Anda di halaman 1dari 25

Pengantar Ideologi

Apa itu Idologi?


Pada dasarnya idelogi berasal dari bahasa latin terdiri dari dua kata: Ideos artinya pemikiran dan logis artinya logika,
ilmu, pengetahuan
Dapatlah didefinisikan ideologi merupakan ilmu mengenai keyakinan dan cita-cita
Ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam yang dipunyai dan dipegang
oleh suatu masyarakat tentang bagaimana cara yang sebaliknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil,
mengatur tingkah laku mereka bersama dalam berbagai segi kehidupan duniawi mereka.
Ideologi juga memiliki arti: konsepsi manusia mengenai politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan untuk diterapkan
dalam suatu masyarakat atau negara.
Ideologi adalah gambaran yang disadari maupun tidak disadari tentang kenyataan sosial-politik. Gambaran semacam
itu biasanya dianggap benar tanpa dicari tahu alasannya. Orang-orang menerima begitu saja kebenaran gambaran
tersebut.
Karl Marx (1818-1883) menyebut ideologi sebagai ‘kesadaran palsu’ atau kesadaran yang keliru tentang kenyataan
sosial-politik. Misalnya, kesadaran yang keliru tentang kapitalisme sebagai sistem ekonomi yang adil padahal
sebenarnya sangat menindas.
Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt de Tracy pada
akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan ”sains tentang ide”.
Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif,
sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan
Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam
kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat
Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh
kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat.
Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan
perubahan melalui proses pemikiran normatif.
Lanjutan
Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya
sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada
masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi
inti politik.
 Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti
sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai
sistem berpikir yang eksplisit.
Ideologi adalah pemikiran mendasar dan patokan asasi
tingkah laku. Dari segi logika Ideologi adalah
pemahaman mendasar dan asas setiap peraturan
Lanjutan
Pada dasarnya ideologi terumuskan dengan sejumlah kemungkinan:
Pertama, ideologi lahir karena diinspirasikan oleh sosok tokoh yang luar biasa, dalam sejarah
bangsanya. Ia hadir membawa sekaligus mampu memberikan inspirasi serta pengaruh kuat terhadap
orang lain secara luas. Pada keadaan ini, gagasan seseorang yang ‘luar biasa’ itu atas kehendak
pelaku dan dukungan pengikut, alam pemikirannya mengenai cita-cita masyarakat yang
diperjuangkan dalam gerakan politik diakui dan dirumuskan secara sistematis, telah menjadi
ideologi. Ideologi itu lahir dari pemikiran seseorang.
Kedua, berdasarkan alam pikiran masyarakat, ideologi itu dirumuskan oleh sejumlah orang yang
berpegaruh dan merepresentasikan kelompok masyarakat kemudian disepakati sebagai pedoman
dalam mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara, bilaperlu diciptakan mitosmitos untuk
mendapatkan pengakuan legal dan kultural dari masyarakat bersangkutan sehingga mereka tunduk
dan meyakini.
Ketiga, berdasarkan keyakinan tertentu yang bersifat universal, ideologi itu lahir dan dibawa oleh
orang yang diyakini sebagai kehendak Tuhan, dengan pesan untuk melakukan pembebasan dan
memberikan bimbingan dalam mengatur kehidupan yang sebenarnya serta konsekuensi moral
dikemudian hari yang akan diterima bila melanggarnya.
 Ideologi ini syarat dengan pesan moral yang sesuai dengan nurani serta dasar primordial manusia.
Oleh sebab itu, ideologi yang lahir dari suatu keyakinan Iman dan bersifat universal akan hidup
secara permanen tidak akan goyah dan mati. Biasanya ideologi ini lahir diinspirasikan oleh spirit
agama
Lanjutan
Ideologi mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Etis, yaitu sebagai panduan dan sikap serta perilaku
kelompok masyarakat dalam kehidupan kenegaraan dan
kebangsaan.
2. Fungsi Integrasi, yaitu nilai yang menjadi pengikat suatu bangsa
atau masyarakat.
3. Fungsi Kritis, yaitu sebagai ukuran nilai yang dapat digunakan
untuk melakukan kritik terhadap nilai atau keadaan tertentu.
4. Fungsi Praxis, yaitu sebagai acuan dalam memecahkan masalah-
masalah kongkrit.
5. Fungsi Justifikasi, yaitu ideologi sebagai nilai pembenar atas
suatu tindakan atau kebijakan tertentu yang dikeluarkan oleh suatu
kelompok tertentu.
Lanjutan
Antonio Gramsci (1891-1937) menyebut proses penanaman ideologi
sebagai ‘hegemonisasi’, yaitu penindasan kebudayaan rakyat dengan cara
menggantikannya dengan kebudayaan elit tertentu. Misalnya, para buruh di
Itali yang semestinya memperjuangkan hak-hak ekonomi dan politiknya
malah terpengaruh oleh retorika ‘anti-asing’ yang dipropagandakan elit
partai fasis. Akibatnya, para buruh itu justru tidak memperjuangkan hak-
haknya dan malah ikut berperang demi para elit partai dan pengusaha.
