Anda di halaman 1dari 49

 Kronologi Sejarah Perjuangan

Bangsa
 Perumusan dan Pengesahan
Pancasila dan UUD 1945
 Dinamika Aktualisasi Pancasila
sebagai Dasar Negara
Sidang I : 29 Mei – 1 Juni 1945:
Membahas Usul Rencana Dasar Filsafat Negara
(philosofische grondslag, Weltanschauung)
8 Maret 1942, Hindia Belanda
takluk pd Jepang
- 29 Mei 1945: Mr. Moehammad Yamin
- 31 Mei 1945: Prof. Dr. Mr. Soepomo
PM Koiso (7 September 1944): - 1 Juni 1945: Ir. Soekarno; Pancasila,
1.Membentuk Pemerintah Pusat Trisila, Ekasila.
2. Janji Kemerdekaan Indonesia
kelak di kemudian Hari Panitia 8; tugasnya memeriksa usulan2
3. Janji kedua, 29 April 1945 Ir. Soekarno, Ki. Bagus Hadikusumo, KH.
Wahid Hasyim, Mr. M. Yamin, Sutarjo
Kartohadikusumo, Mr. AA. Maramis, Oto
Iskandardinata, Drs. M. Hatta
BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha-usaha Rapat Panitia 8: pada 22 Juni 1945
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) 1). Membentuk Panitia 9 : Ir. Soekarno, Drs. M.Hatta,
Mr. M. Yamin, Mr. A. Soebardjo, Mr. AA. Maramis,
- Dibentuk 1 Maret 1945 Abdulkahar Muzakir, KH. Wahid Hasyim,
- Anggota 60 orang (4 Tionghoa, 1 H. Agus Salim, Abikusno Tjokrosoejoso.
Arab, 1 Belanda), ketua dr. 2) Panitia 9 berhasil merumuskan :
Radjiman Wediodiningrat, wkl RP. Usul Rencana Pembukaan Hukum Dasar
Suroso dan Ichibangaso. (Mr. M. Yamin : Piagam Jakarta)
- Pengangkatan 29 April 1945
- Pelantikan 28 Mei 1945 Sidang II : 10 - 16 Juli 1945
- Bubar 7 Agustus 1945 (PPKI) 1) Membahas Usul Rencana Undang-Undang Dasar
2) Panitia Perancang UUD, Panitia Pembelaan Negara,
Panitia Keuangan dan Perekonomian
3) Naskah Pernyataan Indonesia Merdeka
6 Agustus 1945 9 Agustus 1945
Bom Atom Hiroshima Bom Atom Nagasaki

14 Agustus 1945
Jepang menyerah pada Sekutu

17 Agustus 1945
Proklamasi Kemerdekaan RI
7 Agustus 1945 Naskah ditulis oleh Ir. Soekarno
PPKI Diketik oleh Sajuti Melik
Ditandatangani Ir. Soekarno dan Drs. M. Hatta
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
Disiarkan dlm Berita Republik Indonesia,
15 Feb 1946 (Tahun II N0. 7)
- Anggota 21 orang (12 dr Jawa, 3
Sumatera, 2 Sulawesi, masing 1 18 Agustus 1945
dr Kalimantan, Sunda Kecil, UUD 1945 disahkan oleh PPKI;
Maluku dan Tionghoa) 16 Bab, 37 Pasal, 4 psl AP, 2 ayat AT
- Ketua Ir Soekarno, wakil ketua
Drs. M. Hatta.
22 Agustus 1945
Sekutu mendarat di Indonesia,
diikuti oleh tentara Netherlands
Indies Civil Administration (NICA)
USUL RUMUSAN
(29 Mei-1 Juni 1945)
DEKRIT PRESIDEN
(5 Juli 1959)
ISTILAH PANCASILA
(1 Juni 1945)

UUDS 1950
PIAGAM JAKARTA (17 Agustus 1950)

(22 Juni 1945)

KONSTITUSI RIS
PROKLAMASI (14 Desember 1949)
(17 Agustus 1945)

UUD 1945
(18 Agustus 1945)

