasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf C PMK
213/PMK.03/2016 yaitu :

1. Struktur dan bagan kepemilikan Grup Usaha serta negara atauyurisdiksi masing-masing
anggota Grup Usaha memuat informasisebagai berikut:
a. daftar pemegang saham dan persentase kepemilikan saham sertadaftar pengurus dari
masing-masing anggota Grup Usaha;
b. bagan kepemilikan Grup Usaha yang menunjukkan ke seluruhanhubungan
kepemilikan saham anggota Grup Usaha; dan
c. lokasi geografis (negara atau yurisdiksi) masing-masing anggotaGrup Usaha.

4
2. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh Grup Usaha memuat informasisebagai berikut:
a. daftar anggota Grup Usaha dan kegiatan usaha masing-masing anggota Grup Usaha;
b. faktor penentu yang mempunyai peran penting dalam menentukanlaba masing-
masing anggota Grup Usaha;
c. penjelasan dan skema/ grafik/ diagram mengenai rantai usahauntuk 5 (lima) besar
produk dan / atau j asa yang dihasilkan olehGrup Usaha serta untuk produk atau j asa
lain yang dihasilkanoleh Grup Usaha dengan nilai peredaran bruto usaha 5
(lima)persen atau lebih dari total peredaran bruto Grup Usaha;
d. daftar dan penj elasan mengenai kontrak-kontrak/ perjanjian - perjanjian yang
penting antar anggota Grup Usaha, termasuk penjelasan mengenai kemampuan dari
anggota Grup Usaha yang menyediakan Jasa serta kebijakan harga transfer
ataspengalokasian biaya -biaya dalam rangka penyediaan jasa sertapenentuan harga
yang harus dibayar atas penyediaan jasa antar anggota dalam Grup Usaha;
e. penjelasan mengenai lokasi geografis (negara atau yurisdiksi) yang menjadi pasar
utama dari produk-produk dan/ atau jasa - jasa yangdihasilkan oleh Grup Usaha;
f. penjelasan umum mengenai analisis fungsional Grup Usaha yang mencakup analisis
fungsi, aset, dan risiko yang dilakukan GrupUsaha yang menj elaskan kontribusi dari
setiap anggota Grup Usaha dalam pembentukan nilai; dan
g. penjelasan mengenai restrukturi sasi usaha, akuisisi usaha, dandivestasi usaha yang
pernah dilakukan oleh anggota Grup Usahaselama 5 (lima) tahun terakhir.
3. Harta tidak berwujud yang dimiliki Grup Usaha memuat informasisebagai berikut:
a. penjelasan tentang strategi Grup Usaha dalam pengembangan ,kepemilikan , dan
eksploitasi harta tidak berwujud, termasuk lokasifasilitas kegiatan riset dan
pengembangan serta lokasi manaj emenR&D ;
b. daftar harta tidak berwujud atau kelompok harta tidak berwujudmilik Grup Usaha
yang penting untuk analisis Penentuan Harga Transfer, serta penjelasan mengenai
anggota Grup Usaha yangsecara hukum memiliki harta dimaksud ;
c. daftar dan penjelasan mengenai pihak-pihak dalam anggota GrupUsaha yang
berkontribusi dalam pengembangan harta tidakberwujud;

5
d. daftar kontrak/ perjanjian antar anggota Grup Usaha terkait harta tidak berwujud
termasuk perjanjian Cost Contribution Arrangement (CCA), perjanjian jasa riset dan
pengembangan , serta perjanjianterkait pemberian lisensi;
e. penjelasan tentang kebijakan harga transfer Grup Usahasehubungan dengan kegiatan
Riset dan Pengembangan dan hartatidak berwujud; dan
f. penjelasan tentang pengalihan kepemilikan harta tidak berwujud yang terjadi antar
anggota Grup Usaha dalam Tahun Pajak yangbersangkutan termasuk nama anggota
Grup Usaha, negara atauyurisdiksi, dan kompensasi atas pengalihan kepemilikan
hartatidak berwujud.
4. Aktivitas keuangan dan pembiayaan dalam Grup Usaha memuatinformasi sebagai
berikut:
a. penj elasan tentang pembiayaan yang digunakan oleh Grup Usaha, termasuk
perjanjian pembiayaan dengan pemberi pinjaman yangindependen;
b. identifikasi dan penjelasan tentang anggota Grup Usaha yangmenjalankan fungsi
sebagai pusat keuangan / pembiayaan untukanggota Grup Usaha, termasuk informasi
tentang negara atauyurisdiksi tempat anggota Grup Usaha tersebut didirikan dan
tempat manajemen efektifnya berada; dan
c. penjelasan tentang kebij akan harga transfer sehubungan perjanjian- perjanjian
pembiayaan antar anggota Grup Usaha.
5. Laporan Keuangan Konsolidasi Entitas Induk dan informasiperpajakan terkait Transaksi
Afiliasi memuat informasi sebagaiberikut:
a. laporan keuangan konsolidasi Grup Usaha untuk Tahun Pajakterkait baik yang
disiapkan untuk kepentingan eksternal maupuninternal; dan
b. daftar dan penjelasan tentang Advance Pricing Agreement (APA) yang dimiliki oleh
anggota Grup Usaha dan ketentuan perpajakanlainnya terkait alokasi penghasilan
antar anggota Grup Usaha.