Louis Althusser (1918-1990) menyebut perangkat yang menyebar-luaskan
ideologi sebagai ‘aparatus ideologis negara’: semua lembaga yang
menyebar-luaskan gagasan tentang kenyataan sosial-politik tanpa melalui
jalan kekerasan fisik (misalnya, sekolah, adat-istiadat, dll). Mereka yang
menolak penanaman nilai-nilai itu akan dikenai sanksi non-fisik seperti
dikucilkan, dianggap murtad, dsb. ‘Aparatus ideologis negara’ ini berbeda
dari ‘aparatus represif negara’ yang bekerja menanamkan nilai-nilai melalui
kekerasan, seperti misalnya polisi, pengadilan, tentara, dll.
Lanjutan
Istilah ideologi adalah istilah yang seringkali dipergunakan
terutama dalam ilmu-ilmu sosial, akan tetapi juga istilah yang
sangat tidak jelas. Banyak para ahli yang melihat ketidakjelasan
ini berawal dari rumitnya konsep ideologi itu sendiri.
Ideologi dalam pengertian yang paling umum dan paling dangkal
biasanya diartikan sebagai istilah mengenai sistem nilai, ide,
moralitas, interpretasi dunia dan lainnya.
Menurut Antonio Gramsci, ideologi lebih dari sekedar sistem ide.
Bagi Gramsci, ideologi secara historis memiliki keabsahan yang
bersifat psikologis. Artinya ideologi ‘mengatur’ manusia dan
memberikan tempat bagi manusia untuk bergerak, mendapatkan
kesadaran akan posisi mereka, perjuangan mereka dan
sebagainya.
Lanjutan
Kekuatan ideologi:
Mampu mempengaruhi cara berpikir kita: mana benar,
mana salah
Mampu mengarahkan cara kita menilai: mana baik,
mana buruk
Mampu mengarahkan kita pada tindakan tertentu: mana
yang harus dilakukan, mana yang tidak boleh dilakukan
Sekilas terkesan masuk akal (misalnya, personalia
mengintimidasi buruh agar tidak masuk serikat sebab
merasa bahwa kehadiran serikat buruh akan merugikan
perusahan dan semua karyawannya)
Liberalism
Perbedaan kapitalisme dan liberalisme:
kapitalisme adalah sistem ekonomi,
Sementara liberalisme adalah ideologi yang membenarkan
kapitalisme.
Dengan kata lain, kapitalisme adalah suatu keadaan, suatu
kenyataan ekonomi,
sementara liberalisme adalah keyakinan yang melegitimasi
kenyataan tersebut.
Namun ada bermacam-macam bentuk ideologi liberal. Kita
akan memperhatikan empat jenis utamanya: liberalisme klasik,
liberalisme modern, libertarianisme dan neoliberalisme.
Capitalism- Mode Of Production
Artinya: sistem ekonomi [sosial] yang bercirikan profit motive dan
kontrol terhadap sarana produksi, distribusi dan pertukaran oleh
kepemilikan pribadi
profit motive. Kita tidak sedang membicarakan profit motive seorang
individu tetapi kita sedang membicaran maknanya dalam sebuah
masyarakat.
Profit motive secara esensial bermakna bahwa tujuan utama sebagian
besar produksi dalam masyarakat bukanlah untuk memenuhi kebutuhan
manusia individu atau masyarakat, tetapi untuk mencari keuntungan.
Tentu saja dalam proses mencari keuntungan kebutuhan manusia juga
terpenuhi tetapi kebutuhan-kebutuhan ini berada dalam posisi subordinat
dari proses produksi demi keuntungan: alih-alih menjadi tujuan produksi
ia hanya menjadi instrumental bagi produksi demi keuntungan tadi.
The Money Circuit of Capital
Sekarang kita akan masuk lebih jauh
dari makna dan implikasi dari
masyarakat yang berbasis pada profit
motive dari private proverty atas
sarana produksi. Mari kita gunakan
simbol M untuk uang yang
dilemparkan ke dalam proses
akumulasi dengan tujuan mencari
untung, dan C sebagai nilai
komoditas yang dibeli dengan uang
tadi dan dijual kembali untuk
mendapatkan uang yang lebih
Lingkaran M – C – M' tidak berhenti di banyak
situ saja.M'.
Sang
kapitalis,setelah mendapat M', motif mencari
M – C – M'
untungnya membuat ia membeli lagi komoditas C'
dalam rangka mendapatkan uang lebih banyak M'',
begitulah seterusnya. aktifitas mencari keuntungan
secara inheren tidak
terbatas. Ini adalah titik krusial yang harus kita fahami
Lanjutan
Selanjutnya, kita akan kembangkan money circuit of capital di atas untuk melihat
hubungan antara profit dan produksi. Produksi untuk profit mengandaikan adanya dua
hal penting.
