Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS AGROEKOSISTEM TERPILIH

DESA CILAYUNG, KEC. JATINANGOR


KAB. SUMEDANG
AGROEKOSOTEM LAHAN KERING

z Fauzan Ali Ramadhan

150510150268

SPB – Kelas E
z
Analisis dan Pengembangan SPB
berbasis agroekosistem
 Nama Petani: Bpk. Opan / 35 tahun

 Lokasi: Dusun Pangkalan RT 03 RW 07 Desa Cilayung Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang

 Ketinggian tempat: 878 mdpl

 Suhu: 22⁰C - 25⁰C

 Curah hujan: 2000 mm/tahun Peta serta Transek Lokasi


z
Usaha Tani Jagung Singkong Pola
Tanam Tumpang Sari
 Pola tanam yang diterapkan adalah tumpangsari (intercropping). Pola
tumpangsari adalah penanaman lebih dari 1 tanaman dalam satu luasan
tertentu dengan umur tanaman sama atau berbeda dan jarak tanam teratur.
Tanaman jagung lebih dulu di tanam, dan setelah 1 – 1,5 bulan baru pohon
singkong ditancapkan. Jadi, nanti saat jagung sudah panen, maka kita tinggal
melakukan pemupukan untuk tanaman singkongnya. Hal ini dilakukan dengan
alasan untuk menghindari terjadinya kompetisi unsur hara yang dapat
mengakibatkan pertumbuhan kedua jenis tanaman menjadi terhambat.
Sawah tadah
Penggunaan
z Kawasan hutan Tegal, Kebun, Sawah hujan, kebun
Sawah irigasi
teknis, Pemukiman
Lahan rakyat tadah hujan dengan
Pedesaan
pemukiman

Ketinggian > 800 mdpl 750 mdpl 700 mdpl 650 mdpl 600 mdpl

 
Semak, Alang-alang, Padi, Jagung, Padi, Kolam,
Hutan campuran,
Vegetasi Kayu-kayuan, Kopi
Bambu, Kelapa, Kelapa, Kopi, Kelapa, Pemukiman
Jagung Buah-buahan Cengkeh
 

Pangan Pangan
Kayu Pangan
Pemanfaatan pendapatan
pendapatan, pendapatan,
pendapatan
Pemukiman
Tempat tinggal Tempat tinggal

Modal,
Lahan kritis, Pengairan, Pengairan belum Pemanfaatan
Masalah Pengambilan kayu
Produktivitas ada irigasi
Alsintan,
pekarangan
produktivitas
1. Produksi : Singkong, jagung, ubi, dan kacang tanah

2. Orientasi pasar : Sebagian dikonsumsi sendiri dan sebagian dijual


3. Ukuran dan konfigurasi lahan    
z
  - Luas lahan garapan : 1 ha
  - Status kepemilikan : Lahan IPDN (tanah kas desa)
  - Konfigurasi lahan : Satu hamparan
4. Pemodalan :  
  - Jumlah : ± Rp. 3.125.000,00/tahun
  - Perolehan modal : Dana sendiri
5. Tenaga kerja manusia    
  - Jumlah : 8 orang/tahun (seluruhnya laki-laki)
  - Sumber tenaga kerja : Keluarga dan petani masyarakat sekitar
6. Sumber tenaga ternak    
  - Penggunaan ternak : Kambing (6)
  - Status kepemilikan ternak : Milik sendiri

  - Alasan penggunaan ternak : - Untuk Pemupukan (kompos)


- Dijual sebagai hewan kurban
7. Penggunaan Mesin pertanian   -

  - Jenis mesin yang digunakan : -

  - Status kepemilikan mesin : -

  - Alasan penggunaan mesin : -

8. Pendidikan dan pelatihan    


  - Pendidikan formal : SMA
  - Pelatihan (sekolah lapang, workshop, penyuluhan) : Penyuluhan tentang padi dikantor Desa (program pemerintah)

- Apakah hasil pelatihan tersebut diterapkan? : Tidak, karena berbeda komoditas yang diupayakan
9. Sumber pengetahuan petani    

  - Sumber informasi : Informasi dari teman (sesama petani)