2.3 Dokumen Lokal (Local Document)

Dokumen lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2ayat (1) huruf b harus memuat
informasi mengenai Wajib Pajak paling sedikit sebagai berikut:

6
1. identitas dan kegiatan usaha yang dilakukan;
2. informasi Transaksi Afiliasi dan transaksiindependen yang dilakukan;
3. penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha;
4. informasi keuangan; dan
5. peristiwa-peristiwa/ kejadian-kejadian/ fakta-faktanon-keuangan yang memengaruhi
pembentukanharga atau tingkat laba.

Rincian dan/ atau penjelasan dari informasi dalam dokumen induk paling sedikit
memuat informasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf D PMK
213/PMK.03/2016 yaitu :

1. Identitas dan kegiatan usaha yang dilakukan Wajib Pajak memuatinformasi sebagai
berikut:
a. penjelasan tentang struktur manajemen Wajib Pajak, baganorgamsasi, informasi
mengenai pihak-pihak di dalam atau luarnegeri yang merupakan pihak-pihak yang
memiliki HubunganIstimewa, dan negara atau yurisdiksi pihak-pihak tersebut berada;
b. penjelasan detail tentang usaha dan strategi usaha yang dilakukanoleh Wajib Pajak,
termasuk indikasi dalam hal Wajib Pajak terlibatatau terpengaruh restrukturisasi
usaha atau pengalihan hartatidak berwujud dalam Grup Usaha yang sedang atau telah
terjadi pada tahun sebelumnya, dan penjelasan mengenai pengaruhnya terhadap
Wajib Pajak;
c. aspek-aspek operasional kegiatan usaha Wajib Pajak; dan
d. gambaran lingkungan usaha secara rinci, termasuk daftar pesaingutama.
2. Informasi Transaksi Afiliasi dan transaksi independen yang dilakukanWajib Pajak
memuat informasi sebagai berikut:
a. skema transaksi dan penjelasannya;
b. kebijakan penetapan harga yang diterapkan selama 5 (lima) tahunterakhir;
c. penjelasan atas masing-masing transaksi dan latar belakangdilakukannya transaksi
tersebut;
d. jumlah nominal transaksi yang dirinci per jenis transaksi dan perlawan transaksi;
e. informasi tentang lawan transaksi dalam setiap jenis transaksi dan penjelasan
mengenai hubungan Wajib Pajak dengan masingmasinglawan transaksi tersebut;

7
f. informasi dalam bentuk tabel sekurang-kurangnya mengenai :
 nomor dan tanggal faktur;
 nama lawan transaksi;
 negara atau yurisdiksi lawan transaksi;
 nama produk;
 spesifikasi / kualitas produk;
 jumlah unit/ kuantitas;
 harga per unit (ukuran terkecil yang lazim digunakan) ; dan
 tanggal pengiriman / pengapalan barang,

dalam hal Wajib Pajak melakukan Transaksi Afiliasi terkait produk komoditas;
dan

g. salinan perjanjian / kontrak terkait transaksi yang nilainyasignifikan ;


3. Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha memuat informasisebagai berikut:
a. penjelasan rinci tentang analisis kesebandingan setiap TransaksiAfiliasi yang
dilakukan Wajib Pajak yang meliputi analisis atas karakteristik produk atau jasa,
analisis fungsional (analisis fungsi, aset, dan risiko), ketentuan dalam kontrak, strategi
usaha, dankondisi ekonomi, termasuk analisis kesebandingan atas perbedaankondisi
dengan tahun-tahun sebelumnya;
b. penjelasan rinci mengenai karakterisasi usaha yang dij alankanWajib Pajak
berdasarkan hasil analisis fungsional (analisis fungsi , aset, dan risiko);
c. penjelasan tentang metode Penentuan Harga Transfer yang palingsesuai untuk setiap
jenis Transaksi Afiliasi, alasan pemilihanmetode tersebut, serta keunggulan metode
yang dipilihdibandingkan dengan metode-metode lainnya;
d. penjelasan tentang:
 pihak yang dipilih sebagai pihak yang diuji dalam penerapanmetode Penentuan
Harga Transfer dan alasan pemilihannya;dan
 ras10 keuangan atau indikator tingkat laba yang digunakandalam penerapan
metode Penentuan Harga Transfer, dalam hal Wajib Pajak menggunakan metode
Penentuan HargaTransfer berbasis laba bruto atau neto ;

8
e. ringkasan mengenai asumsi-asumsi yang digunakan dalampenerapan metode
Penentuan Harga Transfer;
f. penjelasan mengenai alasan penggunaan analisis tahun jamakdalam hal diperlukan ;
g. daftar dan penj elasan tentang transaksi pembanding internaldan / atau eksternal yang
dipilih, dan detail penjelasan tentangkriteria yarig digunakan dalam pencarian data
pembanding dansumber informasi data pembanding yang digunakan ;
h. ikhtisar laporan keuangan yang digunakan dalam penerapanmetode Penentuan Harga
Transfer, termasuk laporan keuanganyang tersegmentasi dalam hal Wajib Pajak
memiliki lebih dari 1 (satu) karakterisasi usaha;
i. penjelasan mengenai penerapan metode Penentuan Harga Transferberdasarkan
pembanding terpilih, rentang harga atau laba wajar yang digunakan , dan titik acuan
di dalam rentang harga atau laba wajar yang menjadi dasar penentuan harga transfer;
j. penjelasan tentang penyesuaian yang dilakukan dalam rangkameningkatkan
kesebandingan , termasuk penjelasan apakahpenyesuaian hanya dilakukan terhadap
pihak yang diuji, terhadaptransaksi pembanding atau terhadap keduanya;
k. penjelasan mengenai ke simpulan bahwa Penentuan Harga Transfertelah atau belum
sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha; dan
l. salinan Advance Pricing Agreement (APA) yang dimiliki anggota Grup Usaha
lainnya dan ketentuan perpajakan lainnya yangterkait dengan Transaksi Afiliasi
Wajib Pajak.
4. Informasi Keuangan Wajib Pajak memuat informasi sebagai berikut:
a. laporan keuangan Wajib Pajak yang telah di audit akuntan public untuk Tahun Pajak
terkait dengan Dokumen Penentuan HargaTransfer, atau laporan keuangan yang
belum diaudit dalam hal laporan keuangan Wajib Pajak yang telah di audit akuntan
public belum tersedia;
b. laporan keuangan Wajib Pajak yang tersegmentasi berdasarkankarakterisasi usaha,
dalam hal Wajib pajak memiliki lebih dari 1 (satu) karakterisasi usaha;
c. informasi dan penjelasan penggunaan informasi dalam laporankeuangan yang terkait
dengan penerapan metode Penentuan HargaTransfer; dan

9
d. ringkasan informasi keuangan yang relevan dari pembanding yangdigunakan dalam
penerapan metode Penentuan Harga Transferdan sumber informasi keuangan
tersebut.
5. Peristiwa- peristiwa/ kejadian- kejadian/ fakta-fakta non-keuangan yangmemengaruhi
pembentukan harga atau tingkat laba.

Dokumen lokal disajikan secara tersegmentasi sesuai dengan karakterisasi usaha yang
dimiliki dalam hal mempunyai lebih dari satu segmen dengan karakterisasi usaha yang
berbeda (toll-contract-fully fledge manufacturing, commissioners-limited risk distributor-
fully fledge distributor contract service).