Pertama, sarana produksi, distribusi dan pertukaran harus terkonsentrasi pada satu
tangan. Kedua, adalah pasar tenaga kerja, sebuah pasar di mana orang-orang mencari
kerja untuk mendapatkan upah. Tanpa dua hal ini, profit motive tidak bisa
menghasilkan keuntungan yang sebenarnya. Untuk
memahaminya dengan lebih baik, mari kita tulis ulang formula di atas menjadi:

C dibagi menjadi dua bagian, LP adalah labour power, sedangkan MP adalah means of
production. Labour power adalah kapasitas untuk bekerja yang dijual oleh pekerja kepada sang
kapitalis.
Means of production adalah semua instrumen yang digunakan oleh labour power ketika
aktifitas bekerja
terjadi untuk mencipatakan produk baru. Ketika LP dam MP disatukan, maka terjadilah proses
produksi. Proses ini disimbolkan dengan ….....P........, karena kita di sini membicarakan
penggunaan energi hidup yang masuk ke proses kerja. C' adalah komoditi baru yang dihasilkan
juga dengan nilai baru. Kemudian dijual dan menghasilkan ΔM atau M'. Jadi, pengerahan
tenaga, kerja, berada di pusat dari bentuk pengembangan money circuit of capital ini. Jadi
Lanjutan

Dengan kata lain, dengan kebutuhan untuk akumulasi dan keuntungan yang inheren ini,
kebutuhan yang khas bagi masyarakat kapitalis dan tidak pernah ada pada organisasi sosial
sebelumnya yang pernah ada: kebutuhan jam kerja yang lebih banyak dan banyak.
Kerja menjadi moto dalam masyarakat kapitalis. Dikarenakan motif mencari keuntungan tak
terbatas, motif ini bisa kita lihat di semua aspek kehidupan: setiap aktifitas manusia menjadi
semesta kemungkinan peluang keuntungan. Contohnya, keramahan yang dulunya adalah kerja
sosial biasa, dalam masyarakat kapitalis berubah menjadi cara mencari keuntungan dalam
industri pariwisata. Transmisi sejarah, pengalaman, nilai-nilai, teknik, dll. Sepanjang
bergenerasi-generasi dan terjadi ribuan tahun sekarang menjadi 'sekolah', dengan deadlines,
daftar pelajaran, dan ujian yang akan melatih dan mendidik anak muda untuk bertahan dalam
dunia kompetisi pasar tenaga kerja yang keras
Liberalisme klasik: ideologi yang mengutamakan kebebasan individualTokoh-
tokohnya: John Locke, Adam Smith, Alexis de Tocqueville
Liberalisme klasik: ideologi yang mengutamakan kebebasan individual
Tokoh-tokohnya: John Locke, Adam Smith, Alexis de Tocqueville
Konteks historis kemunculannya: perlawanan atas feodalisme dan monarki di mana kebebasan individu
(dalam berbagai bentuknya: hak atas pengadilan yang wajar, hak untuk berdagang secara bebas,
jaminan bahwa kepemilikan privat tidak dirampas tiba-tiba oleh pemerintah) tidak dihargai.
Ciri-ciri pandangannya:
 Pemerintahan terbatas: pemerintah tidak boleh mengintervensi kebebasan sipil warga negara (tidak boleh
melarang mereka untuk berserikat dan menyatakan pendapat) dan tidak boleh berkuasa secara mutlak (harus
ada pembagian kekuasaan: eksekutif, legislatif, yudikatif)
 Tegaknya supremasi hukum: semua warga negara, termasuk pejabat pemerintah, harus tunduk pada hukum
yang berlaku
 Pembatasan kuasa redistributif pemerintah: pemerintah tidak boleh menjalankan praktik redistribusi
kesejahteraan yang berlebihan. Pemerintah hanya boleh memungut pajak demi kepentingan masyarakat, tidak
demi kepentingan segelintir kelompok dalam masyarakat.
 Perdagangan bebas: pemerintah tidak boleh melakukan intervensi dalam perdagangan, entah melalui
pembatasan impor maupun subsidi dan penetapan harga secara sepihak. Intervensi pemerintah terhadap pasar
dianggap akan mengacaukan pertumbuhan ekonomi yang alamiah.
 Asas suci hak milik pribadi: negara diciptakan demi melindungi kepemilikan pribadi warganya. Semua aturan
perundang-undangan dan kinerja pemerintah mesti diarahkan untuk menjamin agar hak milik perseorangan
tidak dilanggar.
 Masalah kesejahteraan = masalah privat: pemerintah liberal klasik hanya menjamin ‘kesetaraan
kesempatan’ (equal opportunity) bagi seluruh warganya untuk mencapai kemakmuran. Pemerintah tidak
punya wewenang untuk mewujudkan ‘kesetaraan kesejahteraan’. Perkara kesejahteraan diserahkan pada
usaha masing-masing individu dalam bersaing mewujudkan kesejahteraannya sendiri.
Lanjutan
Contoh penerapannya: Di banyak negara di Eropa semenjak abad ke-17
sampai dengan era Revolusi Industri di abad ke-19.
 Di Inggris, ide liberalisme klasik mengemuka awalnya diperjuangkan oleh
Partai Whig yang menentang kuasa absolut raja dan membela demokrasi
parlementer.
Partai ini berhasil mengkampanyekan pembatalan undang-undang yang
membatasi impor jagung (Corn Law) dan karenanya mereka membawa
Inggris pada kebijakan perdagangan bebas dan meninggalkan kebijakan
proteksionis kaum merkantilis.