Tap No. XX/MPRS/1966 LAMBANG NEGARA


Tap No XVIII/MPR/1998
Memuat Rumusan Resmi
Pancasila Dasar Negara RI GARUDA PANCASILA

Peraturan Pemerintah No. 43/1958


Rumusan Mr. Muhammad Yamin
(29 Mei 1945)
Rumusan Tertulis
Rumusan Pidato
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Peri Kebangsaan 2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan
2. Peri Kemanusiaan Beradab
3. Peri ke-Tuhanan 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh
Hikmat kebijaksanaan dalam
4. Peri Kerakyatan permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat
5. Kesejahteraan Rakyat Indonesia
Rumusan Prof. Dr. Mr. Soepomo
(31 Mei 1945)

• Dasar Integralistik; negara bersatu dengan


rakyatnya

• Pada tanggal 15 Juni 1945, dalam usulan


Rancangan UUD, beliau mengusulkan :
1. Ketuhanan
2. Kebangsaan
Rumusan Ir. Soekarno
(1 Juni 1945)
Pancasila : Trisila :
1. Kebangsaan Indonesia 1. Socio-nationalisme
2. Internasionalisme, atau 2. Socio-demokratie
peri-kemanusiaan 3. ke-Tuhanan
3. Mufakat, atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ke-Tuhanan yang Ekasila :
berkebudayaan
Gotong-Royong
Rumusan Piagam Jakarta
(22 Juni 1945)
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam
bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Catatan : Sebutan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) adalah istilah yang


disebutkan oleh Mr. Mohammad yamin untuk menamai Dokumen
“Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” yang dibuat Panitia 9
Rumusan BPUPKI
(14 Juli 1945)
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-
kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia
Rumusan PPKI
(18 Agustus 1945)
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan Mukaddimah Konstitusi RIS
(14 Desember 1949)

1. ke-Tuhanan Yang Maha Esa,


2. perikemanusiaan,
3. kebangsaan,
4. kerakyatan
5. dan keadilan sosial
Rumusan Mukaddimah UUDS 1950
(15 Agustus 1950)
1. ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
2. perikemanusiaan,
3. kebangsaan,
4. kerakyatan
5. dan keadilan sosial

Catatan : Ditetapkan dengan UU RIS No 7 Tahun 1950 tentang


Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat
menjadi Undang-Undang Dasar Sementara (LN RIS Tahun 1950
No 56, TLN RIS No.37)
Rumusan versi Populer
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hari Kesaktian Pancasila
• Pada tanggal 30 September 1965, terjadi
Gerakan 30 September PKI, yang bertujuan
mengganti Pancasila dengan ideologi komunis.
• Gugurnya 7 orang Pahlawan Revolusi
• 1 Oktober 1965 pemberontakan dapat
ditumpas, sehingga ditetapkan sebagai Hari
Kesaktian Pancasila.
Garuda Pancasila
• Garuda Pancasila merupakan Lambang Negara
Indonesia.
• Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari
Pontianak, kemudian disempurnakan oleh Presiden
Soekarno.
• Garuda merupakan burung dalam mitologi Hindu,
sedangkan Pancasila merupakan dasar filosofi negara
Indonesia.
• Lambang negara Garuda diatur penggunaannya
dalam Peraturan Pemerintah No. 43/1958
Makna Lambang Garuda Pancasila
• Garuda Pancasila
• Burung Garuda melambangkan kekuatan
• Warna emas pada burung Garuda
melambangkan kejayaan
• Perisai di tengah melambangkan pertahanan
bangsa Indonesia
Garuda
• Mitologi Hindu dan Buddha. Garuda digambarkan sebagai makhluk
separuh burung (sayap, paruh, cakar) dan separuh manusia (tangan dan
kaki).

• Garuda menggambarkan kekuatan dan kekuasaan. Warna emas


melambangkan kejayaan, karena peran burung garuda dalam cerita
pewayangan Mahabharata dan Ramayana.