2.4 Laporan per Negara (CbCR)

Laporan per negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c harus
memuat informasi sebagai berikut:

1. alokasi penghasilan, pajak yang dibayar, dan aktivitasusaha per negara atau yurisdiksi
dari seluruh anggotaGrup Usaha baik di dalam negeri maupun luar negeri,yang meliputi
nama negara atau yurisdiksi, peredaranbruto, laba (rugi) sebelum pajak, Pajak
Penghasilanyang telah dipotong/ dipungut/ dibayar sendiri, PajakPenghasilan terutang,
modal, akumulasi laba ditahan,jumlah pegawai tetap, dan harta berwujud selain kasdan
setara kas; dan
2. daftar anggota Grup Usaha dan kegiatan usahautama per negara atau yurisdiksi.

Penyusunan laporan per negara dilakukan melalui pembentukan kertas kerja laporan
per negara dan dilampirkan pada laporan per negara. Kertas kerja laporan per negara disusun
sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf E, F, dan G yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

10
2.5 Pelaporan TP Doc

Gambar diatas menjelaskan tentang cara pelaporan TP Doc sesuai dengan PMK
213/PMK.03/2016. Master file dan local file dilaporkan bersamaan dengan pelaporan SPT
tahunan PPh badan tahun yang bersangkutan dengan melampirkan ikhtisar lampiran huruf B
PMK 213/PMK.03/2016.

11
Ikhtisar dokumen induk dan dokumen lokal dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Badan (SPT PPh Badan) . Ikhtisar dokumen induk dan dokumen
lokal berisi pernyataan bahwa Wajib Pajak telah menyelenggarakan dan menyediakan
dokumen induk dan dokumen lokal sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

SPT PPh Badan menggunakan format yang dapat dibacamenggunakan mesin pemindai,
untuk itu perlu diperhatikan sebagai berikut:

1. Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT Tahunan PPh Badan, jangan lupa untuk
membuat ■ (segi empat hitam) di keempat sudutsebagai pembatas dokumen agar
dokumen dapat dipindai;
2. Ukuran kertas yang digunakan F4 / Folio (8.5 x 13 inchi) dengan beratminimal 7 0 gram;
dan
3. Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.

12
Untuk pelaporan Cb CR file dilaporkan bersamaan dengan pelaporan SPT tahunan PPh
badan di tahun pajak berikutnya dengan melampirkan ikhtisar lampiran huruf E, F, dan G
PMK 213/PMK.03/2016.

Kertas kerja laporan per negara dilampirkan dalam SPT PPh Badan. Petunjuk mengenai
format lampiran SPT PPh Badan yang dapat dibaca dengan menggunakan mesm pemindai
mengikuti petunjuk pada Lampiran huruf B . Dalam mengisi kolom-kolom yang berisi nilai
rupiah atau Dollar Amerika Serikat, harus tanpa nilai desimal. Contoh:

1. dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00).


2. dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah : 125 (BUKAN
125,50).

13
Formulir alokasi penghasilan, pajak yang dibayar, dan aktivitas usaha per negara atau
yurisdiksi (Form CBC-1) merupakan bagian dari laporan per negara ( country-by country
report) yang dilampirkan dalam S PT PPh Badan. Petunjuk mengenai format lampiran SPT
PPh Badan yang dapat dibaca dengan menggunakan me sin pemindai (scanner) mengikuti
petunjuk pada Lampiran huruf B .

Sama seperti pada lampiran E, dalam mengisi kolom-kolom yang berisi nilai rupiah
atau Dollar Amerika Serikat, harus tanpa nilai desimal. Contoh :

1. dalam menuliskan sepuZuh juta rupiah adalah 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00).


2. dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah : 125 (BUKAN
125,50).

14
15
Formulir daftar anggota grup usaha dan kegiatan usaha utama per Negara atau
yurisdiksi (Form CBC- 2) dan formulir informasi tambahan (Form CBC - 3) merupakan
bagian dari laporan per negara yang dilampirkan dalam SPT PPh Badan. Petunjuk mengenai
format lampiran SPT PPh Badan yang dapat dibaca dengan menggunakan mesin pemindai
mengikuti petunjuk pada Lampiran huruf B .