 Di Prancis, liberalisme klasik mewujud dalam ideal Revolusi Prancis 1789:
kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan. Puncak penerapan liberalisme
klasik adalah Revolusi Industri yang memiskinkan kaum buruh.
Dalam Revolusi Industri, hak-hak pekerja tidak dijamin karena itu dianggap
sebagai intervensi pemerintah atas pasar yang tidak sehat bagi bisni
s
Liberalisme Modern
Liberalisme modern: versi lunak dari liberalisme klasik yang mengakomodasi sebagian dari perspektif sosialis.
Sistem ekonomi yang dibangun di atas ideologi liberalisme modern lazimnya disebut ‘negara kesejahteraan’ ( welfare
state) atau ‘demokrasi sosial (socia democracy / sosdem).Tokoh-tokohnya: John Stuart Mill, John Maynard Keynes,
Franklin D. Roosevelt
Konteks historis kemunculannya: liberalisme modern muncul dari pembelajaran atas kegagalan liberalisme klasik
dalam mewujudkan masyarakat kapitalis yang adil dan stabil. Keadilan sosial lenyap dalam liberalisme klasik karena
masalah kesejahteraan dianggap sebagai masalah pilihan pribadi. Stabilitas ekonomi juga tak terjamin dalam
liberalisme klasik sebab kapitalisme yang tidak boleh diintervensi negara hanya akan berujung pada krisis ekonomi
(misalnya, krisis finansial tahun 1929 atau ‘Depresi Besar’). Maka itu, liberalisme modern muncul dengan mencari
landasan baru bagi keadilan sosial dan stabilitas ekonomi dalam kerangka kapitalisme.
Ciri-ciri pandangannya:
 Ada kuasa redistributif pemerintah melalui pajak progresif: pemasukan pajak negara dilandaskan pada kemampuan ekonomi
warga negara—yang kaya membayar banyak, yang miskin membayar sedikit dan disubsidi oleh yang kaya.
 Pembatasan atas perdagangan bebas: pemerintah berwenang mengintervensi pasar apabila ada indikasi bahwa mekanisme
pasar itu akan membahayakan perekonomian masyarakat luas (misalnya, ditetapkan segudang aturan yang mengatur impor-
ekspor dan spekulasi finansial)
 Masalah kesejahteraan = masalah negara dan swasta: negara wajib turun tangan memberikan subsidi pada warga yang
kurang mampu biarpun jurang antara kaya-miskin tetap ada akibat kompetisi bebas di pasar.
Contoh penerapannya: kebijakan New Deal yang dicanangkan presiden Roosevelt di Amerika Serikat antara tahun
1933-1936. Dalam rangka menanggulangi krisis finansial tahun 1929, presiden Roosevelt antara lain memberlakukan
mekanisme jaminan dana pensiun, subsidi atas warga miskin dan pengangguran dari pajak. Selain itu, dalam konteks
perburuhan, Roosevelt juga membatasi jumlah jam kerja per hari hingga 8 jam dan melarang pekerja di bawah usia
17 tahun.
Libertarianism
Libertarianisme: versi ekstrem dari liberalisme klasik yang muncul sesudah kegagalan
liberalisme modern.Tokoh-tokohnya: Robert Nozick dan Friedrich Hayek
Konteks historis kemunculannya: kegagalan ‘negara kesejahteraan’ dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi karena dibebani oleh besarnya biaya subsidi dan rendahnya
motivasi ekonomi masyarakat karena subsidi. Dari sudut pandang liberal, ‘negara
kesejahteraan’ gagal menjamin kebebasan akumulasi modal. Tingginya pajak bagi
perusahaan besar membuat para pengusaha kehilangan motivasi untuk berbisnis.
Ciri-ciri pandangannya:
 Negara ultra-minimal: tidak ada hukum selain hukum yang menjaga kepemilikan pribadi (tidak
boleh ada hukum tentang jaminan sosial, kebudayaan, agama, dll).
 Pemerintahan ultra-minimal: pemerintahan hanya terdiri dari lembaga peradilan dan keamanan
dengan birokrasi sekecil mungkin
 Penghapusan kuasa redistributif pemerintah: tak ada pajak samasekali atau pajak rata untuk
sekadar membiayai administrasi negara (tidak boleh untuk didistribusikan-kembali dalam rupa
subsidi).
 Subsidi dianggap sebagai pelanggaran atas kebebasan individu: kekayaan dan kemiskinan
dipandang sepenuhnya sebagai hasil pilihan bebas individu sehingga subsidi atas kaum miskin
dianggap melanggar pilihan bebasnya untuk menjadi orang miskin.
Contoh penerapannya: ideologi libertarian ini tidak pernah diterapkan secara utuh tetapi
ikut berpengaruh dalam perumusan agenda kebijakan neoliberal dewasa ini
Neoliberalism
Neoliberalisme: penerapan ideologi libertarianisme dan liberalisme klasik dalam praktik
kebijakan liberal dewasa ini.
