Anda di halaman 1dari 36

Sistem Filsafat dan Filsafat

Pendidikan
Pokok Pembahasan
1 Sistem Filsafat Filsafat Sistem Penerapan

Aliran Progresivisme
Pandangan Aliran-aliran

2
Aliran Esensialisme
Aliran-aliran Filsafat Modern
Filsafat Modern Aliran Perenialisme di Bidang Pendidikan
Aliran Rekonstruksionisme

3 Kebudayaan dan
Pendidikan
Konsep
Kebudayaan
Konsep
Pendidikan
Kaitan Kebudayaan
dan Pendidikan

Progresif

4 Konsep Filosofis
Mengenai Pendidikan
Pandangan filosofis
mengenai pendidikan
Nilai-nilai
Jiwa abad pertengahan
Menyesuaikan diri
1 SISTEM FILSAFAT

Definisi Sistem Filsafat Penerapan Sistem Filsafat


Berisi mengenai pengertian Pancasila sebagai bentuk
filsafat, pengertian sistem sistem filsafat
dan sistem filsafat
Definisi Filsafat
– Menurut AL-Syaibany 1979:28 filsafat adalah ilmu yang mencari hakikat dan prinsip-prinsip yang
berkaitan dengan sifat alam jagat, kehidupan, manusia dan wujud pecinta alam jagat dan kehidupan
manusia dan sifat-sifat dan nilai-nilai kemanusiaan.
– Menurut Immanuel Kant 1727-1804 mengemukakaan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan, yang tercakup di dalam empat persoalan
yakni metafisika, etika, agama dan antropologi.
– Menurut langeveld 1959:10, filsafat itu mengatur dan memikirkan dan secara berpikir di tengah-
tengah kesemestaan ia berusaha membenarkan, bukan saja apa yang dapat dibuktikan dengan tegas
tapi pun apa yang tidak dapat ditolak seperti : mata, keabadian, Tuhan, makna keadaan, makna
kehidupan.

Dari ketiga ahli diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah suatu ilmu yang membahas atau
mempersoalkan tentang segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dalam alam jagat raya ini
secara universal (menyeluruh), sistematis (teratur, setahap demi setahap), dan secara radikal (sedalam-
dalamnya) untuk menemukan keberadaan hakiki atau hikmah yang tertinggi.

Amir, Amsal. 2017. Halaman 2, 3


Definisi Sistem
– Romney dan Steinbart 2015:3, Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen
yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.Sebagian besar sistem
terdiridari subsistem yang lebih kecil yang mendukung sistem yang lebih besar.
– Pengertian sistem menurut Anastasia Diana & Lilis Setiawati 2011:3, Sistem merupakan
“serangkaian bagian yang saling tergantung dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu”.
– Definisi sistem menurut Mulyadi 2016:5, Sistem adalah “suatu jaringan prosedur yang dibuat
menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan dari komponen-
komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan dalam melaksanakan
suatu kegiatan.

Dianty, Anjani. 2016. Halaman 7
Sistem filsafat sendiri kumpulan
komponen dari ilmu yang membahas
sagala sesuatu tentang kehidupan

Sistem yang saling berkaitan, mendalam,


menyeluruh dan teratur untuk
mencapai tujuan tertentu
Filsafa Atau secara singkat sistem filsafat
t bisa diartikan sebagai kumpulan
ajaran yang terkordinasikan. (Ali
Mudhofir 1996:11)
Pancasila merupakan contoh dari penerapan sistem
filsafat. Pancasila terdiri atas lima sila pada
hakikatnya merupakan system filsafat. System yang
dimaksud sendiri adalah satu kesatuan bagian-bagian
yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk
Penerapan satu tujuan tertentu, lazimnya ciri-ciri sebagai
Sistem berikut:
Filsafat – Bagian-bagian tersebut memiliki fungsi sendiri-
sendiri
– Saling berhubungan, saling ketergantungan
– Kesemua dimaksudkan untuk mencapai suatu
tujuan bersama (tujuan sistem)
– Terjadi dalam 1 hal yang kompleks
shore dan voich, 1974:122
Pancasila memenuhi syarat sebagai sistem filsafat karena :

1. Sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh


2. Sila-sila Pancasila bereksistensi dalam keteraturan : bersusun
hirerarkis dan berbentuk pyramidal
3. Ada keterkaitan antar sila-sila Pancasila
4. Ada Kerjasama anatar sila-sila Pancasila untuk mencapai tujuan
5. Ada tujuan bersama
Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan
hasil perenungan dari jiwa yang mendalam dan dilakukan oleh
founding father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan
Abdul Goni)

Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu


tentang hakikat dan Pancasila (Notonegoro)
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan organik. Sila-sila dalam Pancasila saling
berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengulifikasi. Sila yang
senantiasa dikualifikasikan oleh sila-sila lainnya. Dengan demikian,
Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu sistem, dalam pengertian
bahwa bagian-bagian (sila-silanya) saling berhubungan secara erat sehingga
membentuk suatu struktur yang menyeluruh.

Amir, Amsal. 2017. Halaman 81


2 Aliran-Aliran Filsafat Modern

Aliran Aliran Perenialisme


Progresivisme

01 02 03 04

Aliran Esensialisme Aliran


Rekonstruksionisme
Aliran Progresivisme

• Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progresivisme dalam semua realita, terutama dalam
kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari
segi keagungannya. Progresivisme dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan
intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia.

• Aliran progresivisme ini erat hubungannya dengan hidup liberal, pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut : fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu), curius (ingin
mengetahui, ingin menyelidiki), toleran dan open-minded (mempunyai hati terbuka).

• Kesimpulannya adalah filsafat progresivisme bermaksud menjadikan anak didik memiliki kualitas dan terus maju atau
profesi sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru

Jalaluddin, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan, Jakarta, Rajawali Pers, 2012 hal. 78
Pandangan Aliran Progresivisme di Bidang Pendidikan

● Bahwa pendidikan itu merupakan formasi akal pikiran dengan jalan membentuk hubungan dan asosiasi tertentu dari luar,
menunjukkan sifat progresif dalam filsafat pendidikannya. Sebab pengaruh atau faktor ekstern (luar) bersifat senantiasa berkembang
dan berubah. Dengan demikian tujuan pendidikan progresivisme adalah melatih peserta didik agar kelak dapat bekerja, bekerja secara
sistematis, mencintai pekerjaannya dan bekerja dengan otak dan hati.

Prinsip-prinsip dasar progresivisme secara singkat dirangkum oleh Kneller, seperti yang dikutip Abd Rachman Assegaf, sebagai berikut:

 Belajar harus dikaitkan secara langsung dengan minat anak.


 Belajar melalui pemecahan masalah (problem solving) harus didahulukan daripada pengulangan mata pelajaran secara ketat.
 Peranan pendidik bukan untuk menunjukkan, tapi membimbing
 Sekolah mesti meningkatkan upaya kerja sama, bukan bersaing.
 Hanya perlakukan yang demokrastislah−sesungguhnya dapat meningkatkan−peranan ide dan personalitas anak leluasa
dikemukakan, dan itu diperlukan bagi kondisi pertumbuhan anak yang benar. Pendidikan itu seharusnya “kehidupan” itu sendiri,
bukan persiapan untuk hidup.
Abd Rachman Assegaf, Op.Cit., h. 205
Aliran Esensialisme

• Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban
umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan
progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh
fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.

• Menurut pandangan ini bahwa idealisme modern merupakan suatu ide-ide atau gagasan-gagasan manusia sebagai
makhluk yang berpikir, dan semua ide yang dihasilkan diuji dengan sumber yang ada pada Tuhan yang menciptakan
segala sesuatu yang ada di bumi dan dilangit, serta segala isinya.

• Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama
yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata nilai yang jelas.

