Anda di halaman 1dari 30

Kajian Surah At-Taubah Ayat 128:

Menyelami Makna Kasih Sayang Nabi Muhammad saw.


terhadap Umatnya

Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd.


Ahad, 20 Maret 2022/ 17 Sya’ban 1443 H
‫‪QS. At-Taubah: 128‬‬
‫َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ُ ٌ ّ ْ َأ ُ ُ ْ َ ٌ َ َْ‬
‫لقد جٓاءكم رسول ِمن نف ِسكم ع ِزيز علي ِه‬
‫َ َ ُّ ْ َ ٌ َ َ ْ ُ مْل ُْؤ َ َ ُ ٌ‬
‫ما ع ِنتم ح ِريص عليكم ِبٱ ِم ِنين رءوف‬
‫َّر ِحيمٌ‬
Artinya
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu
sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin.

(QS. At-Taubah: 128)


Sebab turunnya QS. At-Taubah

Penamaan surah At-Taubah berkaitan dengan pemutusan perjanjian


damai dengan kubu Musyrikin dan diperbolehkannya memerangi
mereka dikarenakan banyak isi perjanjian yang mereka langgar.

Turunnya surah At-Taubah merupakan hikmah dari perang Tabuk yaitu


perang terakhir Rasulullah saw. sebelum beliau wafat. Dalam surah At-
Taubah terdapat kisah taubatnya tiga orang yang tidak ikut dalam perang
Tabuk. Di mana sebelumnya ketiganya selalu mengikuti perang melawan
musuh-musuh Allah. Mereka adalah Ka’ab bin Malik, Hilal bin
Umayyah, dan Murarah bin Ar-Rabi. (Sari para ahli tafsir)
Terkait dengan turunnya surah At-Taubah, para mufasir sepakat bahwa
surah At-Taubah ini di turunkan pada akhir tahun ke-9 H. Pada tahun
tersebut, Nabi Muhammad saw. bersama sejumlah umat Islam
berangkat menuju Tabuk dengan maksud untuk menghalau tentara
Romawi yang sewaktu-waktu siap menyerang wilayah-wilayah Islam.
Kandungan Ayat

Surah At-Taubah ayat 128 menjelaskan, bahwa seorang Rasul yang


diutus dapat merasakan penderitaan umatnya, baik lahir maupun
batin. Ia menginginkan keselamatan, kebaikan, bahkan segala
sesuatu yang membahagiakan bagi umatnya, baik mukmin maupun
kafir, yang Rasul inginkan keimanan mereka. (Tafsir Al-Misbah)
Tafsir Ayat

Imam Fakhruddin ar-Razzi menafsikan surah At-Taubah 128 di atas dalam


kitabnya Mafatihul Ghaib dengan memetakannya menjadi lima bagian.

Pertama, min anfusikum yaitu dari kalangan sendiri. Maksudnya penegasan


bahwa Nabi berasal dari manusia biasa seperti manusia lainnya. Hal ini perlu
ditegaskan demi menepis anggapan Nabi berasal dari makhluk lain semisal
Malaikat.

Kedua, sifat Nabi Azizun. Sangat berat hati Nabi Muhammad saw. melihat
penderitaan dan kesusahan umat. Bahkan seandainya Nabi mengetahui
keresahan dan kesusahan yang dirasakan oleh sahabatnya sendiri, maka Nabi
tidak segan untuk membantu dan menghapus beban yang dipikul sahabatnya.
Ketiga, Harishun (perhatian/pelindung) penuh
perhatin terhadap tindak-tanduk pengikutnya.
Prihatian akan keselamatan dan kebahagiaan yang
akan diperoleh oleh umatnya di dunia maupun di
akhirat.

Oleh sebab itu, Nabi menganjurkan umatnya


membantu kaum tertindas, Nabi mengajak kaum
Anshar (Madinah) untuk menyambut kaum
pendatang Muhajirin, Nabi juga melindungi hak-
hak kelompok minoritas, Nabi menghormati
sekaligus mengajarkan untuk menghormati harkat
dan martabat manusia.
Keempat dan Kelima, Raufun dan Rahim. Welas asih lagi Penyayang.
Sebab hanya “Welas Asih lagi Penyayang”lah merupakan pengejewantahan
paling tepat bagi semua Nabi sebagai sosok penebar kedamaian.
Nilai-nilai Pendidikan
Mendidik menjadi insan yang memiliki sifat kasih sayang
kepada sesama manusia, hewan maupun tumbuhan.

Mengajarkan menjadi insan yang dermawan kepada setiap


orang yang membutuhkan bantuan.

