Anda di halaman 1dari 14

TAFSIR AYAT TENTANG PENGOLAHAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Tafsir”

Dosen Pengampu: Dr.Samhi Muawan Djamal, M.Ag

NAMA KELOMPOK:

Andi Irwan Firdauzy 404001220

Yasmin Maharani Adam 40400122096

Andi Wildani Nurul Waqiah 404001220

KELAS : 2 AP3

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang atas rahmat-
Nya dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah “Tafsir Ayat Tentang
Pengolahan”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar–


besarnya kepada dosen mata kuliah “Tafsir” yang telah memberikan tugas
terhadap penulis. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak–
pihak yang turut membantu dalam pembuat makalah ini.

Penulis jauh dari sempurna dan ini merupakan Langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan
penulis, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan
semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya dan pihak lain
yang berkepentingan pada umumnya.

Makassar, 21 Mei
2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................4


B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................

A. Tafsir Ayat QS. Al-Shaf (61): 4...........................................................


B. Tafsir Ayat QS. Alam Nasyrah (90): 7.................................................

BAB III PENUTUP..........................................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al- qur’an merupakan sekumpulan petunjuk bagi seluruh umat


manusia. Di dalamnya banyak memotret perjalanan umat Islam sejak pada
masa sebelum Nabi Muhammad hingga berkembangnya Islam diberbagai
wilayah. Al-qur’an menjadi sumber utama rujukan pedoman bagi
kehidupan manusia, khususnya umat Islam. Karena al-qur’an merupakan
kitab suci bagi seluruh umat, al-Qur’an selalu di posisikan sebagai
referensi dalam menggapai nilai-nilai ajaran Islam yang dibawa Nabi
Muhammad, yakni dengan cara menafsirkannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dipaparkan


sebelumnya, maka pokok masalah yang dijadikan objek kajian dalam
penelitian ini adalah bagaimana tafsir ayat tentang pengolahan. Untuk
kajian lebih lanjut, pokok masalah tersebut dapat terperinci ke dalam sub
masalah yang dijadikan sebagai sentral dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Jelaskan tafsir ayat QS. Al-Shaf/ 61:4!
2. Jelaskan tafsir ayat QS.Alam Nasyrah/ 94: 7!
C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan penulis berdasarkan pada


masalah di atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tafsir ayat QS. Al-Shaf/ 61:4
2. Untuk mengetahui tafsir ayat QS.Alam Nasyrah/ 94: 7

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tafsir Ayat QS. Al-Shaf/ 61:4

“Innallāha yuḥibbullażīna yuqātilụna fī sabīlihī ṣaffang


ka`annahum bun-yānum marṣụṣ”. (QS. 61:4)

Terjemahnya:

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-


Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh”. (QS. As-Saff ayat 4).

1. Tafsir Kementrian Agama RI

Dalam ayat ini Allah memuji orang-orang yang berperang di jalan-


Nya dengan barisan yang teratur dan persatuan yang kokoh. Allah
menyukai kaum Muslimin yang demikian. Tidak ada celah-celah
perpecahan, walau yang kecil sekali pun, seperti tembok yang kokoh
yang tersusun rapat dari batu-batu beton.
Ayat ini mengisyaratkan kepada kaum Muslimin agar mereka
menjaga persatuan yang kuat dan persatuan yang kokoh, mempunyai
semangat yang tinggi, suka berjuang, dan berkorban. Membentuk dan
menjaga persatuan serta kesatuan di kalangan kaum Muslimin berarti
menyingkirkan segala sesuatu yang mungkin menimbulkan
perpecahan, seperti perbedaan pendapat tentang sesuatu yang sepele
dan tidak penting, sifat mementingkan diri sendiri, membangga-

5
banggakan suku dan keturunan, mementingkan golongan, tidak
berperikemanusiaan, dan sebagainya.
Oleh karena itulah, dalam membina persatuan dan kesatuan, Allah
memperingatkan dan memerintahkan kaum Muslimin menjaga dan
mengatur saf (barisan) dalam salat dengan rapi, bahu-membahu, tidak
ada satu pun tempat yang kosong. Tempat yang kosong akan diisi oleh
setan, sedangkan setan adalah musuh manusia. Tidak baik jika
seseorang salat sendirian di belakang saf, kecuali dengan menarik ke
belakang seorang yang berada dalam saf yang di depannya. Mengatur
barisan dalam salat merupakan latihan mengatur barisan dalam
berjihad di jalan Allah.
2. Tafsir al-Jalalain