Jalaluddin, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan, Jakarta, Rajawali Pers, 2012 hal. 95
Pandangan Aliran Esensialisme di Bidang Pendidikan

• Dalam hubungannya dengan pendidikan, esensialisme menekankan pada tujuan pewarisan


nilai-nilai kultural-historis kepada peserta didik melalui pendidikan yang akumulatif dan terbukti
dapat bertahan lama serta bernilai untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini
dilaksanakan dengan memberikan skill, sikap, dan nilai-nilai yang tepat, yang merupakan bagian
esensial dari unsur-unsur pendidikan.

• Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama, sehingga memberikan kestabilan dan arah yang jelas. Esensialimse
modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes terhadap skeptisme
terhadap nilainilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial.

• Tujuan pendidikan menurut esensialisme adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah
melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan
dengan demikian adalah berharga untuk diketahui oleh semua orang.

Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, hal. 191


Aliran Perenialisme
 Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses pengembalian keadaan
sekarang ini, parenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi
kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang (Muhammad Noor Syam 1986 : 296)

 Perenialisme merupakan aliran filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, di mana susunannya itu
merupakan hasil pikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk bersikap yang tegas dan
lurus. Karena itulah perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang jelas
merupakan tugas yang utama dari filsafat khususnya filsafat pendidikan.

 Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan manusia,
terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, maka perenialisme
memberikan jalan keluar yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup
ideal dan teruji ketangguhannya. Untuk itulah pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat
perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.

Jalaluddin, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan, Jakarta, Rajawali Pers, 2012 hal. 107
Pandangan Aliran Perenialisme di Bidang Pendidikan

Dalam hal pendidikan, perenialisme memandang bahwa tujuan


utama pendidikan adalah untuk membantu peserta didik dalam
memperoleh dan merealisasikan kebenaran abadi. Aliran ini menilai
bahwa kebenaran itu bersifat universal dan konstan. Maka jalan
untuk mencapainya adalah melatih intelek dan disiplin mental. Tujuan
Pendidikan tersebut terurai dalam format kurikulum yang berpusat
pada materi (content based, subject-centered) dan mengutamakan
disiplin ilmu sastra, matematika, bahasa, humaniora, sejarah dan
lain-lain.

Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, hal. 195


Aliran Rekonstruksionisme
 Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggeris rekonstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam
konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak
tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.

 Aliran rekonstruksionisme, pada prinsipnya, sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu hendak
menyatakan krisis kebudayaan modern. Kedua aliran tersebut, aliran rekonstruksionisme dan
perenialisme, memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai
kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.

 Aliran rekonstruksionisme menempuhnya dengan jalan berupaya mem­bina suatu konsensus yang
paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.

Jalaluddin, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan, Jakarta, Rajawali Pers, 2012 hal. 116
Pandangan Aliran Rekonstruksionisme di Bidang Pendidikan

Rekonstruksionisme menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam


kaitannya dengan masyarakat. Artinya, bahwa tujuan pendidikan,
kurikulum, metode, peranan pendidik dan peranan sekolah sebagai
lembaga pendidikan itu hendaknya searah dengan situasi dan
kebutuhan masyarakat. Peserta didik dalam sekolah yang bercorak
rekonstruksionisme itu diarahkan supaya mampu beradaptasi dan
berinteraksi dengan masyarakat di mana ia tinggal. Jadi, orientasi
pendidikannya adalah masyarakat.

Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, hal. 195


Pandangan Aliran Rekonstruksionisme di Bidang Pendidikan

Menurut Dewey, seperti yang dikutip Abd Rachman Assegaf, menyatakan bahwa:

● pertama, rekonstruksionisme menjelaskan akhir (akibat atau hasil) dan proses. Artinya, pendidikan dalam
rekonstruksionisme tidak identik dengan ketidakpastian arah atau tujuan dan tanpa melalui proses. Meskipun
rekonstruksionisme menganggap bahwa pengalaman itu mengalami perkembangan dan perubahan, tidak berarti
pendidikan yang diselenggarakan kehilangan arah dan tujuan.

● Kedua, pengalaman dan kegiatan yang secara kontinu berkembang dan berubah tersebut merupakan bagian dari
pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan yang diselenggarakan harus senantiasa berkembang dan berubah, sejajar dengan
tuntunan yang dihadapi oleh pendidikan pada saat itu.

