Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PAI

DEMOKRASI DALAM ISLAM

Disusun Oleh :
Nama : Suci Dwi Asmara
Kelas : XII OTKP 3
Guru Pembibing : Zulfikri Sholihin,s.pd

YAYASAN BINA JAYA PALEMBANG


Tahun Ajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang,kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya
sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang demokrasi yang
terdapat dalam QS. Al-Imran/ 3: 159.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
banyak terima kasih kepada Bapak Zulfikri Sholihin,S.pd selaku guru
agama dan tidak lupa saya ucapkan terima kasih.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya
dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………
DAFTAR ISI .………………………………………….
BAB I . PENDAHULUAN………………………….
Latar Belakang……………………………………..
BAB II ….………………………………………………
1. Dalil dan Terjemahan Demokrasi dalam islam…..
2. Asbabun Nuzul / Sebab Turunnya Ayat…………..
3. Kandungan Q.S Ali Imran ayat 159……………….
4. Isi Makna Ayat……………………………………..
5. Sikap Cerminan Ayat……………………………..
BAB III. PENUTUP…………………………………….
Kesimpulan …………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam sebuah sistem demokrasi rakyat adalah sumber hukum
dan hukum pada gilirannya berfungsi menjamin perlindungan
terhadap kesejahteraan dan kepentingan setiap orang yang
memiliki kedaulatan itu.Demokrasi juga sering diartikan sebagai
penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, partisipasi dalam
pengambilan keputusan dan persamaan hak di depan hukum.
Dari sudut pandang islam,demokrasi menyuguhkan sebuah
tantangan  bahwa hukum yang dibuat oleh sebuah sistem
pemerintahan dipandang tidak sah karena ia menggantikan
kedaulatan Tuhan dengan otoritas manusia. Dalam agama
Islam,Tuhan adalah satu-satunya pemegang kedaulatan dan
sumber hukum tertinggi. Jadi,bagaimana sejarah dan konsep
demokrasi dalam Islam, sisi positif dan negatif demokrasi, serta
pandangan Islam terhadap demokrasi.

BAB II
A. Dalil dan Terjemahan Demokrasi
dalam islam

‫ب اَل‬ ِ ‫ت فَظًّا َغلِ ْيظَ ْالقَ ْل‬ َ ‫ت لَهُ ْم َولَ ْو ُك ْن‬


َ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِم َن هللاِ لِ ْن‬
‫ف َع ْنهُم‬ ُ ‫ك فَا ْع‬ َ ِ‫ْنفَض ُْوا ِم ْن َح ْول‬
ْ‫ت فَتَ َو َّكل‬ َ ‫َوا ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َشا ِورْ هُ ْم فِي اَأْل ْم ِر فَِإ َذا َع َز ْم‬
‫ َعلَى هللاِ ِإ َّن هللاَ ي ُِحبُّ ال ُمتَ َو ِّكلِي َْن‬.
Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras
lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan it kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
( Q.S. Ali Imron/3:159)
B.Asbabun Nuzul/ Sebab Turunnya Ayat
Sebab – sebab turunnya ayat ini kepada Nabi
Muhammad saw adalah sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Ibnu Abbas ra Badar,
Rasulullah mengadakan musyawarah dengan Abu
Bakar ra dan Umar bin Khattab ra untuk meminta
pendapat mereka tentang para tawanan perang, Abu
Bakar ra berpendapat,mereka sebaiknya dikembalikan
kepada keluarganya dan keluarganya membayar
tembusan.Namun, Umar ra berpendapat mereka
sebaiknya dibunuh. Yang diperintah membunuh adalah
keluarganya. Rasulullah mesulitan dalam memutuskan
kemudian turunlah ayat ini sebagai dukungan atas Abu
Bakar ( HR. Kalabi).
Penerapan nilai – nilai demokrasi atau musyawarah
adalah salah satu bentuk ajaran islam ketika
menghadapi suatu masalah.
C. Kandungan Q.S Ali Imran/ 3 : 159
1. Para ulama berkata, “Allah SWT memerintahkan kepada Nabi-Nya
dengan perintah-perintah ini secara berangsur-angsur. Artinya, Allah
SWT memerintahkan kepada beliau untuk memaafkan mereka atas
kesalahan mereka terhadap beliau. Setelah mereka mendapat maaf,
Allah SWT memerintahkan beliau utnuk memintakan ampun atas
kesalahan mereka terhadap Allah SWT. Setelah mereka mendapat
hal ini, maka mereka pantas untuk diajak bermusyawarah dalam
segala perkara”.
2. Ibnu ‘Athiyah berkata, “Musyawarah termasuk salah satu kaidah
syariat dan penetapan hokum-hukum. Barangsiapa yang tidak
bermusyawarah dengan ulama, maka wajib diberhentikan (jika dia
seorang pemimpin). Tidak ada pertentangan tentang hal ini. Allah
SWT memuji orang-orang yang beriman karena mereka suka
bermusyawarah dengan firman Nya “sedang urusan mereka
diputuskan dengan musyawarat antara mereka”
3. Firman Allah SWT: “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu”. Menunjukkan kebolehan ijtihad dalam semua perkara
dan menentukan perkiraan bersama yang didasari dengan wahyu.
Sebab, Allah  SWT mengizinkan hal ini kepada Rasul-Nya. Para
ulama berbeda pendapat tentang makna perintah Allah SWT kepada
Nabi-Nya ntuk bermusyawarah dengan para sahabat beliau.
4. Tertera dalam tulisan Abu Daud, dari Abu Hurairah ra. Dia berkata.
“Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Orang yang diajak
bermusyawarah adalah orang yang dapat dipercaya”. Para ulama
berkata, “Kriteria orang yang layak untuk diajak musyawarah dalam
masalah hokum adalah memiliki ilmu dan mengamalkan ajaran
agama. Dan criteria ini jarang sekali ada kecuali pada orang yang
berakal”. Hasan berkata, “Tidaklah sempurna agama seseorang
selama akalnya belum sempurna”.
5. Kriteria orang yang diajak bermusyawarah  dalam  masalah
kehidupan di masyarakat adalah memiliki akal, pengalaman dan
santun kepada orang yang mengajak bermusyawarah. Sebagian
orang berkata, “Bermusyawarahlah dengan orang yang memiliki
pengalaman, sebab dia akan memberikan pendapatnya kepadamu ”.
D. Isi Makna Ayat
a. Bertutur kata lemah baik kepada yang lebih
yang lebih tua ataupun lebih muda adalah
salah satu ajaran akhlak mulia yang
dicontohkan rasulullah saw.
b. Rasulullah selalu bertutur kata lemah
lembut.
c. Bermusyawarah sebelum melakukan suatu
hal untuk ummat baik