Mengolah hati dan perasaan dalam memperhatikan sesama


kaumnya serta saling mengingatkan dalam kebaikan dan
menegakkan agama Allah sesuai apa yang Nabi ajarkan.
Makna
Kasih Sayang
Dalam Tafsir Jalalain disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan rauf adalah sangat memiliki kasih sayang
(rahmat) sedangkan rahim adalah menginginkan
kebaikan bagi mereka.
Kasih Sayang Allah dengan
Mengutus Nabi saw. Sebagai
Rahmat
: Allah SWT berfirman
َ‫َو َمٓا َأ ْ َس ْل َٰن َك اَّل َ ْح َم ًة ّل ْل َٰع َلمين‬
ِ ِ ‫ِإ ر‬ ‫ر‬
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
(QS. Al-Anbiya: 107)
Kasih Sayang Nabi saw.
Kasih sayang Rasul dapat dilihat dari sifat-sifatnya yang sangat mulia.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, beliau memiliki sifat lemah
lembut kepada para sahabatnya, memaafkan mereka, bahkan memohonkan
ampun kepada Allah atas dosa-dosa dan kesalahan mereka. Allah SWT
berfirman :
َ َ ًّ َ َ ُ ْ َ َ ْ ُ َ َ َّ َ ّ َ ْ َ َ َ
; ;‫ف ِب ; ;م ا رحم ٍة; ; ِمن; ; ٱلل ِه; ; ِلنت; ; لهم; ; ۖ ولو كنت; ; فظ;;ا غ ِليظ‬
َ ْ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ َ
ْ;‫ٱلقلب; نفضوا من; حوِلك; ۖ فٱعف; عن ُه ْم; وٱس;تغ ِف ْر ل ُهم‬ ْ َ ْ ۟ ُّ َ ‫ٱَل‬ ْ َ ْ
َّ َ َ ْ َّ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ِ ‫َأْل‬ ِ
َّ‫ٱلله; ; ۚ ; ;ن‬ ْ ُ ‫ر‬ْ َ َ
‫ِإ‬ ِ ‫ى‬ ‫ل‬
; ; ‫ع‬ ; ;‫ل‬ ‫ك‬ ‫و‬ ‫ت‬‫ف‬ ; ;‫ت‬ ‫م‬‫ز‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ف‬ ۖ ‫ر‬ ‫م‬
‫مْل ُ َ ّ َِ ِإ‬ ‫ٱ‬ ‫ى‬ ;‫ف‬;ِ ; ;‫م‬ ‫ه‬ ‫وش ِاو‬
َ ُّ ُ َ َّ
‫ٱلله ي ِحب ٱ تو ِك ِلين‬
Artinya
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan
itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
(QS. Ali Imran: 159)
Ayat tersebut mengandung tiga cara Rasulullah dalam
berdakwah yang berisi pesan moral bagi kita semua.
Pertama, Rasulullah senantiasa bersikap lemah lembut, baik
terhadap kawan maupun lawan.
Kedua, Rasulullah senantiasa bersikap lapang dada, mudah
memaafkan dan memohonkan ampunan bagi setiap kesalahan
siapa pun.
Ketiga, Rasulullah senantiasa mentradisikan hidup
bermusyawarah dalam setiap mengambil keputusan.

(Tafsir Al-Misbah)
Al-Imam Ibn Taimiyah dalam As-Siyasah
asy-Syar’iyah mengatakan, “Tidak seorang
pun di dunia ini yang paling sering
melakukan musyawarah dengan para
sahabat kecuali Rasulullah saw.”
Sepak Terjang Rasul terhadap Umatnya
Rasulullah saw. dihadapkan pada kepedihan, ketabahan, kesabaran, dan
ujian agar menjadi teladan bagi manusia. Rasulullah saw. pernah patah
gigi depannya, kepalanya terluka, terjatuh dari kudanya, kehormatan,
dan keluhurannya terlukai dan dihina, para sahabatnya dibunuh, dan
menderita di perang Uhud. Namun, semua itu merupakan jalan untuk
meninggikan kedudukan yang dipilih Allah untuknya. (Rawa’i Sirah,
‘Aidh Al-Qarni)