● Ketiga, konstruksi pengalaman itu bisa terjadi baik pada individu maupun kolektif, Konsekuensinya, pendidikan mesti
memerhatikan kedua aspek tersebut.

Kaitannya dengan pendidikan, rekonstruksionisme menghendaki tujuan pendidikan untuk meningkatkan kesadaran peserta
didik mengenai problematika sosial, politik dan ekonomi yang dihadapi oleh manusia secar global, dan untuk membina
mereka, membekali mereka dengan kemampuan-kemampuan dasar agar bisa menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut.

Abd Rachman Assegaf, Op.Cit., hal. 206


3 Kebudayaan
dan Pendidikan

Konsep Konsep Kaitan Kebudayaan


Kebudayaan Pendidikan dan Pendidikan

Unsur Fungsi
Kebudayaan Pendidikan

Wujud Tujuan
Kebudayaan Pendidikan
Konsep Kebudayaan
Menurut
Koentjaraningrat Menurut Edward B Taylor
Kebudayaan sebagai keseluruhan Menurutnya kebudayaan merupakan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil keseluruhan yang kompleks, yang di
karya manusia dalam rangka dalamnya terkandung pengetahuan,
kehidupan bermasyarakat yang kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
dijadiakan milik dari manusia dengan adat istiadat dan kemampuan-
belajar. kemampuan lain yang didapat dari
seseorang sebagai anggota
masyarakat.

(Rita Hanafie, Ilmu Sosial Budaya Dasar, halaman 34-35)


Konsep Kebudayaan

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan:

Kebudayaan adalah sesuatu yang turun dari


generasi ke generasi dan mengandung
keseluruhan pengertian sosial, norma, sosial dan
lainnya.

(Rita Hanafie, Ilmu Sosial Budaya Dasar, halaman 34-35)


Unsur-Unsur
Kebudayaan
1. Bahasa (homo longuens)
2. Sistem Pengetahuan (homo sapiens)
3. Sistem Organisasi Sosial (homo socius)
4. Sistem Peralatan dan Teknologi (homo faber)
5. Sistem Mata Pencaharian Hidup (homo
economics)
6. Sistem Religi (homo religious)
7. Kesenian (esteticus)
(Rita Hanafie, Ilmu Sosial Budaya Dasar, halaman 38)
Wujud Kebudayaan 1. Wujud Ide
Wujud kebudayaan sebagai suatu yang
kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai,
norma dan peraturan.
J.J. Honingmann membedakan adanya 2. Wujud Perilaku
tiga gejala kebudayaan yaitu gejala Wujud kebudayaan sebagai suatu
ideas, activities, artifacts. Dan diperjelas kompleks aktivas atau tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat.
dengan tiga wujud kebudayaan yaitu :
3. Wujud Artefak
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda
hasil karya manusia.

(Koenjtaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi halaman


201)
Konsep Pendidikan
Menurut Godfrey
Menurut Carter V Good hompson
(A) Proses perkembangan kecakapan Pendidikan merupakan pengaruh
seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku lingkungan atas individu untuk
yang berlaku dalam masyarakatnya menghasilkan perubahan-
(B) Proses sosial di mana seseorang
perubahan yang tetap di dalam
dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang
terpimpin sehingga ia dapat mencapai kebiasaan tingkah lakunya,
kecakapan sosial dan mengembangkan pikirannya, dan sikapnya.
pribadinya.

(Rita Hanafie, Ilmu Sosial Budaya Dasar, halaman 21-22)


Fungsi Pendidikan
1. Memindahkan nilai-nilai budaya
2. Nilai-nilai pengajaran
3. Peningkatan mobilitas sosial
4. Perolehan atau pemberian ijazah atau sertifikat
5. Pelatihan pekerjaan
6. Mengembangkan dan memantapkan hubungan sosial
7. Membentuk semangat kebangsaan atau nasionalisme

(Metta Spencer Foundation of Modern Sociology pada tahun 1982)


Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang


RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional Bab II Pasal 4,
menyebutkan:

“pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan


manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri
dan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa.
Kaitan antara Kebudayaan dan
Pendidikan
Kepribadian dalam proses kebudayaan
Peranan pendidikan di dalam kebudayaan dapat kita lihat dengan nyata di dalam
perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian tidak akan ada sebuah
kebudayaan karena kepribadian merupakan aspek fundamental pembentuk budaya.