 Tokoh-tokohnya: Milton Friedman, George Stigler, Friedrich Hayek, Ronald Reagan, Margaret
Thatcher
 Konteks historis kemunculannya: seperti libertarianisme, neoliberalisme muncul dari upaya ekstrem
untuk mengatasi beratnya subsidi dan rendahnya akumulasi modal yang diakibatkan oleh ‘negara
kesejahteraan’. Model kebijakan ‘negara kesejahteraan’ dianggap memboroskan anggaran negara
dan menghalangi pertumbuhan ekonomi.
 Ciri-ciri pandangannya:
 Supremasi pasar: tidak boleh ada pengendalian harga lewat campur tangan negara
 Fleksibilitas modal: tidak boleh ada pembatasan terhadap gerak modal lintas negara sehingga salah satu dampaknya
adalah maraknya kerja kontrak atau outsourcing.
 Privatisasi/swastanisasi badan usaha negara: agar menutup kemungkinan bagi monopoli dan korupsi, semua badan
usaha negara mesti dibuat lebih ‘profesional’ dengan cara diswastanisasi
 Deregulasi atau penghapusan peraturan yang membatasi perputaran modal: seluruh aturan yang menghalangi
akumulasi modal (kebijakan upah tinggi, undang-undang tentang kepemilikan komunal atas tanah adat, dll) harus
dihapuskan.
 Pemotongan anggaran negara yang selama ini dialokasikan untuk biaya sosial
 Penghapusan konsep ‘barang publik’ (sistem jaminan kesehatan, subsidi pendidikan, dana pensiun, dsb) sebab hal-
hal publik seperti kesehatan dan pendidikan dianggap sebagai tanggung jawab masing-masing individu dan bukan
urusan negara atau perusahaan.
 Contoh penerapannya: Sebagai sebuah kerangka kebijakan, neoliberalisme dipelopori oleh Ronald
Reagan di Amerika Serikat dan Margaret Thatcher di Inggris. Di Inggris pada masa Thatcher (1979-
1990), seluru subsidi negara dihapuskan, serikat buruh diberangus dan badan-badan usaha negara
diswastanisasi.
Anarkisme
Anarkisme
Anarkisme adalah ideologi yang memandang sumber permasalahan politik ada pada negara. Penindasan
atas manusia terjadi karena adanya lembaga yang dianggap berwenang untuk memaksa orang-orang, kalau
perlu menggunakan kekuatan fisik. Lembaga itu adalah negara. Oleh karenanya, negara mesti dihapuskan
dan digantikan dengan persekutuan komunal di tiap daerah di mana setiap warga setara. Sebagai ideologi,
anarkisme diajarkan oleh Pierre-Joseph Proudhon, Mikhail Bakunin, Peter Kropotkin, dll.
Konteks historis kemunculannya: kecenderungan monarkis di Rusia dan Prancis abad ke-19 menindas
kedaulatan rakyat banyak. Anarkisme muncul sebagai respon terhadap penindasan politik oleh negara
yang berkuasa mutlak semacam itu.
Ada tiga hal yang dipermasalahkan kaum anarkis dari keberadaan negara:
Negara sebagai lembaga terpisah dari rakyat: karena berdiri sendiri di luar rakyat, negara dipandang beresiko
bergerak di luar kendali rakyat
Negara sebagai lembaga pemaksa: negara mesti ditolak karena negara memaksakan aturannya sehingga
melanggar kedaulatan individu warga negara
Negara sebagai lembaga monopoli kuasa: negara mesti ditolak karena kekuasaan politik dimonopoli olehnya dan
rakyat kehilangan akses langsungnya pada kekuasaan.
Contoh penerapannya: Komune Paris 1871 merupakan contoh penerapan anarkisme dan komunisme. Saat
itu, kota Paris berhasil diambil alih oleh gerakan buruh, birokrasi negara dibubarkan dan pemerintahan
buruh pun didirikan. Namun karena gerakan ini tidak terkoordinasi dengan baik, beberapa bulan setelah
mengambil alih kekuasaan, pemerintahan buruh itu ditumbangkan oleh kaum kapitalis dan reaksioner.
Para aktivis anarkis dan komunis, baik dari kalangan buruh maupun intelektual, dibantai dalam satu
peristiwa yang dikenal sebagai ‘Minggu Berdarah’. Selain itu, anarkisme juga pernah diterapkan dalam
sebuah Perang Saudara di Spanyol (1936-1939) sebelum akhirnya gerakan anarkis dihabisi oleh kaum
fasis yang dipimpin oleh diktator jenderal Franco dengan bantuan militer dari Hitler.
Marxisme

Marxisme adalah sebuah rumpun teori sosial-politik yang dicetuskan oleh Karl Marx bersama dengan Friedrich Engels. Sebagai
rumpun teori sosial-politik, Marxisme mencakup antara lain gagasan tentang sosialisme demokratik dan komunisme. Cita-cita
utama Marxisme adalah mewujudkan ‘masyarakat tanpa kelas’, yakni sebuah masyarakat di mana penindasan antar kelas sudah
tidak ada lagi.