• Jumlah bulu burung garuda ini dibuat sedemikian rupa sehingga


mengingatkan akan hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Pada
sayapnya terdapat 17 bulu, 8 bulu ekor, 19 bulu di bawah perisai, dan 45
bulu leher.
Perisai
• Perisai merupakan lambang pertahanan negara
Indonesia.
• Gambar perisai tersebut dibagi menjadi lima bagian:
bagian latar belakang dibagi menjadi empat dengan
warna merah putih berselang seling (lambang
bendera Indonesia), dan sebuah perisai kecil miniatur
dari perisai yang besar bewarna hitam berada tepat
di tengah-tengah.
• Garis lurus horisontal yang membagi perisai tersebut
menggambarkan garis khatulistiwa yang tepat
melintasi Indonesia di tengah-tengah
Simbol-simbol di dalam perisai
Masing-masing melambangkan sila-sila dalam Pancasila, yaitu:

1. Bintang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa [sila ke-1]


2. Rantai melambangkan sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab [sila ke-2]

3. Pohon Beringin melambangkan sila Persatuan Indonesia [sila ke-3]


4. Kepala banteng melambangkan sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan [sila ke-4]

5. Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia [sila ke-5]
Bintang Tunggal
Ketuhanan Yang Maha Esa

• Perisai hitam dengan sebuah bintang emas berkepala


lima menggambarkan agama-agama besar di Indonesia,
Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan juga ideologi sekuler
sosialisme.

• Pengakuan bangsa Indonesia akan eksistensi Tuhan


sebagai pencipta alam semesta dengan segala isinya.
Tuhan sebagai kausa prima. Oleh karena itu sebagai umat
yang berTuhan, adalah dengan sendirinya harus taat
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Rantai Emas
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
• Rantai yang disusun atas gelang-gelang kecil ini
menandakan hubungan manusia satu dengan yang
lainnya yang saling membantu. Gelang yang lingkaran
menggambarkan wanita, gelang yang persegi
menggambarkan pria.

• Penghargaan kepada sesama umat manusia apapun


suku bangsa dan bahasanya. Sebagai umat manusia
kita adalah sama di hadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Pohon Beringin
Persatuan Indonesia
• Menggambarkan kesatuan Indonesia yang kokoh dan
mengayomi. Akar-akar yang banyak menggelantung
dari ranting-rantingnya menggambarkan Indonesia
memiliki berbagai akar budaya yang berbeda-beda.
• Bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan
bangsa dengan membina kerja sama yang harmonis.
Persatuan Indonesia kita tempatkan di atas
kepentingan sendiri.
Kepala Banteng
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan

• Banteng atau lembu liar adalah binatang


sosial, meski liar tapi memiliki semangat
kekeluargaan yang tinggi.
• Bahwa kehidupan kita dalam bermasyarakat
dan bernegara berdasarkan atas sistem
demokrasi Pancasila (Musyawarah-Mufakat).
Padi Kapas
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
• Padi dan kapas menggambarkan kebutuhan
pokok setiap masyarakat Indonesia tanpa
melihat status maupun kedudukannya.
• Hal ini menggambarkan persamaan sosial
dimana tidak adanya kesenjangan sosial satu
dengan yang lainnya
Motto atau Semboyan Negara
• Pita yg dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan
semboyan negara Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang
berarti "berbeda beda, tetapi tetap satu jua".

• Dalam kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular memuat seloka


yang berbunyi : “Bhineka Tunggal ika tan Hana Dharma
Mangrua”, artinya walaupun berbeda namun satu jua adanya.

• Menggambarkan keadaan bangsa Indonesia yang terdiri atas


beraneka ragam suku, budaya, adat-istiadat, kepercayaan,
namun tetap adalah satu bangsa, bahasa, dan tanah air
Pancasila Dasar Negara
• Landasan Yuridis : UUD 1945 pada bagian
Pembukaan Alenia IV dan ditegaskan dengan
Ketetapan MPR No XVIII/MPR/1998 tentang
Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara.

• Pasal 1 dalam Ketetapan MPR tersebut menyatakan


bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan UUD 1945 adalah Dasar Negara dari
NKRI yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam
kehidupan bernegara
Makna Pancasila Dasar Negara
• Bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
menjadi dasar pedoman atau pedoman normatif bagi
penyelenggaraan negara.