(Sesungguhnya Allah menyukai) artinya selalu menolong dan


memuliakan (orang-orang yang berperang di jalannya dalam barisan
yang teratur) lafal shaffan merupakan hal atau kata keterangan
keadaan, yakni dalam keadaan berbaris rapi (seakan-akan mereka
seperti bangunan yang tersusun kokoh) yakni sebagian di antara
mereka menempel rapat dengan sebagian yang lain lagi kokoh.
3. Tafsir Ibnu Katsir

Untuk itulah maka disebutkan oleh firman Allah Swt.:


“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di
jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
suatu bangunan yang tersusun kokoh”. (Ash-Shaff: 4)
Hal ini merupakan pemberitaan dari Allah Swt. yang menyatakan
kecintaan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Apabila
mereka berbaris dengan teratur menghadapi musuh-musuh Allah
dalam medan pertempuran, mereka berperang di jalan Allah melawan
orang-orang yang kafir terhadap Allah agar kalimah Allah-lah yang
tertinggi dan agama-Nyalah yang menang lagi berada di atas agama-
agama lainnya.

6
Imam Ahmad mengatakan: telah menceritakan kepada kami Ali
ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah
menceritakan kepada kami Mujalid, dari Abul Waddak, dari Abu Sa'id
Al-Khudri r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Ada tiga macam orang yang Allah rida kepada mereka, yaitu
seorang yang mengerjakan salat malam hari, dan kaum yang apabila
salat mereka membentuk barisan dengan teratur, serta kaum yang
apabila dalam medan perang mereka membentuk barisan dengan
teratur.
Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Mujalid, dari Abul
Waddak alias Jabar ibnu Nauf dengan sanad yang sama.
Ibnu Abu Hatim mengatakan: telah menceritakan kepada kami
ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im Al-Fadl ibnu
Dakin, telah menceritakan kepada kami Al-Aswad (yakni Ibnu
Syaiban), telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Abdullah ibnusy
Syikhkhir yang mengatakan bahwa Mutharrif pernah mengatakan
bahwa pernah sampai kepadanya sebuah hadis dari Abu Zar sehingga
ia ingin bersua secara langsung dengannya. Lalu ia menemuinya dan
bertanya, "Hai Abu Zar, pernah sampai kepadaku sebuah hadis darimu,
maka aku ingin sekali bersua denganmu." Abu Zar menjawab,
"Ayahmu milik Allah, sekarang engkau telah bersua denganku, maka
kemukakanlah maksudmu!" Aku berkata, "Pernah sampai kepadaku
suatu hadis darimu bahwa engkau pernah mengatakan Rasulullah Saw.
telah menceritakan kepada kalian (para sahabat) bahwa Allah murka
terhadap tiga macam orang dan menyukai tiga macam orang lainnya."
Abu Zar menjawab, "Benar, janganlah engkau mempunyai prasangka
bahwa aku berdusta terhadap kekasihku (Nabi Saw.)." Aku bertanya,
"Maka siapakah tiga macam orang yang disukai oleh Allah itu?" Abu
Zar menjawab, bahwa seorang lelaki yang berperang di jalan Allah, ia
keluar berjihad dengan mengharapkan rida Allah dan pahala-Nya, lalu