2.6 Timeline Pelaporan TP Doc

Gambar diatas menjelaskan tentang urutan waktu dari pelaporan TP Doc sesuai dengan
PMK 213/PMK.03/2016. Perusahaan membuat Global Pricing Policy dan melakukan
transaksi afiliasi berdasarkan pada kebijakan tersebut. Master file dan local file dilaporkan
bersamaan dengan SPT tahunan sedangkan Cb CR dilaporkan di tahun berikutnya dan
disampaikan paling lambat 30 april tahun berikutnya. Apabila dilakukan pemeriksaan pajak,
pemeriksa dapat meminta master dan local file untuk keperluan pemeriksaan pajak kepada
WP.

16
2.7 WP yang Berkewajiban melakukan TP Doc

Sesuai dengan yang tercantum pada PMK 213/PMK.03/2016, tidak semua WP yang
melakukan transfer pricing wajib melaporkan TP Doc. Secara umum hal tersebut dapat
dijelaskan dengan gambar dibawah ini :

17
Gambar diatas menjelaskan dengan rinci pengaplikasian dari PMK 213/PMK.03/2016
secara rinci. Yang dimaksud dengan peredaran bruto adalah jumlah bruto dari penghasilan
yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan pekerjaan, usaha atau kegiatan utama wajib
pajak sebelum dikurangi diskon, rabat, dan peluang lainnya dihitung dengan cara
disetahunkan dalam hal tahun pajak diperolehnya peredaran bruto dan/ atau dilakukanya
transaksi afiliasi kurang dari 12 bulan.

Selain penerapan secara umum diatas PMK 213/ PMK.03/2016 juga mengatur WP
yang berposisi sebagai induk perusahaan yang berlokasi di dalam negeri maupun anak
perusahaan yang memiliki induk di luar negeri yang memiliki hubungan erat dengan Cb CR.
Hal tersebut dijelaskan secara singkat dengan gambar di bawah ini :

18
Dalam PMK 213/PMK.03/2016 meskipun ada WP yang tidak wajib membuat TP Doc
meskipun melakukan transfer pricing, penerapan arm length principle wajib diterapkan
dalam kegiatan tersebut. Selain itu dokumen Penentuan Harga Transfer sebagaimana
dimaksud dalam harus dibuat oleh Wajib Pajak dalam bahasa Indonesia. Dalam hal Wajib
Pajak telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam
bahasa asing dan mata uang selain rupiah, Dokumen Penentuan Harga Transfer dapat dibuat
sesuai dengan bahasa asing yang tercantum dalam izin penyelenggaraan pembukuan
dimaksud dan disertai dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

19
BAB III

PEMBAHASAN & STUDI KASUS

3.1 Kasus 1
PT ABC adalah perusahaan Indonesia bagian dari grup usaha ABC Ltd. yang melakukan
Transaksi Afiliasi dengan tahun buku dimulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

Dari laporan keuangan PT ABC, diketahui hal-hal sebagai berikut:

Berdasarkan informasi tersebut di atas, kewajiban PT ABC untuk menyelenggarakan dan


menyimpan Dokumen Penentuan Harga Transfer adalah sebagai berikut:

Tahun Pajak 2017 :


Karena total peredaran bruto pada Tahun Pajak 2016 lebih dari Rp50.000.000.000,00
(lima puluh miliar rupiah), PT ABC diwajibkan untuk menyelenggarakan dan menyimpan
Dokumen Penentuan Harga Transfer berupa dokumen induk dan dokumen lokal untuk Tahun
Pajak 2017, dan Dokumen Penentuan Harga Transfer tersebut harus tersedia paling lambat
tanggal 30 April 2018.

Tahun Pajak 2018 :


Karena nilai peredaran bruto pada Tahun Pajak 2017 tidak lebih dari
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) dan tidak terdapat Transaksi Afiliasi barang
berwujud yang melebihi Rp20.000.000. 000,00 (dua puluh miliar rupiah), PT ABC tidak
diwajibkan untuk menyelengga akan dan menyimpan Dokumen Penentuan Barga Transfer untuk
Tahun Pajak 2018

20
Tahun Pajak 2019 :
Walaupun total peredaran bruto pada Tahun Pajak 2018 tidak lebih dari Rp50.000.000. 000,00
(lima puluh miliar rupiah), karena terdapat Transaksi Afiliasi berupa pembayaran royalti dengan
nilai lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), PT ABC tetap diwajibkan untuk
menyelenggarakan dan menyimpan Dokumen Penentuan Barga Transfer berupa dokumen induk
dan dokumen lokal untuk Tahun Pajak 2019, dan Dokumen Penentuan Barga Transfer tersebut
harus tersedia paling lambat tanggal 30 April 2020.