Konteks historis kemunculannya: Marxisme lahir dari keprihatinan terhadap kondisi kelas buruh di Eropa pada masa Revolusi
Industri. Penindasan terhadap kelas buruh telah taraf yang mengerikan: tidak ada regulasi yang membatasi jam kerja, tak ada
regulasi yang menetapkan standar minimal upah, tak ada regulasi yang menjamin keselamatan kerja, tak ada regulasi yang
melarang penggunaan pekerja anak-anak, dll. Namun di sisi lain ajaran sosial yang dikemukakan kaum ‘sosialis utopis’ (seperti
Robert Owen, Saint-Simon, dll) bahwa kaum pemodal mesti menyantuni kaum buruh tidak dapat menyelesaikan akar
permasalahan kapitalisme. Sebab akar masalah kapitalisme bukanlah bahwa kaum kapitalis kurang dermawan, melainkan
bahwa sistem kapitalisme itu sendiri memang bermasalah dan mesti diganti dengan sistem pembagian kerja yang lebih manusiawi.
Beberapa pokok Marxisme:
Cara masyarakat berpikir dikondisikan oleh cara masyarakat berproduksi (basis ekonomi mengkondisikan superstruktur politik-
kebudayaan): orang tidak bisa berpikir, berimajinasi, berkebudayaan, kalau orang itu tidak makan. Untuk makan, orang mesti bekerja
dalam sistem pembagian kerja sosial tertentu. Karenanya, cara orang berimajinasi dikondisikan oleh cara orang memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Sejarah adalah riwayat perjuangan kelas: seluruh fase dalam sejarah dibentuk oleh pertarungan perebutan sarana produksi antar kelas-kelas
dalam masyarakat
Keberadaan kelas sosial adalah bukti adanya penindasan: selama ada perbedaan kelas sosial, selama itulah ada ketimpangan akses
kepemilikan atas sarana produksi. Selama ada ketimpangan akses kepemilikan atas sarana produksi, selama itulah ada penindasan dari
kelompok yang punya akses pada sarana produksi terhadap kelompok yang tak punya akses.
Kapitalisme adalah rezim penindasan yang paling modern dengan kecenderungan meruncingnya pertentangan kelas di antara dua
kelompok sosial (para kapitalis/pemodal dan para buruh/pekerja-upahan).
Satu-satunya emansipasi sosial-politik yang nyata adalah dengan mewujudkan komunisme di mana tak ada lagi perbedaan kelas dalam
masyarakat
Komunisme hanya bisa dicapai melalui pengambil-alihan kekuasaan negara ke tangan kelas buruh (kediktatoran proletariat). Negara
peralihan menuju komunisme inilah yang disebut sosialisme. Di sini, Marxisme berbeda dengan anarkisme. Kaum anarkis, menghendaki
perwujudan langsung komunisme. Namun kaum Marxis, belajar dari pengalaman kegagalan Komune Paris 1871, memperjuangkan
komunisme melalui instrumen sosialisme.
1) Sosialisme Demokratik
Sosialisme demokratik merupakan tahapan masyarakat sesudah kapitalisme dan yang menurut kaum Marxis mesti
dilewati terlebih dulu untuk mencapai komunisme. Sosialisme demokratik mesti dibedakan dari ‘demokrasi sosial’
atau ‘sosdem’ (social democracy) sebab sosialisme demokratik bukan merupakan tujuan akhir perjuangan kaum
Marxis sementara demokrasi sosial kerap dianggap sebagai tujuan akhir oleh kaum sosdem. Karena sosialisme
demokratik mesti diarahkan untuk mewujudkan komunisme, maka sosialisme demokratik mengandung ciri khas
yang membuatnya berbeda dari visi tentang ‘negara kesejahteraan’.
Beberapa ciri sosialisme demokratik:
 Kediktatoran proletariat: negara berada di tangan kelas buruh yang berkuasa melalui partai.
 Semua kelompok pekerja (berbasis profesinya) memiliki wakil di lembaga legislatif di mana lembaga legislatif memiliki
kuasa yang lebih tinggi dari lembaga eksekutif dan yudikatif.
 Deprivatisasi: semua sarana produksi dimiliki secara kolektif melalui perantaraan negara.
 Negara berperan aktif dalam meregulasi pasar untuk memastikan terpenuhinya semua kebutuhan masyarakat.
 Negara menerapkan sistem jaminan sosial universal (mulai dari pendidikan, kesehatan, pensiun, keselamatan kerja, dll)
untuk seluruh warga negara.
 Dalam bentuk murninya, tidak ada lagi uang. Semua pembelian dan penjualan komoditas dilakukan melalui instrumen
‘sertifikat jam kerja’.
 Prinsipnya: “Dari setiap orang sesuai dengan kemampuannya, untuk setiap orang sesuai dengan kerjanya bagi
masyarakat”.
