Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil alamin puji syukur kita panjatkan ke hadirat Alloh SWT, karena atas

berkat rahmat dan karunianya sehingga makalah dengan judul “memahami demokrasi menurut

ayat-ayat al-qur’an” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda nabi besar Muhammad

SAW, karena jasa-jasa perjuangan  beliau sehingga manusia dapat memilah dan memilih menuju

jalan yang lurus.

Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan initentu masih jauh dari kesempurnaan, jika

dalam penulisan ini terdapat banyak kesalahan bahkan kekurangan dalam pembahasan penyusun

minta ma’af yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat

diharapkan unutk perbaikan yang selanjutnya, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiiiiin........

Pekkae,02 Desember 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1

A.      Latar Belakang.............................................................................................. 1

B.      Rumusan Masalah........................................................................................ 1

C.      Tujuan dan Manfaat..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 3

A.      Musyawarah Sebagai Dasar Demokrasi....................................................... 3

B.      Musyawarah Untuk Hal-Hal Yang Baik......................................................... 6

BAB III PENUTUP....................................................................................................... 9

A.     Kesimpulan.................................................................................................... 9

B.      Keritik dan Saran........................................................................................... 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Didalam suart al-imran ayat 159 ini menyerukan kepada kita agar selalu bermusyawarah
mengenai suatu perkara agar tidak ada masalah yang timbul. Ayat ini juga merupakan petunjuk

bagi setiap muslim, khususnya para pemimpin agar bermusyawarah dengan anggota-anggotanya.

Dalam surat ini juga menghimbau agar kita selalu berlemah lembut menghargai dan menghormati

dan kewjiban orang lain, serta tidak ingin menang sendiri dan memaksakan kehendak sendiri

untuk orang lain. Bila terjadi perbedaan pendapat yang menyebabkan oarang lain tersinggung,

sakit hati, tentunya semua pihak harus saling memaafkan.

Didalam surat as-syura ayat 38 ini juga menjelaskan masalah musyawarah yang baik dan

benar dengan beberapa cara diantarnya :

1. Yang di musyawarahkan tidak dilarang oleh agama

2. Tidak boleh dalam musyawarah itu mengangkat seorang pemimpin yang tidak beragam

islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan layar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah dalam

makalah ini yaitu :

1. Bagaimana cara bermusyawarah yang baik dan benar yang sesuai dengan surat al-imran

ayat 159?

2. Bagaimana cara musyawarah agar tidak dilarang dalam agama.?

C. Tujuan dan Manfaat

a. Tujuan

Adapun tujuannya yaitu :

1. Dapat mengetahui bagaimana cara musyawarah yang baiak dan benar yang sesuai dengan

suart al-imran

2. Dapat mengetahui cara yang tidak dilarang dalam agama

b. Manfaat
Adapun manfaatnya yaitu :

1. Mengetahui musyawarah yang baik dan benar

2. Mengetahui cara musyawarah yang tidak dilarang dalam agama. 

BAB II

PEMBAHASAN

Bila melihat beberapa ayat dalam Al-Qur’an, nampak ada beberapa ayat yang cenderung

kepada anjuran untuk mengatur suatu negara ( ummat ) dalam sistem demokrasi, yaitu sebuah

sistem pemerintahan yang mengakui hak segenap anggota masyarakat untuk mempengaruhi

keputusan politik, baik langsung atau tidak langsung. Dan dalam pengambilan keputusan itu

dasarnya adalah musyawarah untuk mencapai mupakat.


Berikut ini akan diuraikan konsep demokrasi menurut Al-Qur’an :

A. Musyawarah Sebagai Dasar Demokrasi

Surah Ali-imran : 158 – 159

َ‫َولَِئن ُّمتُّمۡ َأ ۡو قُتِ ۡلتُمۡ ِإَل لَى ٱهَّلل ِ تُ ۡح َشرُون‬

Terjemahan:

‘’Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kamu

dikumpulkan’’ (Q.S. Ali-imran : 158 )

ۡ‫ٱست َۡغفِ ۡر لَهُم‬ ۡ َ‫وا ِم ۡن َح ۡولِ ۖكَ ف‬


ۡ ‫ٱعفُ ع َۡنهُمۡ َو‬ ِ ‫فَبِ َما َر ۡح َم ٖة ِّمنَ ٱهَّلل ِ لِنتَ لَهُمۡۖ َولَ ۡو ُكنتَ فَظًّا َغلِيظَ ۡٱلقَ ۡل‬
ْ ُّ‫ب لَٱنفَض‬

َ‫او ۡرهُمۡ فِي ٱَأۡلمۡ ۖ ِر فَِإ َذا َعزَ مۡ تَ فَتَ َو َّك ۡل َعلَى ٱهَّلل ۚ ِ ِإ َّن ٱهَّلل َ يُ ِحبُّ ۡٱل ُمتَ َو ّكِلِين‬
ِ ‫َو َش‬
Terjamahan:

“Maka berkat rahmat Allahlah engkau (muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka.

Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari

sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan

bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau membulatkan

tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sunggu1h, Allah mencintai orang yang

bertakwa.”(Q.S. Ali-imran : 159 )

Ayat diatas dari segi redaksional ditujukan kepada nabi Muhammad SAW. Agar

memusyawarahkan persoalan-persoalan tertentu dengan para sahabat atau anggota masyarakatnya.

Tetapi ayat ini juga merupakan petunjuk bagi setiap muslim, khususnya bagi setiap pemimpin,

agar bermusyawarah dengan anggota-anggotanya.

Diawal surah tadi disebutkan bahwa karena rahmat Allohlah kamu bersikap lemah lembut
terhadap mereka. Unggkapan ini mengisaratkan bahwa untuk bisa melaksanakan musyawarah

dengan baik, baik pihak yang ditunjuk sebagai ketua dalam acara musyawarah, maupun pihak

yang menjadi anggoata atau peserta, harus bersikap lemah lembut, mau menghargai dan

menghormati hak dan kewajiban oarang lain, tidak ingin menang sendiri, dan tidak memaksakan

kehendak sendiri untuk orang lain.

Bila terjadi silang pendapat yang menjadikan orang lain tersinggung atau sakit hati, semua

pihak harus saling memaafkan.

Suasana seperti ini harus bisa dikondisikan dalam setiap mengambil keputusan bersama, dan

insyaAllah musyawarah akan berjalan dengan baik, yang akhirnya akan menghasilkan keputusan-

keputusan yang bermanfaat bagi semua pihak.

Itulah petunjuk Al-Qur’an bagi pelaksanaan musyawarah sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan mengenai urusan keduniaan atau muamalah dan menyangkut kepentingan orang

banyak, seperti membangun masjid, madrasah, dan jalan umum, memilih ketua RT, RW, atau

kepala Desa. Semua itu harus dilakukan dengan cara musyawarah sesuai dengan petunjuk Al-

Qur’an.

Sedangkan hal-hal yang perlu dimusyawarahkan adalah hal-hal yang terkait dengan urusan

mu’amalah, sementara masalah aqidah dan ibadah sudah jelas petunjuknya baik dari Al-Qur’an

maupun dari Hadist Nabi.

Mengenai urusan dunia, Rasulullah SAW. Memberi kebebasan kepada ummatnya untuk

membicarkan bersama apa yang terbaik.

Kandungan Surah Ali ‘Imran Ayat 159, Surah A-li ‘Imran ayat 159 membahas tentang tata

cara melakukan musyawarah. Jika dirunut dari asbabun nuzulnya, ayat ini diturunkan sebagai

teguran terhadap sikap para sahabat Rasulullah saw. yang telah menyepakati keputusan
musyawarah dalam menerapkan strategi Perang Uhud, tetapi mereka melanggar kesepakatan

tersebut. Oleh karena sikap melanggar dari keputusan musyawarah, dalam Perang Uhud, kaum

muslimin menjadi sulit mengalahkan musuh.

Rasulullah sebagai pemimpin sering mengajak para sahabat untuk menyelesaikan masalah.

Misalnya dalam mengatur strategi memenangkan perang, menyelesaikan tahanan perang, dan

menentukan tempat ibadah. Dalam menyelesaikan suatu persoalan, jika tidak mendapat petunjuk

wahyu dari Allah, Rasulullah melakukannya dengan cara mengajak bermusyawarah.

Pelajaran yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah sebagai berikut :

 Seseorang yang dipercaya menjadi pemimpin dalam menghadapi rakyatnya harus

bersikap lemah lembut.

  Seorang pemimpin juga harus lapang dada dalam menghadapi permasalahan yang

dihadapi dilingkungan rakyatnya.

 Dalam memecahkan segala urusan yang terkait dengan kepentingan orang banyak,

seorang pemimpin tidak boleh mengambil keputusan sendiri, tetapi harus meminta

pendapat orang lain dengan jalan musyawarah.

  Hal-hal yang bisa dimusyawarahkan hanya hal-hal yang terkait dengan masalah

mu’amalah, bukan masalah aqidah dan ibadah.