3.2 Kasus 2
PT DEF merupakan perusahaan multinasional yang Melakukan Transaksi Afiliasi dan
didirikan di Indonesia pada tanggal 1 Oktober 2016, dengan tahun buku dimulai dari 1 Januari
sampai dengan 31 Desember. Untuk bagian tahun pajak Oktober s.d. Desember 2016, PT DEF
melaporkan jumlah peredaran bruto sebesar Rp20.000. 000. 000,00 (dua puluh miliar rupiah).
Penghitungan peredaran bruto untuk menentukan kewajiban menyelenggarakan dan
menyimpan dokumen Penentuan Harga Transfer:

Peredaran bruto 3 bulan


Rp20. 000. 000. 000, 00

Peredaran bruto disetahunkan adalah


12/3 x Rp20. 000.000.000,00
Peredaran bruto disetahunkan Rp80. 000. 000.000,00

Dengan demikian, karena total peredaran bruto disetahunkan untuk bagian Tahun Pajak
2016 lebih dari Rp50.000. 000. 000,00 (lima puluh miliar rupiah), PT DEF diwajibkan untuk
menyelenggarakan dan menyimpan Dokumen Penentuan Barga Transfer berupa dokumen induk
dan dokumen lokal untuk Tahun Pajak 2017, dan Dokumen Penentuan Harga Transfer tersebut
harus tersedia paling lambat tanggal 30 April 2018.

21
3.3 Kasus 3
PT GHI adalah perusahaan Indonesia yang memenuhi persyaratan sebagai Entitas Induk.
Sebagai Entitas Induk, PT GHI melaporkan peredaran bruto konsolidasi untuk Grup Usahanya
sebagai berikut:
a. Tahun Pajak 2016 sebesar Rp12.000.000.000.000,00.
b. Tahun Pajak 2017 sebesar Rp10.000.000.000.000,00.
c. Tahun Pajak 2018 sebesar Rp13.000.000.000.000,00.
Tahun buku PT GHI dimulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

Berdasarkan informasi di atas, PT GHI diwajibkan untuk menyelenggarakan dan


menyimpan Dokurnen Penentuan Harga Transfer berupa laporan per negara untuk Tahun
Pajak 2016 dan Tahun Pajak 2018.
Untuk laporan per negara Tahun Pajak 2016, Dokumen Penentuan Harga Transfer
tersebut harus tersedia paling lambat tanggal 31 Desember 2017 dan wajib disampaikan sebagai
lampiran Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2017.
Untuk laporan per negara Tahun Pajak 2018, Dokumen Penentuan Harga Transfer
tersebut harus tersedia paling lambat tanggal 31 Desember 2019 dan wajib disampaikan sebagai
lampiran Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2019.

22
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Salah satu faktor yang membuat keputusan transfer pricing semakin rumit adalah
perbedaan tarif pajak antar negara. Transfer pricing dapat membuat potensi penerimaan pajak
suatu negara berkurang atau hilang. Perusahaan multinasional memiliki kecenderungan untuk
menggeser kewajiban perpajakannya dari negara-negara yang memiliki tarif pajak yang
tinggi ke negara-negara yang menetapkan tarif pajak rendah. Sehingga dengan demikian
terjadi pergeseran dasar pengenaan pajak dari satu negara ke negara lainnya. Hal inilah yang
membuat masalah transfer pricing menjadi masalah internasional karena banyak negara yang
memiliki kepentingan, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia yang dalam
transaksi yang mengandung transfer pricing menjadi negara sumber penghasilan. Transfer
pricing dapat menimbulkan distorsi penerimaan negara.
Dengan berlakunya aturan terkait TP Doc maka suka atau tidak suka jika ingin diakui
sebagai Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, Wajib Pajak tidak hanya menyelenggarakan
dokumen lokal saja dalam penentuan harga transfer sebagai dasar penerapan kewajaran dan
kelaziman usaha atas transaksinya dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa tetapi
menyelenggarakan dan menyimpan 3(tiga) tingkat dokumen yang berupa :
1. dokumen induk;
2. dokumen lokal; dan
3. laporan per Negara

23

Anda mungkin juga menyukai