7
berhadapan dengan musuh. Dan kamu akan menjumpai hal yang
membenarkannya di dalam Kitabullah. Kemudian Abu Zar
membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan
mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Ash-Shaff: 4)
Kemudian disebutkan hal yang selanjutnya hingga akhir hadis.
Demikianlah hadis ini diketengahkan melalui jalur ini dengan teks
seperti yang disebutkan di atas, tetapi yang dikemukakan di atas adalah
ringkasannya.
Imam Turmuzi dan Imam Nasai telah mengetengahkannya melalui
hadis Syu'bah, dari Mansur ibnul Mu'tamir, dari Rib'i ibnu Hirasy, dari
Zaid Ibnu Zabyan, dari Abu Zar dengan teks yang lebih panjang
daripada hadis di atas lagi lebih lengkap. Kami telah
mengetengahkannya di tempat yang lain.
Diriwayatkan dari Ka'bul Ahbar. Ia mengatakan bahwa Allah Swt.
berfirman berkenaan dengan berita gembira kedatangan Nabi
Muhammad Saw., "Hamba-Ku yang bertawakal lagi terpilih, bukanlah
orang yang keras, bukan pula orang yang kasar, serta bukan pula orang
yang bersuara gaduh di pasar-pasar; dan dia tidak membalas
keburukan dengan keburukan lainnya, tetapi dia memaaf dan
mengampuni. Kelahirannya di Mekah, dan tempat hijrahnya ialah di
Tabah (Madinah); kerajaannya di negeri Syam. Umatnya adalah orang-
orang yang banyak memuji Allah, mereka memuji Allah dalam
keadaan apa pun. Dan pada setiap rumah mereka terdengar suara
dengungan seperti dengungan lebah di udara di waktu sahur (karena
membaca Al-Qur'an). Mereka membasuh anggota-anggota tubuhnya
(berwudu) dan gemar mengenakan kain separo badan mereka; saf
mereka dalam pertempuran sama dengan saf mereka dalam salat."
Kemudian Ka'bul Ahbar membacakan firman-Nya: Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam
barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang

8
tersusun kokoh. (Ash-Shaff: 4) Mereka adalah kaum yang selalu
memperhatikan matahari (untuk waktu salat mereka), mereka selalu
mengerjakan salat di mana pun waktu salat mereka jumpai sekalipun
mereka berada di atas punggung hewan kendaraan. Demikianlah
menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-
Nya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di
jalan-Nya dalam barisan yang teratur. (Ash-Shaff: 4) Bahwa
Rasulullah Saw. tidak sekali-kali berperang melawan musuh
melainkan terlebih dahulu mengatur barisan pasukannya membentuk
saf, dan ini merupakan strategi yang diajarkan oleh Allah Swt. kepada
orang-orang mukmin. Dan firman Allah Swt.: seakan-akan mereka
seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Ash-Shaff: 4) Yaitu
sebagian darinya menempel dengan sebagian lainnya dalam saf
peperangan.
Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa sebagiannya menempel
ketat dengan sebagian yang lain.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
(seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh).
(Ash-Shaff: 4) Yakni kokoh dan tidak rapuh, sebagiannya menempel
ketat dengan sebagian yang lain dalam barisan safnya.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
(Ash-Shaff: 4) Tidakkah Anda melihat para pekerja bangunan? Mereka
tidak suka bila bangunan yang dikerjakannya acak-acakan. Demikian
pula Allah Swt. tidak suka bila perintah-Nya diacak-acak. Dan
sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kaum mukmin untuk
berbaris dengan rapi dalam peperangan mereka dan juga dalam salat
mereka, maka peganglah oleh kalian perintah Allah Swt. ini, karena
sesungguhnya perintah ini akan menjadi pemelihara diri bagi orang

9
yang mengamalkannya. Semua pendapat di atas di kemukakan oleh
Ibnu Abu Hatim.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu


Amr As-Sukuni, telah menceritakan kepada kamj Baqiyyah ibnul
Walid, dari Abu Bakar ibnu Abu Maryam, dari Yahya ibnu Jabir At-
Ta'ir, dari Abu Bahriyyah yang mengatakan bahwa dahulu mereka
tidak suka berperang dengan mengendarai kuda dan mereka lebih suka
berperang dengan jalan kaki karena ada firman Allah Swt. yang
mengatakan: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seakan-akan
mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh. (Ash-Shaff: 4)
Dan tersebutlah bahwa Abu Bahriyyah sering mengatakan,
"Apabila kalian melihatku menoleh dalam safku, maka pukullah
daguku."
4. Tafsir Quraish Shihab

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang untuk


menegakkan agama Allah dalam keadaan bersatu seperti bangunan
yang kokoh.