  - Upaya mendapatkan informasi : Diskusi sesama petani, mendapatkan informasi dari toko pertanian
z  
10. Teknologi budidaya    
  - Pembibitan   - Singkong Mentega dan Jagung Manis
- Benih diperoleh dari produksi sendiri dan sebagian dari toko pertanian
- Apakah dilakukan perlakuan pada benih? tidak
 

  - Pola tanam   - Apakah dilakukan rotasi? Ya


- Tanaman apa saja yang diusahakan dalam setahun (Tumpang sari antara jagung-kacang
tanah/ubi/singkong)
- Apakah ada masa bera? Ada, 1 bulan
- Pola tanam: Tumpang sari
- Karena sudah budaya di daerah tersebut menanam komoditas yang di upayakan
 

  - Pengolahan lahan   - Jenis olah tanah (minimum tillage) dengan cara dicangkul untuk menggemburkan tanah
- Cara pengolahan (manual)
 

  - Pengairan   - Sumber pengairan (air hujan)


 
 
  - Pemupukan   - Jenis pupuk (kompos/pupuk kandang)
- Dosis dan aplikasi (manual dan waktu tergantung umur tanaman)
- Tren dosis pupuk (naik)
- Pupuk tersebut diperoleh dari kotoran ternak yang dipelihara .
- Apakah petani menggunakan bahan organik karena mengetahui manfaatnya? Tidak
 10. - Pengendalian Organisme penggangu tanaman   - Jenis hama : Belalang (jagung), kumbang uret (singkong)
- Teknik pengendalian hama : Pestisida kimia dari toko , dosis, cara aplikasi sesuai yang tertera di
produk tersebut.
-
z -
Pengendalian sudah dapat dikatakan kurang efektif
Petani belum memahami dan belum menerapkan pengendalian HPT secara terpadu
 
  - Pemanenan   - Teknik pemanenan dilakukan secara manual tanpa bantuan alat/mesin
 
  - Pengelolaan pasca panen   - Dikelola seperti dikupas dari kulitnya/dicuci lalu dikemas
 
  - Pengelolaan sisa tanaman   - Untuk pakan ternak
- Sisa tanaman langsung dikelola menjadi pakan ternak

11. Kebutuhan infrastruktur   (diperlukan atau tidak)

  - Pabrik pengolahan (pasca panen)   Diperlukan (belum ada)

  - Tenaga penyuluh/ pendamping   Diperlukan (belum ada)

  - Jalan/sarana transportasi   Tidak diperlukan (sudah tersedia)

  - Tempat penampungan hasil (gudang bersama)   Diperlukan (belum ada)

12. Pemasaran Hasil    

  - Cara pemasaran : Langsung dipasarkan sendiri

  - Pengangkutan hasil : Sendiri


13. Pendapatan    
  - Produktivitas : (konversikaninformasi yang ada sehingga diperoleh Hasil panen per tahun per hektar)
pertanaman monokultur atau tumpangsari (tergantung kondisi)
z  
 
  - Jumlah produksi : ±10 ton/musim
 
  - Pendapatan : ±Rp. 18.000.000,00/musim
14 Biaya produksi usaha tani    
  - Bibit unggul : Jagung manis (Bonanza), Singkong mentega
a. Jagung : @80.000 X 10kg = Rp. 800.000,00 (selebihnya menggunakan benih sendiri)
    @2.000 X 350 bibit = Rp. 700.000,00 (selebihnya menggunakan benih sendiri)
b. Singkong :
  - Pengolahan tanah : Manual
Tenaga kerja  
a. Laki-laki :
    4 orang (2 HOK)
b. Wanita :
4 X 2 X @50.000 = Rp. 400.000,00

  - Pemupukan : Organik dan Anorganik


 
a. Organik Pupuk kandang -Kambing dan domba : 400kg
:
    400 kg X @0 = Rp. 0 (diperoleh dari hewan ternak)
 
b. Anorganik Urea dan NPK : -NPK : 250 kg

 
  250 kg X @2500 = Rp. 625.000,00
 
c. Tenaga kerja pemupukan :  
3 orang (6 HOK)
3 X 6 X @50.000 = Rp. 900.000,00
 
- Pengairan : Tadah hujan
a. Tenaga pemeliharaan saluran : 4 orang (3 HOK)
4 X 3 X @50.000 = Rp. 600.000,00
 
- Pemeliharaanz : Penyiangan gulma & Pengendalian HPT
   
a. Pestisida antrakol
: 8 botol X @80.000 = Rp. 640.000,00
b. Tenaga kerja : 3 orang (4 HOK)
3 X 4 X @50.000 = Rp. 600.000,00
 
- Panen    
a. Tenaga kerja : 10 orang (1 HOK)
  10 X 1 X @50.000 = Rp. 500.000,00
 
- Pengelolaan pasca panen : 3 orang (1 HOK)
  3 X 1 X @50.000 = Rp. 150.000,00

 
- Permodalan : Dana sendiri
a. Modal usaha tani : ±Rp. 5.915.000,00

 
- Biaya sewa lahan (kalau ada) : -

 
- Penjualan hasil produksi :  
a. Jagung : 4000 kg X @1.500 = Rp. 6.000.000,00/musim
b. Singkong : 6000 kg X @2.000 = Rp. 12.000.000,00/musim
 
- Pendapatan : Rp. 18.000.000,00
 
- Analisis Usaha Tani : Biaya produksi = ±Rp. 5.915.000,00
Hasil panen = ±Rp.18.000.000,00
Keuntungan = hasil panen – biaya produksi
= 18.000.000,00 – 5.915.000,00
= Rp. 12.085.000,00
B/C Ratio = keuntungan/biaya produksi
= 12.085.000/5.915.000
= 2,043
z
Kelebihan serta kekurangan sistem pertanian
yang dijalankan oleh Bpk. Opan
 Kelebihan:

 Keuntungan dari hasil produksi tinggi

 Akses pemasaran hasil panen mudah

 Memanfaatkan kotoran ternaknya untuk pemupukan

 Melakukan sistem rotasi dengan kacang tanah, dan ubi dapat memperkecil resiko serangan HPT

 Kekurangan

 Kurangnya pengetahuan mengenai prospek sistem LEISA serta tidak adanya integrasi menuju
sistem LEISA

 Belum diaplikasikannya teknik pengendalian HPT secara terpadu

 Penggunaan bahan kimia masih ditemukan, walaupun sudah memanfaatkan bahan-bahan organic

 Penggunaan alat-alat pertanian masih konvensional


z
Penerapan LEISA dan
Pengembangannya
 Petani responden telah menerapkan sistem LEISA?

Berdasarkan hasil wawancara bersama Pak Opan, beliau belum maksimal menerapkan
sistem LEISA. Hal ini disebabkan karena pengetahuan Pak Opan mengenai sistem pertanian
LEISA yang masih sangat minim. Dapat dilihat ketergantungan Pak Opan akan input berbahan
kimia sintetik yang masih tinggi dan tidak memaksimalkan potensi Agroekosistem yang tersedia.

 Bagaimana potensi pengembangan pertanian pada agroekosistem tersebut, terutama


potensi pertanian berbasis sumberdaya lokal (LEISA)?

Potensi penggunaan LEISA pada lahan tersebut sangat besar. Hal ini dikarenakan
banyaknya agroekosistem yang ada disana yang dapat dimanfaatkan sebagai input pertanian
secara alami seperti banyaknya pohon pisang yang dapat dimanfaatkan bagian bonggol pisang
sebagai MOL, pembuatan pestisida nabati, dan pemanfaatan kompos dari hewan ternak seperti
ayam dan kambing. Selain itu, pengaplikasian sistem tanam rotasi tanaman atau tumpang sari
dapat dilakukan dilahan tersebut.
z
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk
mencapai pertanian berkelanjutan
 Petani seharusnya dapat lebih memanfaatkan penggunaan bahan
organik/pupuk organic dalam perlakuan pemupukan untuk
mengurangi dampak negativ dari residu yang dihasilkan akibat
penggunaan pupuk kimia sintetis.

 Penerapan MOL pada lahan agar dapat menambah kesuburan tanah

 Melakukan pemberaan pada lahan

 Petani dapat menggunakan musuh alami dalam menanggulangi OPT

 Pengendalian OPT berdasar prinsip PHT dimana pengendalian


dengan bahan kimia sintetis ini dijadikan langkah terakhir

Anda mungkin juga menyukai