 Contoh penerapan sosialisme demokratik: di Uni Soviet dan beberapa negara sosialis di dunia (Kuba, Vietnam, dll),
sosialisme demokratik sudah diterapkan. Di Kuba, misalnya, semua kelompok profesi punya wakil di lembaga legislatif
nasional. Di Uni Soviet, kekuasaan terbesar dipegang oleh Sidang Umum Soviet (Soviet = ‘Dewan Rakyat’) yang
beranggotakan perwakilan buruh dan tani dari seluruh wilayah Uni Soviet. Di Jerman pada periode Republik Soviet
Bayern-München (1919), komoditas diperjual-belikan tidak melalui pertukaran uang, melainkan dengan menukar
‘sertifikat jam kerja’ di Bank Sentral. Di Chile sebelum presiden Allende dikudeta oleh Amerika Serikat, pemerintah
berperan aktif meregulasi harga seluruh komoditas pokok di dalam negeri melalui suatu jejaring komputer yang canggih.
Di Kuba, semua fasilitas kesehatan gratis untuk semua anggota masyarakat (termasuk untuk pengobatan penyakit kronis
seperti kanker).
2) Komunisme
Komunisme adalah tahapan masyarakat selepas fase sosialisme demokratik. Dalam komunisme,
ideal Marxisme tentang masyarakat tanpa kelas telah tercapai sepenuhnya.
Beberapa ciri komunisme:
 Tidak ada lagi negara, tak ada lagi perbedaan antara yang memimpin dan yang dipimpin—semua orang
betul-betul setara secara politik.
 Tidak ada lagi kelas sosial—semua orang betul-betul setara secara ekonomis.
 Tidak ada lagi pembagian kerja yang dipaksakan—semua orang bebas memilih jenis pekerjaan apa saja dan
berunding dengan masyarakat tentang apa yang perlu dikerjakan untuk mencukupi kehidupan bersama.
 Tak ada uang dan komoditas—yang ada hanyalah barang pemenuhan kebutuhan yang didistribusikan oleh
masyarakat berdasarkan kebutuhan setiap orang dalam masyarakat.
 Kemajuan teknologi akan membuat keperluan untuk kerja fisik semakin berkurang dan kondisi kerja akan
jadi jauh lebih manusiawi sehingga setiap orang tidak akan keberatan untuk secara bergiliran melakukan
kerja fisik.
 Prinsipnya: “Dari setiap orang sesuai dengan kemampuannya, untuk setiap orang sesuai dengan
kebutuhannya”.
Contoh penerapan komunisme: komunisme belum pernah terwujud secara utuh sebab
perwujudannya mensyaratkan penghapusan negara dan kelas sosial. Apa yang lazimnya disebut
‘negara komunis’ (seperti Uni Soviet) sebetulnya lebih tepat disebut ‘negara sosialis’. Namun
komunisme pernah diuji-cobakan dalam skala kecil-kecilan. Misalnya, dalam Komune Paris 1871.
Komunisme yang sejati baru akan terwujud setelah seluruh dunia melalui fase transisi yang disebut
dengan sosialisme.
Ideologi Indonesia ????
Pancasila merupakan ideologi resmi negara kita. Tetapi Pancasila dapat ditafsirkan ke
berbagai aliran ideologi lain karena nilai-nilai Pancasila sangatlah umum dan terdapat
juga dalam berbagai ideologi lain yang lebih khusus. Oleh karena itu, dalam sejarah
Indonesia, Pancasila sering diterjemahkan ke dalam berbagai ideologi yang lebih rinci
seperti sosialisme, liberalisme maupun neoliberalisme.
1) Di zaman Orde Lama: mengarah ke sosialisme demokratik.
 Ideologi Pancasila ditafsirkan sebagai cita-cita tentang ‘sosialisme Indonesia’. Cita-cita
tersebut dijabarkan dalam ‘Panca Azimat Revolusi’ yang mencakup lima pokok berikut:
 Nasakom: perpaduan antara visi nasionalis, agama dan komunis
 Pancasila
 Manipol USDEK: Manifesto politik / Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi
Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia
 Trisakti: berdaulat di lapangan politik, mandiri di lapangan ekonomi, berkepribadian di lapangan kebudayaan
 Ekonomi berdikari: berdiri di atas daya upaya ekonomi dalam negeri, tidak mengandalkan perdagangan luar
negeri
 Contoh praktik ideologi ekonomi:
 Rencana Urgensi Industri (1951-1955): pemerintah sebagai agen utama pendorong kemajuan ekonomi
dengan penciptaan sejumlah BUMN dan pengutamaan pada industri
 UU no 5 tahun 1960 (UU PA 1960): ditekankan perlunya land-reform atau pembagian tanah bekas milik
kolonial diperuntukkan bagi rakyat miskin
 Deklarasi Ekonomi (Dekon 1963): penertiban atas perusahaan swasta lewat badan koordinasi terpusat dan
pembatasan atas mobilitas modal asing di Indonesia
Lanjutan
2) Di zaman Orde Baru: liberalisme campuranIdeologi Pancasila ditafsirkan sebagai percampuran
antara liberalisme dan otoritarianisme. Dalam praktiknya, percampuran itu mengemuka ke dalam
apa yang disebut ‘kapitalisme negara’ (state-capitalism), yakni kapitalisme yang dikendalikan oleh
negara untuk kepentingan sejumlah birokrat pemangku jabatan negara. Pokok-pokok pandangan
yang menyusun ideologi tersebut adalah sebagai berikut:
Hubungan antara presiden dan warga negara diibaratkan seperti hubungan antara bapak dan anggota
keluarga yang lain. Karena negara digambarkan seperti sebuah keluarga, maka perlawanan dan kritik
harus dibungkam. Warga negara diharuskan menjadi ‘manusia Pancasila’ yang baik, yakni menaati
pemerintah ibarat anak menaati perintah bapaknya.
