Anda di halaman 1dari 13

kelas xii otkp 2

PAI
mengevaluasi makna q..s. ali imran (3) : 190-191 dan
q.s. ali imran (3) : 159
guru mapel : muhammad ilham kamidi, s.pD.i
nama kelompok :
• junaidi
• Siela alvisga angelin putri
• kartini nissa a
• dewi
• dita klarista
• dina adelia
Q.S. ALI IMRAN (3): 190-191

Artinya : " Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian
malam dan siang, terdapat tanda - tanda (kebesaran Allah SWT) bagi
orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang senantiasa
mengingat Allah SWT dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring dan
memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), " Ya Tuhan
Kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha suci
Engkau, lindungilah Kami dari siksa api neraka".
PENERAPAN HUKUM
TAJWID
asbabun nuzul
At-Tabari dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, bahwa orang-orang Quraisy
mendatangi kaum Yahudi dan bertanya, "Bukti-bukti kebenaran apakah yang dibawa Musa
kepadamu? "Dijawab, "Tongkatnya dan tangannya yang putih bersinar bagi yang
memandangnya". Kemudian, mereka mendatangi kaum Nasrani dan menanyakan,
"Bagaimana halnya dengan Isa? "Dijawab, "Isa menyembuhkan mata yang buta sejak lahir
dan penyakit sopak serta menghidupkan orang yang sudah mati. "Selanjutnya, mereka
mendatangi Rasulullah SAW dan berkata, "Mintalah dari Tuhanmu agar Bukit Safa itu jadi
emas untuk kami. "Maka Nabi berdoa, dan turunlah ayat ini (Q.S. Ali Imron/3 : 190-191),
mengajak mereka memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya, hal-hal yang
menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan, dan matahari serta peredarannya,
laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, dan sebagainya
tafsir/penjelasan ayat
Pada Q.S. Ali Imran ayat 190 dijelaskan bahwa tatanan langit dan bumi serta dalam bergantinya siang dan malam secara
teratur sepanjang tahun menunjukkan keagungan Tuhan, kehebatan pengetahuan dan kekuasaannya. Langit dan bumi
dijadikan oleh Allah bertingkat dengan sangat tertib, bukan hanya semata dijadikan, tetapi setiap saat tampak hidup, semua
bergerak menurut orbitnya. Bergantinya malam dan siang, berpengaruh besar pada kehidupan manusia dan segala yang
bernyawa. Terkadang malam terasa panjang atau sebaliknya. Musim pun juga berbeda, ada musim dingin, panas, gugur dan
semi, juga musim hujan dan panas. Semua itu menjadi tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah SWT bagi orang-orang
yang berpikir. Hal tersebut tidaklah terjadi dengan sendirinya pasti ada yang mengaturnya yaitu Allah SWT.
Sementara itu Q.S. Ali Imran ayat 191 memberikan penjelasan pada orang-orang yang cerdas dan berpikir tajam (Ulul
albab), yaitu orang yang berakal, selalu menggunakan pikirannya, mengambil hidayah dan menggambarkan keagungan Allah.
Ia selalu mengingat Allah (berzikir) di dalam keadaan apapun, baik di waktu ia berdiri, duduk atau berbaring. Ayat ini
menjelaskan bahwa Ulul albab ialah orang-orang baik lelaki maupun perempuan yang terus-menerus mengingat Allah dengan
ucapan atau hati dalam seluruh situasi dan kondisi.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa objek dikir adalah Allah SWT sedangkan objek pikir ciptaan Allah berupa
fenomena alam. Ini berarti pendekatan kepada Allah SWT lebih banyak didasarkan atas hati sedang pengenalan alam
Raya didasarkan pada penggunaan akal yakni berpikir. Akal memiliki kemerdekaan yang luas untuk memikirkan
fenomena alam tetapi ia memiliki keterbatasan dalam memikirkan atas kekuasaan Allah SWT
hikmah berpikir kritis
1. Memiliki banyak solusi jawaban ide kreatif
2. Mudah memahami pemikiran, memahami sudut pandang orang lain
3. memperbanyak kawan dan rekan sejawat yang baik
4. mampu berpendapat secara mandiri artinya tidak harus selalu
mengistimewakan orang lain pada saat di hadapan pada situasi yang rumit
dan sulit serta harus segera mengambil keputusan
5. menemukan peluang dan kesempatan baru dalam segala hal bisa dalam
pendidikan, pekerjaan atau bisnis atau usaha
menerapkan perilaku mulia
a. Tidak mudah menerima informasi tanpa ditelusuri kebenarannya
(isi asal tujuan...)
b. Melakukan tabayyun (cek dan ricek) atas suatu informasi
c. Mengedepankan substansi (yang lebih penting) daripada gaya
bahasanya, mengutamakan isi daripada covernya
d. Menguasai dan mampu mempertanggungjawabkan atas informasi
yang diberikan kepada orang lain
e. Mengembangkan, mencari alternatif solusi atas suatu permasalahan
f. Tidak berjalan di tempat pada zona nyaman melainkan mempunyai
inisiatif dan kreativitas yang tinggi
Q.S. ALI IMRAN (3): 159

Artinya : "Maka disebabkan Rahmat dari Allah SWT lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang
bertawakal kepadanya."
a j wi d
um t
n h uk
e ra p a
pe n
ASBABUN NUZUL
• Sebab-sebab turunnya ayat ini kepada nabi Muhammad SAW adalah
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a Ia menjelaskan
bahwasanya setelah terjadinya perang badar, Rasulullah mengadakan
musyawarah dengan Abu bakar r.a dan Umar bin Khattab r.a untuk
meminta pendapat bahwa mereka tentang para tawanan perang, Abu bakar
r.a berpendapat, mereka sebaiknya dikembalikan kepada keluarganya dan
keluarganya diminta untuk membayar tebusan
• Namun. Umar r.a berpendapat bahwa mereka sebaiknya dibunuh dan yang
diperintah membunuh adalah keluarganya. Rasulullah tidak langsung
mengambil keputusan, sehingga turunlah ayat ini sebagai dukungan atas
pendapat Abu bakar r.a (HR kalabi)
kandungan/isi Q.S. Ali Imran ayat 159
Secara singkat Q.S. Ali Imran ayat 159 menyebutkan secara berurutan untuk dilakukan sebelum
bermusyawarah yaitu, sebagai berikut:
1. Bersikap lemah lembut. Orang yang melakukan musyawarah harus menghindari tutur kata
yang kasar serta sikap keras kepala, supaya mitra musyawarah tidak pergi menghindar
2. Memberi maaf dan bersedia membuka diri untuk menerima/memaklumi kekurangan orang lain
3. Memohon ampunan Allah SWT sebagai pengiring dalam bertekad, kemudian bertawakal
kepadanya atas keputusan yang dicapai yang diharapkan dari musyawarah adalah mufakat
untuk kebenaran karena dalam bermusyawarah kadang terjadi perselisihan pendapat atau
perbedaan
4. Dalam menghadapi semua masalah orang yang bermusyawarah harus bersikap lemah lembut,
melalui jalur musyawarah untuk mufakat, tidak boleh dilakukan dengan hati yang kasar dan
perilaku kekerasan
5. Mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap urusan
6. Apabila telah dicapai suatu kesepakatan, semua pihak harus menerima dan bertawakal
(menyerahkan diri dan segala urusan) kepada Allah SWT dan Allah mencintai hamba-hambanya
yang bertawakal
Pengalaman Q.S. Ali Imran ayat 159 tentang demokrasi

1. Kita tidak boleh berkeras hati dan bertindak kasar dalam menyelesaikan suatu
permasalahan, tetapi harus bertindak dengan hati yang lemah lembut
2. Kita harus berlapang dada berperilaku lemah lembut bersikap maaf dan berharap
ampunan Allah SWT
3. Dalam kehidupan sehari-hari kita harus mengutamakan musyawarah untuk
mufakat dalam menyelesaikan setiap persoalan
4. Apabila telah tercapai mufakat kita harus menerima dan melaksanakan
keputusan musyawarah
5. Kita selalu berserah diri kepada Allah SWT sehingga tercapai keseimbangan
antara ikhtiar dan berdoa
a ka si h
te r i m
see you next time

Anda mungkin juga menyukai