Rasulullah saw. megeluarkan manusia dari kegelapan dan kebodohan


dengan cahaya ilmu, serta dari belenggu syirik dan kekufuran menuju
dunia tauhid karena cinta dan sayangnya beliau kepada umat manusia.
Riwayat Nabi Muhammad saw. yang Sangat
Menyayangi Umatnya
1. Nabi Muhammad saw. memohonkan ampunan untuk
umatnya
Dalam riwayat Imam Muslim, diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Amr
bin al-Ash RA, Nabi Muhammad saw. pernah menangis di hadapannya ketika
membaca ayat Allah
ْ َ ‫َأ‬
ُ‫ن ُت َع ّذ ْب ُه ْم; َف َّن ُه ْم; ع َب ُاد َك; ۖ َو ن َت ْغف ْر َل ُه ْم; َف َّن َك; نت; ٱل َعزيز‬
ِ ‫ِإ‬ ِ ‫ِإ‬ ِ ‫ِإ‬ ِ ْ ‫ِإ‬
ُ‫ٱل َح ِكيم‬
Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba
Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. Al-Maidah: 118)
Hikmah riwayat di atas
Saking sayangnya, beliau tidak pernah rida
umatnya mendapatkan azab. Maka dalam setiap
kesempatan berdoa, Nabi Muhammad saw.
selalu memohon kepada Allah SWT supaya
umatnya dijauhkan dari azab.
2. Merasakan Penderitaan Umat

Al-Maraghi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa penderitaan yang


dimaksud adalah bertemu dengan hal-hal yang dibenci (makruh), baik di
dunia (disengsarakan oleh para musuh lewat kekuasaan) atau di akhirat
(menjadi penghuni neraka). Nabi merasakan demikian karena ia adalah
juga bagian dari masyarakatnya.

Terlihat bagaimana sulitnya perjuangan dakwah yang dialami oleh Nabi


Muhammad saw. dalam melindungi umatnya dari kekerasan kaum kafir
sehingga Rasul saw. berhijrah ke Madinah, namun sebelumnya
Rasulullah mencoba ke Tha’if namun Rasulullah ditolak dan dilempari
batu agar pergi dari Tha’if.
Saking Sayangnya Rasul pada Umatnya di Akhir Hayat
Beliau masih Memanggil Umatnya
Sebagaimana diceritakan dalam buku Kisah Inspiratif Teladan Rasul karya
Miftahul Asror Malik, yang menceritakan detik-detik terakhir Rasulullah
dalam hidupnya. Saat malaikat maut hendak mencabut nyawanya, di situ pula
ia teringat akan umatnya.

Rasulullah sangat mencintai umatnya, bahkan di saat-saat akhir hayatnya ia


masih sempat mengucapkan ummati….ummati… (umatku…umatku…). Sesaat
sebelumnya, beliau juga sempat bercakap-cakap dengan malaikat Jibril yang
hendak mencabut nyawanya: “Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan
Allah?” Tanya Rasulullah dengan suara yang sangat lemah. Jibril pun
menjawab “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti
ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,”
Namun hal itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, sorot matanya masih
penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” Tanya Jibril lagi.

“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” Tanya Rasul. “Jangan


khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:
Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada
didalamnya,” Jawab Malaikat Jibril.

Tibalah Rasulullah di detik-detik terakhirnya, saat malaikat maut hendak


mencabut ruhnya yang suci, malaikat Jibril yang saat itu mendampingi
memalingkan mukanya.

“Wahai rasulullah, sesungguhnya aku tidak sampai hati melihat engkau


berhadapan dengan ajal seperti ini,” ujar malaikat Jibril.
Dengan menahan rasa sakit yang sangat berat saat sakaratul maut, Rasulullah
teringat dengan umatnya yang nanti juga akan merasakan sakit ini kemudian ia
berdoa, “Ya Allah, betapa sakitnya maut yang sudah dekat ini. Jika demikian
rasa sakitnya, maka biarlah siksa maut ini ditimpakan kepadaku saja, jangan
kepada umatku.”

Tak lama, tubuh Rasulullah perlahan menjadi dingin dan Sayyidina Ali bin
Abi Thalib segera mendekati telinga Rasulullah dan membisikkan sesuatu.
Setelah itu, para sahabat berdatangan menunggu di luar, berpelukan dan
sedih akan kepergian Rasulullah ke rahmatullah.