• Pancasila harus diletakkan keutuhannya dengan


Pembukaan UUD 1945 dan dieksplorasikan pada
dimensi yang melekat padanya baik dimensi realitas,
idealitas maupun fleksibilitasnya.
Implementasi Pancasila Dasar Negara

1. Norma dasar
2. Staatsfundamentalnorm
3. Norma pertama
4. Cita Hukum (Rechtsidee)
Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara

1. Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara menjadikan setiap


tingkah laku dan setiap pengambilan keputusan para
penyelenggara negara dan pelaksana pemerintahan harus
selalu berpedoman pada Pancasila, dan tetap memelihara
budi pekerti kemanusiaan yang luhur serta memegang teguh
cita-cita moral bangsa
2. Pancasila sebagai sumber nilai menunjukkan identitas bangsa
Indonesia yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang luhur,
hal ini menandakan bahwa dengan Pancasila bangsa
Indonesia menolak segala bentuk penindasan, penjajahan dari
satu bangsa terhadap bangsa yang lain
3. Merupakan cita-cita moral luhur yang meliputi
suasana kejiwaan dan watak dari bangsa
Indonesia
4. Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber acuan
dalam menyusun etika kehidupan berbangsa
bagi seluruh rakyat Indonesia, maka Pancasila
juga sebagai paradigma pembangunan,
maksudnya sebagai kerangka pikir, sumber
nilai, orientasi dasar, sumber asas serta arah
5. Pancasila sebagai paradigma pembangunan
mempunyai arti bahwa Pancasila sebagai sumber
nilai, sebagai dasar, arah dan tujuan dari proses
pembangunan. Segala aspek pembangunan nasional
harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai Pancasila
dengan mewujudkan peningkatan harkat dan
martabat manusia secara konsisten berdasarkan
pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia.
Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi
• Pada era reformasi ini, bangsa Indonesia ingin menata
kembali (reform) tatanan kehidupan yang berdaulat, aman,
adil, dan sejahtera. Tatanan kehidupan yang berjalan pada
era orde baru dianggap tidak mampu memberi kedaulatan
dan keadilan pada rakyat.
• Reformasi memiliki makna, yaitu suatu gerakan untuk
memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-
hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format
atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang
dicita-citakan rakyat.
Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi
1. Reformasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya, gerakan
reformasi berdasarkan pada moralitas ketuhanan dan harus mengarah
pada kehidupan yang baik sebgai manusia makhluk tuhan.
2. Reformasi yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya,
gerakan reformasi berlandaskan pada moral kemanusiaan yang luhur
dan sebagai upaya penataan kehidupan yang penuh penghargaan atas
harkat dan martabat manusia.
3. Reformasi yang berdasarkan nilai persatuan. Artinya, gerakan reformasi
harus menjamin tetap tegaknya negara dan bangsa Indonesia sebagai
satu kesatuan. Gerakan reformasi yang menghindarkan diri dari praktik
dan perilaku yang dapat menciptakan perpecahan dan disintegrasi
bangsa.
4. Reformasi yang berakar pada asas kerakyatan. Artinya, seluruh
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara harus
dapat menempatkan rakyat sebagai subjek dan pemegang
kedaulatan. Gerakan reformasi bertujuan menuju terciptanya
pemerintahan yang demokratis, yaitu rakyat sebagai pemegang
kedaulatan.

5. Reformasi yang bertujuan pada keadilan sosial bagi seluruh


rakyat Indonesia. Artinya, gerakan reformasi harus memiliki visi
yang jelas, yaitu demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh
rakyat. Perlu disadari bahwa ketidakadilanlah penyeban
kehancuran suatu bangsa.
Di bidang Politik
• Pembangunan dan perilaku politik yang bermoral dan bermartabat
sebagai cerminan bangsa yang memiliki cita-cita moral dan budi
pekerti yang luhur.
• Segala tindakan sewenang-wenang, penyalahgunaan kekuasaan,
pengambilan kebijaksanaan yang diskriminatif untuk kepentingan
pribadi dan kelompok merupakan praktek politik yang bertentangan
dengan Pancasila.
• Sikap saling menghujat, menghalalkan segala cara, mengadu domba,
memfitnah, menghasut dan memprovokasi, melakukan tindakan anarkis
demi kepuasan diri merupakan tindakan yang rendah martabat
kemanusiaannya dan tidak mencerminkan jati diri bangsa Indonesia
yang ber-Pancasila.
Di bidang Hukum