E. Sikap Cerminan Ayat


1. Menghargai pendapat orang lain dan tidak
memaksa kehendak dalam bermusyawarah
2. Mengutamakan kepentingan bersaama
3. Bersedia meminta maaf ketika salah
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan isi atau kandungan surah Ali Imran, 3: 159 tersebut adalah
merupakan penjelasan bahwa berkat adanya rahmat Allah SWT yang
amat besar, Nabi Muhammad SAW merupakan sosok pribadi yang
berbudi luhur dan berakhlak mulia. Beliau tidak bersifat dan berperilaku
keras serta berhati kasar. Bahkan sebaliknya, beliau adalah orang yang
berhati lembut, dan berperilaku baik yang diridai Allah SWT serta
mendatangkan berbagai manfaat bagi masyarakat. Selain itu, dalam
pergaulan Rasulullah SAW senantiasa memberi maaf kepada orang yang
telah berbuat salah, khususnya terhadap para sahabatnya yang telah
melakukan pelanggaran. Dalam perang Uhud Rasulullah SAW juga
memohonkan ampun pada Allah SWT terhadap kesalahan mereka dan
bermusyawarah dalam hal-hal yang perlu dimusyawarahkan. Untuk
melaksanakan tekadnya, khususnya hasil musyawarah Rasulullah SAW
selalu bertawakal pada Allah SWT.

Karena budinya yang luhur, dan akhlaknya yang mulia seperti tersebut
Rasulullah SAW memperoleh simpati dalam pergaulan, khususnya
disenangi dan didekati oleh para sahabatnya serta dicintai oleh Allah
SWT.

Perlu pula diketahui bahwa salah satu yang menjadi penekanan pokok
dalam surah Ali Imran, 3: 159 itu dalah perintah untuk melakukan
musyawarah. Perintah ini bukan hanya ditunjukan kepada Nabi
Muhammad SAW, tetapi kepada seluruh pengikutnya yakni umat islam,
di mana pun mereka berada.

Mengacu kepada Al-Qur’an surah Ali Imran, 3: 159, maka di dalam


pergaulan hidup bermasyarakat, khususnya dalam bermusyawarah,
hendaknya diterapkan prinsip-prinsip umum sebagai berikut ini:

1.     Melandasi musyawarah dengan hati yang bersih, tidak kasar, lemah
lembut, dan penuh kasih sayang.
2.     Dalam bermusyawarah hendaknya bersikap dan berperilaku baik,
seperti: tidak berperilaku keras, dengan tutur kata yang sopan, saling
menghormati, dan saling menghargai, serta melakukan usaha-usaha agar
hasil musyawarah itu berguna.
3.     Para peserta musyawarah hendaknya berlapang dada, bersedia
memberi maaf apabila dalam musyawarah itu terjadi perbedaan-
perbedaan pendapat, dan bahkan terlontar ucapan-ucapan yang
menyinggung perasaan, juga bersedia memohonkan ampun atas
kesalahan para peserta musyawarah, jika memang bersalah.
4.     Hasil musyawarah yang telah disepakati bersama
hendaknya dilaksanakan dengan bertawakal kepada Allah SWT.
Orang-orang yang bertawakal tentu akan berusaha sekuat
tenaga, diiringi dengan doa kepada Allah.diserahkan kepada Allah.

Anda mungkin juga menyukai