Betapa besarnya kasih sayang Rasulullah pada umatnya, bahkan di akhir


hayatnya ia masih mengkhawatirkan umatnya setelah ketiadaannya nanti.
Nabi saw. menjadi saksi atas umatnya
Allah SWT berfirman :
‫َ ْئ َ َ َ َ ٰ َٰٓ ُؤ ٓاَل‬ َ َّ ‫ُ ّ ُأ‬ َ ‫ْئ‬ َ َ ََْ
‫يد و ِج نا ِبك على ه ِء‬ ٍ ‫فكيف ِإ ذا ِج نا ِمن ك ِل م ٍۭة ِبش ِه‬
ً‫َشهيدا‬
ِ
Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan
seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu
(Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).
(QS. An-Nisa: 41)
Maka kekhawatiran Nabi Muhammad saw. atas umatnya sangat tinggi
sehingga ia meminta syafa’at kepada Allah bagi umatnya kelak.
Syafaat Hanya Milik Allah
Allah berfirman :
َُّ ْ ‫َأْل‬ َ َ َ َّ ُ ْ ُ ُ َ ً َ ُ َ َ َّ َّ ْ ُ
‫ض ثم‬ِ ‫ر‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ات‬
ِ ‫او‬ ‫م‬ ‫الس‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫يع‬ ‫م‬
ِ ‫ج‬ ‫ة‬ ‫اع‬ ‫ف‬‫الش‬ ‫ه‬
ِ ‫ل‬‫ل‬ِ ‫ل‬ ‫ق‬
ُ َ ْ ُ ْ َ
‫ِإ لي ِه ترجعون‬
“Katakanlah: “Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya
kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan.”

(QS. Az Zumar: 44)


Nabi Meminta Syafaat Untuk Umatnya
Rasulullah saw. bersabda:
ُ;‫اخ َت َبْأ ت‬
ْ ّ َ ُ َ َ ْ َ ّ َ ُّ ُ َ َّ َ َ َ ٌ َ َ َ ْ ُ ٌ َ ْ َ ّ َ ّ ُ
‫ِلك ِ ;ل ن ِب ٍ ;ى دعـوة مس;ـتجابة فتعجـل ك ;ل ن ِب ; ٍي دعوتـه وِإ ِن;ى‬
ْ;‫الل ُه; َمن‬َّ َ َ ْ ٌ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َّ ‫َ ْ َ َ َ َ ً ُأِل‬
‫دعـو ِتى شــفاعة م ِـتى يوم; ال ِقيـام ِـة ف ِهي; نائِـلة ِإ ن; شـاء‬
َّ ُ ْ ُ َ َّ ‫َ َ ْ ُأ‬
‫الله َش ْي اًئ‬
ِ ‫مـات ِمن م ِـتى ال يش ِرك ِب‬
“Setiap Nabi mempunyai doa yang mustajab, maka setiap Nabi doanya
dikabulkan segera, sedangkan saya menyimpan doaku untuk memberikan
syafaat kepada umatku di hari kiamat. Syafaat itu insya Allah diperoleh
umatku yang meninggal tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun”.
Hadis riwayat Imam Muslim, Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, dan
Imam Ahmad.
Keutamaan Mencintai Nabi
Memperoleh Kesempurnaan Iman

َْ َّ َ ‫اَل ُ ْؤ ُ َأ َ ُ ُ ْ َ َّ َأ ُ َ َأ‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ي ِمن حدكم حتى كون َأ حب ِإ لي ِه‬


َّ ‫م ْن َو َلده َو َوالده َو‬
َ‫الناس ْج َمعين‬
ِ ِ ِِِ ِِ ِ
“Seseorang tidaklah beriman (dengan sempurna) hingga aku
lebih dicintainya dari anak dan orang tuanya serta manusia
seluruhnya.”’

(HR. Muslim)
Doa agar ditempatkan Bersama Nabi di Surga
َ ً َ َ ُّ َ ْ َ َ ً َ َ ُ ‫َّ ُ َّ ّ َأ ْ َأ‬
‫يم; ا ال‬ ; ‫ ون ِع‬،‫الله ;م; ِإ ِ;ن ;;ي س ; ; لك ِإ يم ;ان ;;ا ال يرتد‬
َْ َ ُ َّ َ َّ َ ُ َ ّ َ َ َ َ َ ُ َ ُ َ ْ َ
; ‫ وم َأرافقة ; ن ِب ِيك ; محم ٍد ص ;لى هللا ; علي ِه‬،‫ينفد‬
ْ ُ ْ َّ َ َ ْ َ َّ َ َ
‫وسلم ِفي على جن ِة الخل ِد‬
Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu iman yang
tidak pernah berbalik menjadi kufur, kenikmatan yang tidak
sirna, dan agar menyertai Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam di surga abadi yang paling tinggi.
(HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Ath-Thabrani)
Terima Kasih

‫شكراجزيال‬
DONASI

“Majelis Taklim Al-Falaq”


No. Rek. 1900512000 (Kode: 451)

BSI

Anda mungkin juga menyukai