B. Tafsir Ayat QS. Alam Nasyrah/ 94: 7

“Fa iżā faragta fanṣab”.(QS. 94:7)

Terjemahnya:

10
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. (QS. Asy-
Syarh ayat 7)

1. Tafsir Kementrian Agama RI

Sesudah menyatakan nikmat-nikmat-Nya kepada Nabi Muhammad


dan janji-Nya akan menyelamatkan beliau dari bahaya-bahaya yang
menimpa, Allah memerintahkan kepadanya agar menyukuri nikmat-
nikmat tersebut dengan tekun beramal saleh sambil bertawakal kepada-
Nya. Bila telah selesai mengerjakan suatu amal perbuatan, maka
hendaklah beliau mengerjakan amal perbuatan lainnya. Sebab, dalam
keadaan terus beramal, beliau akan menemui ketenangan jiwa dan
kelapangan hati. Ayat ini menganjurkan agar Nabi saw tetap rajin dan
terus-menerus tekun beramal.
2. Tafsir al- Jalalain

(Maka apabila kamu telah selesai) dari salat (bersungguh-


sungguhlah kamu) di dalam berdoa.
3. Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Swt.:


“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya
kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”. (Alam Nasyrah: 7-8)
Yakni apabila kamu telah merampungkan urusan-urusan duniamu
dan kesibukannya dan telah kamu selesaikan semua yang berkaitan
dengannya, maka bulatkanlah tekadmu untuk ibadah dan bangkitlah
kamu kepadanya dalam keadaan bersemangat. Curahkanlah hatimu
dan ikhlaskanlah niatmu dalam beribadah kepada-Nya dan berharap
kepada-Nya.

11
Termasuk pula ke dalam pengertian ini sebuah hadis yang telah
disepakati kesahihannya, yaitu yang mengatakan: “Tiada salat di
hadapan makanan, dan tiada salat pula sedangkan yang bersangkutan
menahan keinginan membuang kedua air (buang air kecil dan buang
air besar)”.

Dan sabda Nabi Saw. yang mengatakan:


“Apabila salat diiqamahkan, sedangkan makan malam telah
disediakan, maka mulailah dengan menyantap makan malam dahulu”.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini,
bahwa apabila kamu telah merampungkan urusan duniamu, lalu kamu
berdiri untuk salat, maka kerjakanlah salatmu dengan sungguh-
sungguh dengan menghadap kepada Tuhanmu. Dalam riwayat lain
yang bersumber dari Qatadah disebutkan pula bahwa apabila berdiri
untuk salat, maka berdoalah dengan sungguh-sungguh untuk
keperluanmu.
Diriwayatkan pula dari Ibnu Mas'ud, bahwa apabila engkau telah
mengerjakan salat-salat fardumu, maka kerjakanlah qiyamul lail
dengan sungguh-sungguh. Dan telah diriwayatkan dari Ibnu Iyad hal
yang semisal dengan pendapat Ibnu Mas'ud.
Menurut riwayat lain yang bersumber dari Ibnu Mas'ud
sehubungan dengan makna firman-Nya: “kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap. (Alam Nasyrah: 7-8) Yakni sesudah
engkau selesaikan salatmu, sedangkan engkau masih dalam keadaan
duduk”.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: “Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. (AlamNasyrah: 7) Yaitu dalam berdoa”.

12
Zaid ibnu Aslam dan Ad-Dahhak telah mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: “Maka apabila kamu telah selesai.
(AlamNasyrah: 7) Maksudnya, dari melakukan jihad. kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Alam Nasyrah: 7)
Yakni kerjakanlah ibadah dengan sungguh-sungguh”.
4. Tafsir Quraish Shihab

Maka, apabila kamu telah selesai dalam urusan dakwah dan jihad,
lakukanlah ibadah dengan sungguh- sungguh. Lakukanlah ibadah
sampai dirimu merasa lelah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, bentuk penyusunan maupun materinya mememiliki
kekurangan dan masih memerlukan tambahan dari pembaca, baik itu dari
segi referensi ataupun tulisannya. Maka dari itu kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah selanjutnya. Khususnya kepada bapak dosen
kami mohon selalu bimbingan dan arahannya, apabila dalam pemaparaan
makalah ini masih sangat jauh dari yang diharapkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. 2007. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.

Abū Bakar, Bahrum. 1990. Terjamah Tafsir Jalalain. Bandung: Sinar Baru.

Departemen Agama RI. 2005. Al-qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Syaamil


Cipta Media

Departemen Agama RI. 2002. Al-Qur’an dan Terjemah. Semarang: Toha Putra.

M. Quraish Shihab. 2007. Wawasan Al Quran. Bandung : PT. Mizan Pustaka.

Tim Tafsir Depag RI. 2009. Kerja dan Ketenagakerjaan (Tafsir al-Qur’an
tematik). Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Lentera.

14

Anda mungkin juga menyukai