B. Musyawarah Untuk Hal-Hal Yang Baik.

َ‫صلَ ٰوةَ َوَأمۡ ُرهُمۡ ُشو َر ٰى بَ ۡينَهُمۡ َو ِم َّما َرزَ ۡق ٰنَهُمۡ يُنفِقُون‬ ْ ‫ُوا لِ َربِّ ِهمۡ َوَأقَا ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬ ْ ‫ٱست ََجاب‬
ۡ َ‫َوٱلَّ ِذين‬

 Terjemahan :
“Dan (bagi) orang-oarang yang menerima (mematuhi) seruan tuhan dan melaksanakan shalat,

sedang urusan mereka ( diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mengimfakkan
sebagian dari rizki yang kami beri kepada mereka. (Q.S.Asy-syura’:38)

Ayat ini turun sebagai ujian kepada kelompok muslim madinah (Anshar) yang bersedia

membela Nabi Muhammad SAW. Dan menyepakati hal tersebut melalui musyawarah yang

mereka laksanakan dirumah Abu Ayyub Al-Anshari. Namun demikian, ayat ini juga berlaku

umum, mencakup setiap kelompok yang melakukan musyawarah.

Bila kita membuka sejarah islam khususnya sejarah empat khalifah Rasulullah SAW; yaitu

Abu Bakar, Umar bin khattab, usman bin-affan, Ali bin Abi-thalib dapat kita ketahui mulai dari

cara pengangkatan masing-masing dari mereka sampai dengan cara mereka memimpin, dan

menyelesaikan urusan mereka semua dilaksanakan dengan musyawarah.

Dalam melakukan musyawarah, tentu ada beberapa perinsip yang harus dipedomani oleh

para peserta musyawarah, antara lain :

1. Tidak boleh melakukan musyawarah unutk hal-hal yang dilarang agama. Larangan ini dapat

dipahami dari isi ayat 12 surah Al-Mumtahanah sebagai berikut :

2. Tidak boleh melakukan musyawarah untuk mengangkat seorang pemimpin yang tidak

beragama islam, larangan ini dapat dipahami dari isi ayat 51 surah al-maidah sebagai

berikut :

ۡ‫–ولَّهُم ِّمن ُكم‬ ‫ى َأ ۡولِيَ––ٓا ۘ َء بَ ۡع ُ َأ‬ َ ٰ َّ‫وا ۡٱليَهُو َد َوٱلن‬


ٓ ٰ ‫ص– َر‬ ْ ُ‫۞ ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ْ ‫وا اَل تَتَّ ِخ ُذ‬
ٖ ۚ ‫ض–هُمۡ ۡولِيَ––ٓا ُء بَ ۡع‬
َ –َ‫ض َو َمن يَت‬
ٰ
َ‫فَِإنَّهُۥ ِم ۡنهُمۡۗ ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل يَ ۡه ِدي ۡٱلقَ ۡو َم ٱلظَّلِ ِمين‬

Terjemahan :

“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu menjadikan orang yahudi dan nasrani sebagai

teman setiamu; mereka satu sama lain saling melindungi, barang siapa diantara kamu yang

menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh,

Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. ( Q.S.AL-Maidah:51)


 Allah memuji orang mu’min yang melakukan musyawarah dalam menyelesaikan urusannya

bersama orang lain.

 Empat khalifah yang menggantikan Rasulullah secara bergantian, dipilih dan diangkat secara

demokratis melalui musyawarah.

 Musyawarah tidak boleh dilakukan untuk menyepakati hal-hal yang tidak dibolehkan oleh

syara’ (agama)

 Musyawarah tidak boleh dilakukan untuk menyepakati pengangkatan seorang pemimpin yang

bukan orang muslim.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Seorang yang dipercaya menjadi pemimpin dalam menghadapi rakyatnya garus bersikap

lemah lembut.

2. Seorang pemimpin juga harus lapang dada dalam menghadapi permasalahan yang

dihadapi di lingkungan rakyatnya.

3. Dalam memecahkan segala urusan yang terkait dengan kepentingan orang banyak,

seorang pemimpin tidak boleh mengambil keputusan sendiri, tetapi harus meminta

pendapat orang lain dengan jalan musyawarah.

4. Musyawarah tidak boleh dilakukan untuk menyepakati hal-hal yang tidak dibolehkan oleh

syara’ (agama)

5. Musyawarah tidak boleh dilakukan untuk menyepakati pengangkatan seorang pemimpin

yang bukan muslim.

B. Keritik dan Saran

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak salah oleh karena itu penyusun sangat

mengharapkan keritik saran yang sifatnya membangun sehingga penyusun makalah yang

selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai