Anda di halaman 1dari 17

TRANSFER PRICING

Inisiasi Tuton ke -7
Mata Kuliah : Pajak Penghasilan III
Program Studi D-III Perpajakan
Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik
Transfer Pricin

PENGERTIAN
 Secara umum transfer pricing merupakan jumlah harga atas penyerahan
barang atau imbalan atas penyerahan jasa yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak dalam transaksi bisnis finansial maupun transaksi
lainnya.
 Dalam suatu grup perusahaan, transfer pricing (sering disebut dengan
istilah intercompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional
pricing, atau internal pricing),
 harga yang diperhitungkan untuk pengendalian manajemen
(management control) atas transfer barang dan jasa dalam satu grup
perusahaan. Transfer pricing tersebut bermula dari usaha pengendalian
yang dilakukan oleh satu pihak pada pihak lainnya melalui kepemilikan,
misalnya antara induk dengan anak perusahaan atau antarperusahaan
afiliasinya Tsurumi (1984),

2
Transfer Pricin

Dalam praktek usaha transfer pricing identik dengan


transaksi antar perusahaan dalam satu grup (ada
hubungan istimewa) berupa pengalihan penghasilan
kena pajak dari perusahaan di negara yang tarif
pajaknya tinggi ke negara dengan tarif pajak rendah
dalam rangka untuk mengurangi total beban pajak
yang dibayar grup perusahaan tersebut.

3
Transfer Pricin

Hubungan Istimewa (pasal 18 ayat (4) UU PPh


Hubungan Istimewa dianggap ada apabila:
1) Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah 25% pada Wajib Pajak lain, atau hubungan antara Wajib Pajak dengan
penyertaan paling rendah 25% pada dua Wajib Pajak atau lebih, demikian pula
hubungan antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir;
Misalnya,
PT A mempunyai 50% (lima puluh persen) saham PT B. Pemilikan S aham oleh PT A merupakan penyertaan langsung.
Selanjutnya, apabila PT B mempunyai 50% (lima puluh persen) saham PT C, PT A sebagai pemegang saham PT B
secara tidak langsung mempunyai penyertaan pada PT C sebesar 25%
Dalam hal demikian, antara PT A, PT B, dan PT C dianggap terdapat hubungan istimewa. Apabila PT A juga memiliki
25% saham PT D, antara PT B, PT C, dan PT D dianggap terdapat hubungan istimewa. Hubungan kepemilikan seperti
di atas dapat juga terjadi antara orang pribadi dan badan

4
Transfer Pricin

Hubungan Istimewa (pasal 18 ayat (4) UU PPh


2) Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak
berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung;
Hubungan istimewa di antara Wajib Pajak dapat juga terjadi karena penguasaan
melalui manajemen atau penggunaan teknologi walaupun tidak terdapat
hubungan kepemilikan.
Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau lebih perusahaan berada di
bawah penguasaan yang sama. Demikian juga hubungan di antara beberapa
perusahaan yang berada dalam penguasaan yang sama tersebut.

5
Transfer Pricin

Hubungan Istimewa (pasal 18 ayat (4) UU PPh


3) terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan atau ke samping satu derajat.
Yang dimaksud dengan “hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat” adalah ayah, ibu, dan anak, sedangkan “hubungan keluarga
sedarah dalam garis keturunan ke samping satu derajat” adalah saudara.
Yang dimaksud dengan “keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu
derajat” adalah mertua dan anak tiri, sedangkan “hubungan keluarga semenda
dalam garis keturunan ke samping satu derajat” adalah ipar.

6
Transfer Pricin

Motivasi Transfer Pricing di Indonesia


Beberapa motivasi transfer pricing di Indonesia Plasschaert (1985) seperti:
(1) pengurangan objek pajak (terutama pajak penghasilan),
(2) pelonggaran pengaruh pembatasan kepemilikan luar negeri,
(3) penurunan pengaruh depresiasi rupiah,
(4) menguatkan tuntutan kenaikan harga atau proteksi terhadap saingan impor,

(5) mempertahankan sikap low profile atau konservatisme tanpa mempedulikan


tingkat keuntungan usaha,
(6) pengamanan perusahaan dari tuntutan atas imbalan prestasi pimpinan atau
kesejahteraan karyawan dan kepedulian lingkungan (ekologi dan masyarakat),
dan
(7) memperkecil akibat pembatasan, dan ketidakpastian atas risiko kegiatan
usaha perusahaan luar negeri.
7
Transfer Pricin

 Prinsipnya praktik transfer pricing dengan harga yang tidak sama dengan harga
pasar dapat didorong oleh karena alasan pajak (tax motive) maupun bukan
pajak (non-tax motive).
 Tipe transaksi antar perusahaan (International Transfer Pricing, PWC 2001) yai
tu:
• transfer barang berwujud
• Transfer barang tidak berwujud (intangibles),
• penyerahan jasa,
• transaksi keuangan,
• berbagai bentuk kontrak usaha
• cost sharing/cost contribution arrangements
 Dalam sistem perpajakan, secara meluas, menghendaki agar harga yang dihitung
pada tiap transaksi antarperusahaan dimaksud berdasar prinsip harga wajar
(arm's length principle).
8
Transfer Pricin

Dasar Penentuan Harga Transfer (Matl & Usry, 1984)

(1). biaya (cost basis),


(2) harga pasar (market basis),
(3) negosiasi,
(4) arbitrasi, dan
(5) ganda.

9
Transfer Pricin

Penanganan Transfer Pricing


Beberapa ketentuan utama dalam pedoman (OECD Guidelines) 1995

(1). menerapkan arm's-length principle dengan preferensi pada metode


transaksi tradisional (traditional transaction-based method),
(2) penerapan tingkat komparabilitas yang menekankan fungsi, risiko
yang disandang dan asset yang dimanfaatkan,
(3) pengenalan metode laba (profit-based method) yang disebut
"transactional net margin method (TNMM), dan
(4) memahami pentingnya dokumentasi atas transfer pricing dan
peranan pinalti dalam meningkatkan kepatuhan.

10
Transfer Pricin

Mekanisme Transfer Pricing untuk tujuan penghematan


pajak :

1) Mark-Up harga Impor Barang.


2) Mark-down Harga Ekspor Barang.
3) Imbalan atas Jasa.
4) Pembayaran Gaji kepada Ekspatriat.
5) Alokasi Biaya.
6) Pendanaan Operasi Perusahaan dengan
Memperbesar Pinjaman (Thin Capitalization).
11
Transfer Pricin

 Berdasarkan pendekatan kausalitas, apabila pihak-pihak yang


bertransaksi adalah pihak yang independen tanpa terdapat suatu
hubungan signifikan yang dapat memengaruhi kebijakan besarnya
harga atau imbalan untuk menyimpang dari harga vang dapat diterima
di pasaran bebas maka berapa pun besarnya harga atau imbalan akan
diterima (oleh administrasi pajak) dan dipertimbangkan sebagai harga
pasar wajar.
 Namun, apabila antara para pihak yang bertransaksi terdapat
hubungan yang dapat memengaruhi atau mengganggu kewajaran
harga tersebut maka administrasi pajak dapat menghitung kembali
jumlah harga yang diperhitungkan atas transfer jasa tersebut. Dalam
ketentuan perpajakan Indonesia hubungan demikian disebut
hubungan istimewa.

12
Transfer Pricin

 Pada prinsipnya, transfer pricing dapat melibatkan baik transaksi domestik


maupun global.
 Dari aspek pajak penghasilan, transfer pricing domestik tidak membawa
implikasi yang signifikan karena potensi penghasilan kena pajaknya (walaupun
digeser dari satu ke lain badan) masih berada dalam satu yurisdiksi pemajakan
yang sama.
 Penggeseran potensi pajak tersebut dapat memberikan manfaat pada grup
perusahaan secara keseluruhan dalam rangka, misalnya
(1) pemerataan penghasilan kena pajak (base averaging) dengan
mengalokasikan laba pada beberapa subjek pajak untuk mengurangi
kemungkinan terkena progresivitas tarif (30% atau 15%), dan
(2) arbitrage kerugian (loss arbitrage) dengan menggeser laba kepada subjek
pajak yang masih berhak atas kompensasi kerugian.

13
Transfer Pricin

 Berdasarkan pendekatan kausalitas, apabila pihak-pihak yang


bertransaksi adalah pihak yang independen tanpa terdapat suatu
hubungan signifikan yang dapat mempengaruhi kebijakan besarnya
harga atau imbalan untuk menyimpang dari harga vang dapat diterima
di pasaran bebas maka berapa pun besarnya harga atau imbalan akan
diterima (oleh administrasi pajak) dan dipertimbangkan sebagai harga
pasar wajar.
 Namun, apabila antara para pihak yang bertransaksi terdapat
hubungan yang dapat memengaruhi atau mengganggu kewajaran
harga tersebut maka administrasi pajak dapat menghitung kembali
jumlah harga yang diperhitungkan atas transfer jasa tersebut. Dalam
ketentuan perpajakan Indonesia hubungan demikian disebut
hubungan istimewa.

14
Transfer Pricin

Aspek P3B:

 Sehubungan dengan koreksi transfer pricing oleh


Indonesia, ketentuan tersebut meminta agar negara mitra
runding melakukan penyesuaian (corresponding
adjustment) atau melakukan prosedur kesepakatan
bersama (mutual agreement procedures) terhadap kasus
transfer pricing.
 Apabila penyesuaian atau prosedur kesepakatan tersebut
berjalan lancar maka hampir dapat dipastikan bahwa
potensi pajak berganda dari transfer pricing dapat
diminimalisasikan.
15
Transfer Pricin

Aspek P3B:

• MAP merupakan alternatif bagi Wajib Pajak untuk


menyelesaikan sengketa yang menimbulkan pemajakan
berganda, atau apabila terdapat indikasi bahwa tindakan
otoritas Negara Mitra menyebabkan pengenaan pajak yang
tidak sesuai dengan tax treaty (P3B). Atau bisa juga untuk
penyelesaian sengketa transfer pricing.
• Ketentuan MAP yang terbaru diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan nomor 49/PMK.03/2019..

16
Transfer Pricin

Aspek Akuntansi :

 PSAK 7 :
Hubungan Istimewa (pengungkapan (disclosure) atas posisi
keuangan dan hasil usaha)
 PSAK 4 :
konsolidasi laporan keuangan antara perusahaan induk dan
anak yang lebih dari 50% sahamnya, baik langsung maupun
tidak langsung,
 PSAK 38

17

Anda mungkin juga menyukai