Perekonomian negara dijalankan dengan ideologi liberalisme modern dengan manajemen yang sangat
terpusat pada negara. Praktiknya, pemerintah kongkalikong dengan pengusaha untuk menindas rakyat.
Ada upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui instrumen pasar yang diregulasi negara
(antara lain lewat BUMN dan lembaga-lembaga monopoli seperti Bulog dan BPPC) tetapi hal ini
dilakukan dengan mengorbankan rakyat.
Komunisme dianggap sebagai ajaran yang tidak berdasarkan Pancasila. Semua gerakan rakyat tertindas
yang berani melawan pemerintah akan dicap ‘komunis’ dan dibungkam dengan keras.
Contoh praktik ideologi ekonomi:
UU PMA 1967 & UU PMDN 1968: bidang-bidang ekonomi yang selama masa Orde Lama diproteksi dari
intervensi modal asing mulai dibuka (mulai dari telekomunikasi, air minum, telepon sampai penerbangan)
Liberalisasi perbankan era 1980-an: dimulai dengan Paket Kebijakan Juni 1983 yang mengizinkan bank-
bank untuk menentukan besarnya kredit yang diberikan tanpa persetujuan Bank Indonesia sebagai bank
sentral. Bank Indonesia juga tak berwenang mengatur penyaluran kredit bank-bank lain.
Lanjutan
Di zaman Reformasi: kecenderungan ke arah neoliberalismeIdeologi Pancasila ditafsirkan sebagai landasan demokratis
dari perikehidupan warga negara. Dalam banyak bidang, partisipasi rakyat secara langsung diberi ruang, tetapi pada
praktiknya oligarki sisa Orde Baru masih memegang peranan penting dalam penentuan arah pemerintahan, baik di pusat
maupun daerah. Dalam konteks globalisasi yang mencakup juga peningkatan fleksibilitas modal global, oligarki tersebut
cenderung menerjemahkan ideologi Indonesia ke dalam cara berpikir neoliberal. Namun neoliberalisme yang berkembang
di periode Reformasi mempunyai ciri khas yang dikondisikan oleh proses historis di Indonesia:
 Deregulasi peraturan yang membatasi investasi modal asing dan swastanisasi BUMN
 Transformasi jaminan sosial ke dalam sistem asuransi yang menghilangkan tanggung jawab sosial pemerintah pada warganya
dengan mewajibkan warganya untuk membayar sendiri jaminan sosialnya.
 Pemberlakuan sistem kerja kontrak dan outsourcing dalam rangka deregulasi segala peraturan yang menghambat fleksibilitas
modal global
 Kongkalikong antara jaringan oligarki sisa Orba dan agenda neoliberalisme. Para pejabat pemerintah kerap mengambil
keuntungan dari penjualan aset negara maupun deregulasi melalui komisi dari pihak yang berkepentingan.
Contoh praktik ideologi ekonomi:
 MP3EI adalah contoh yang paling mencolok dari agenda neoliberal di Indonesia belakangan ini. Skema percepatan ekonomi ini
hendak diraih melalui pembesaran investasi asing dan pembatasan peran pemerintah. Ini dilakukan dengan
cara debottlenecking yang sebetulnya hanyalah istilah baru dari deregulasi. Ada desakan untuk melakukan beberapa revisi
secepatnya atas sejumlah aturan hukum yang dipandang menghambat percepatan pembangunan, antara lain:
 Revisi atas UU & PP Keagrariaan dengan arah privatisasi tanah ulayat
 Revisi UU No. 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan dengan arah privatisasi usaha penyediaan sumber daya listrik
 Revisi PP No. 38 tahun 2003 tentang Pembebasan Bea Masuk
 Percepatan revisi PP No. 62 tahun 2008 dengan arah peringanan pajak investasi
 Pemberlakuan kerja kontrak yang terus diperpanjang. Banyak perusahaan melanggar UU no 13 tahun 2003 yang membatasi masa
perpanjangan kontrak sebanyak satu kali (dengan 2 tahun kerja kontrak dan 1 tahun masa perpanjangan kontrak). Kenyataannya,
di banyak perusahaan, kerja kontrak justru diperpanjang sampai 4 kali, atau bahkan 15 kali.
 Pemberlakuan sistem kerja alih daya (outsourcing) pada produksi utama perusahaan. Seharusnya kerja alih daya hanya boleh
diterapkan pada jenis-jenis pekerjaan di luar fokus produksi utama perusahaan, misalnya kebersihan, keamanan dan makanan.
Kenyataannya, peraturan ini dilanggar dengan banyaknya buruh kontrak yang dialih-dayakan ke dalam jenis pekerjaan utama
suatu perusahaan

Anda mungkin juga menyukai