• Setiap perumusan peraturan perundang-undangan nasional


harus selalu memperhatikan dan menampung aspirasi rakyat
(aspiratif).
• Pancasila sebagai sumber tertib hukum menjadi sumber nilai
dan sumber norma bagi pembangunan hukum.
• Pancasila sebagai cita hukum berkedudukan sebagai
peraturan yang paling mendasar (Staatsfundamentalnorm),
menjadi sumber hukum dasar nasional yang menentukan isi
dan bentuk peraturan perundang-undangan di Indonesia yang
tersusun secara hierarkhis.
• Pedoman dalam etika penegakan hukum yang berkeadilan
yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa tertib
sosial, ketenangan dan keteraturan hidup bersama hanya
dapat diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan
seluruh peraturan yang berpihak kepada keadilan.
• Perlu diwujudkan suatu penegakan hukum secara adil, perlakuan yang
sama dan tidak diskriminatif terhadap setiap warga negara di hadapan
hukum, dan menghindarkan penggunaan hukum dengan cara yang salah
sebagai alat kekuasaan dan bentuk-bentuk manipulasi hukum lainnya.
Di bidang Sosial Budaya
• Aspek sosial budaya dikembangkan berdasarkan nilai-nilai Kemanusiaan,
Ketuhanan dan nilai Keberadaban.
• Mengembangkan etika kehidupan yang bertolak dari rasa kemanusiaan
dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami,
toleransi, saling menghargai, saling mencintai, dan saling menolong di
antara sesama manusia.
• Perlu ditumbuh-kembangkan kembali budaya malu, yaitu malu berbuat
kesalahan dan semua yang bertentangan dengan moral agama,
kemanusiaan, adat istiadat dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
• Perlu ditumbuh kembangkan budaya keteladanan yang diwujudkan dalam
perilaku para pemimpin baik formal maupun informal pada setiap lapisan
masyarakat.
• Kesadaran bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya tinggi,
sehingga dapat menggugah hati setiap manusia Indonesia untuk mampu
melakukan adaptasi, interaksi dengan bangsa lain, dan mampu melakukan
tindakan proaktif sejalan dengan tuntutan globalisasi dengan penghayatan
dan pengamalan agama yang benar serta melakukan kreativitas budaya
yang lebih baik.
Di bidang Ekonomi

• Pembangunan ekonomi selalu didasarkan pada nilai


kemanusiaan, untuk kesejahteraan umat manusia.
• Pembangunan tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi
semata melainkan juga demi kemanusiaan dan kesejahteraan
seluruh bangsa,
• Menghindarkan diri dari pengembangan ekonomi yang hanya
berdasarkan pada persaingan bebas, monopoli yang dapat
menimbulkan penderitaan rakyat serta menimbulkan
penindasan atas manusia satu dengan lainnya.
• Prinsip dan perilaku ekonomi dari pelaku ekonomi maupun
pengambil kebijakan ekonomi dapat melahirkan kondisi dan
realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur,
berkeadilan, mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi,
daya tahan ekonomi dan kemampuan saing, serta terciptanya
suasana yang kondusif untuk pemberdayaan ekonomi yang
berpihak kepada rakyat kecil melalui kebijakan secara
berkesinambungan,
• Cegah terjadinya praktek monopoli, oligopoli, kebijakan KKN ,
diskriminatif.
Pengamalan Pancasila dalam
Kehidupan Bernegara
Pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara dapat
dilakukan dengan cara :

1. Pengamalan secara obyektif : Dengan melaksanakan dan


mentaati peraturan perundang-undangan sebagai norma
hukum Negara yang berlandaskan pada Pancasila

2. Pengamalan secara subyektif : dengan menjalankan nilai-nilai


Pancasila yang berwujud norma etik secara pribadi atau
kelompok dalam bersikap dan bertingkah laku pada
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Anda mungkin juga menyukai