Transmisi nilai-nilai budaya


Pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi tua kepada
generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara.

(Koenjtaraningrat dalam buku Pengantar Ilmu Antropologi 101)


4
Konsep Filosofis
Mengenai Pendidikan

Pandangan filosofis
mengenai
pendidikan

Jiwa abad
Progresif Nilai-nilai Menyesuaikan diri
pertengahan
Konsep Filosofis Mengenai Pendidikan
● Pandangan filosofis mengenai pendidikan
Pendidikan sebagai usaha manusia yang disengaja untuk memimpin angkatan muda untuk
mencapai kedewasaan dan meningkatkan taraf kesejahteraannya, berada dalam suatu lingkungan
kebudayaan dan karenanya tidak dapat terlepas dari persoalan eksistensi kebudayaan dan pendidikan.
Perkembangan dan perubahan dalam lapangan pendidikan menimbulkan tantangan agar para
pendidik mempunyai sikap tertentu yang telah bersendikan atas pendirian tertentu pula. Untuk ini, yang
ladzim dianut, menurut Theodor Brameld, adalah kemungkinan-kemungkinan sikap seperti konservatif,
bebas dan modifikatif, regresif atau radikal rekonstruktif.

(Prof. Imam Barnadit M.A Ph.D. Filsafat Pendidikan (sistem & metode) hal. 24)
Beberapa sikap di atas dalam penjabarannya mengenai
pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut:
a) Menghendaki pendidikan yang pada hakikatnya progresif. Tujuan pendidikan
hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus.
Pendidikan adalah bukan hanya meyampaikan pengetahuan kepada anak didik
untuk diterima saja, melainkan yang lebih penting daripada itu adalah melatih
kemampuan berpikir dengan memberikan stimulasi-stimulasi. Yang dimaksud
dengan berpikir adalah penerapan cara-cara ilmiah seperti mengadakan analisa,
Progresif mengadakan pertimbangan, dan memilih diantara alternatif yang tersedia.
Semuanya ini diperlukan oleh pendidikan agar orang yang melaksanakan dapat
maju atau mengalami suatu progress.
b) Menghendaki pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang
hakiki kedudukannya dalam kebudayaan. Nilai-nilai ini hendaklah yang sampai
kepada manusia melalui kedudukan dan yang telah teruji oleh waktu. Tugas
pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa nilai-nilai yang ada di dalam
Nilai-nilai “gudang” di luar ke jiwa anak didik. Ini berarti bahwa anak didik perlu dilatih
agar memiliki kemampuan absorbs yang tinggi.
c) Yang menghendaki agar pendidikan kembali kepada jiwa yang menguasai abad
pertengahan, karena jiwa abad pertengahan merupakan jiwa yang menuntun
manusia hingga dapat dimengerti adanya tata kehidupan yang telah ditentukan
secara rasional. Abad pertengahan dengan jiwanya itu telah dapat menemukan

Jiwa abad pertengahan adanya prinsip-prinsip pertama yang mempunyai peranan sebagai dasar pegangan
intelektual manusia dan yang dapat menjadi sarana untuk menemukan evidens-
evidensi diri sendiri.
d) Yang menghendaki agar anak didik dapat dibangkitkan kemampuannya untuk secara
konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan
masyarakat sebagai akibat adanya pengaruh dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan penyesuaian seperti ini anak didik akan tetap berada dalam suasana aman

Menyesuaikan diri dan bebas.

(Prof. Imam Barnadit M.A Ph.D. Filsafat Pendidikan (sistem & metode) hal. 26)
THANKS!
CREDITS: This presentation template was created by
Any questions guys?
Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics &
images by Freepik and illustrations by Stories

Anda mungkin juga menyukai