Anda di halaman 1dari 223

TUGAS PPT VIDEO YOUTUBE

KELOMPOK 3
ANGGOTA KELOMPOK :
1. Nana Khoriana (1809025008)
2. Tan Dicky Dwi Sutanto (1809025010)
3. Muhamad Dahri Subekti (1909026004)
4. Rismayana Matipa (1909026009)
5. Rival Toding (1909026012)
6. Sandy Kurniawan (1909026018)
7. Aditya Rahmathias Putra (1909026024)
8. Ariani Saputri (1909026028)
9. Novita Asriyanti (1909026036)
10. Andre Marista Dwitama (1909026037)
11. Muhammad Andryan (1909026045)
12. Bima Yuda Triwijaya (1909026051)
13. Tiara Aulia (1909026052)
SOSIALISASI DAN WORKSHOP
NASIONAL PENERAPAN SNI
1726:2019
TATA CARA PERENCANAAN KETAHANAN GEMPA UNTUK
STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG DAN NONGEDUNG
DAY 2
Nana Khoriana
(1809025008)
SESI 1
PEMATERI - 4
PROSEDUR
ANALISIS SEISMIK,
SISTEM STRUKTUR
DAN
PARAMETERNYA
Oleh :
DYAH KUSUMASTUTI,
PH.D
PENENNTUAN GAYA GESER DASAR
ELASTIK DAN INELASTIK
• •GESER DASAR ELASTIS YANG DITENTUKAN DARI ANALISIS
DISETIAP ARAH "V" _EXDAN "V" _EY DIKALIKAN DEGAN "I" _E DAN
DIBAGI R UNTUK MENDAPATKAN GAYA INELASTIS
GAYA GESER DASAR

FAKTOR SKALA DITENTUKAN SEBAGAI BERIKUT


ANALSISI RIWAYAT WAKTU RESPON
NONLINIER (PASAL 11)

• PERSYARATAN UMUM
• Target Respons spektra
• Pemilihan Gerakan Tanah Dasar(11 orang)
• Pemodelan
• Kriteria Penerimaan
ANALSISI RIWAYAT WAKTU RESPON
NONLINIER
PERSYARATAN UMUM
• STRUKTUR YANG DIANALISIS
NONLIER DIDESAIN PADA
AWALANYA MENGGUNAKAN
PROSEDUR ANALISIS ELASTIS
YANG DITENTUKAN DALAM PASAL
7
• DIESAIN STRUKTUR HARUS
MEMENUHI SEMUA KRITERIA
YANG BERLAKU PADA PASAL 7
• FAKTOR KUAT LEBIH , DIIZINKAN
DIAMBIL SEBESAR 1,0
• FAKTRO REDUNDASI , DIIZINKAN
DIAMBIL SEBESAR 1,0
• AMPLIFIKASI TORSI TIDAK
TERDUGA TIDAK DIPERLUKAN
TARGET RESPONS SPEKTRA

• TARGET RESPONSE SPEKTRA "M" _"CER" DENGAN


REDAMAN 5%, HARUS DIKEMBANGKAN DENGAN
MENGGUNAKAN PROSEDUR PADA 11.2.1.1 ATAU 11.2.1.2
• Diizinkan untuk mepertimbangkan pengaruh base slab overaging dan
penanaman fonasi sesuai dengan pasal 14
• Apabila efek guncagan gempa vertikal disertakan dalam anaisis, target
spektrum "M" _"CER" dalam arah vertikal juga harus dibuat
PEMILIHAN GERAKAN TANAH DASAR
PEMILIHAN GERAKAN TANAH DASAR
PEMODELAN DAN ANALISIS
• •Sistem harus dimodelkan dalam tiga dimensi
• •Gerakan tanah harus diterapkan secara bersamaan
pada nilai penuh dalam dua arah ortogonal,
• •Perlluaku inelastis harus secara eksplisit
dimasukkan,
• •Efek P-delta harus dimasukkan dalam analisis
• •Beban gravtiasi harus diterapkan pada model
matematika sebelum analisis dinamis dilakukan
• •Torsi yang tidak terduga harus disetakan jika
diperlukan
KERITERIA PENERIMAAN GLOBAL
KRITERIA PENERIMAAN GLOBAL
SIMPANGAN ANTAR TINGKAT
• RASIO RATA-RATA DARI SIMPANGANN ANTAR TINGKAT HARUS
TIDAK MELEBIHI DUA KALI BATAR PADA TABEL 20
KR IT E R IA P E N E R I M AA N
PAD A T I N G K AT E L E M E N
Tan Dicky Dwi Sutanto
(1809025010)
SESI 2
PEMATERI - 1
Analisis Diafragma
Oleh :
Prof. Ir. Iman Satyarno, M.E., Ph.D.
Komponen Struktur Bangunan
Bangunan yang mengalami kegagalan diafragma
STRUKTUR DIAFRAGMA
• Diafragma = "slab" didesain akibat gaya geser
• Kord = "elemen batas" didesain akibat gaya tarik lentur dan gaya
tekan lentur
• Kolektor = "tumpuan" didesain akibat gaya tarik, gaya tekan dan gaya
geser

Catatan : Analisis struktur diafragma adalah salah satu analisis yang tidak
dapat dilakukan secara straightforward
Diafragma = “slab” didesain akibat gaya geser
Kord = “elemen batas” didesain akibat gaya tarik lentur
dan gaya tekan lentur
Kolektor = “tumpuan” didesain akibat gaya Tarik, gaya
tekan lentur, dan gaya geser
GAYA-GAYA DI DIAFRAGMA
• Gaya dalam bidang yang disebabkan oleh angin, gempa bumi, fluida atau tekanan
tanah untuk menghasilkan geser, aksial, lentur
• Gaya transfer yang disebabkan oleh sifat yang berbeda pada ketinggian, atau bidang
atau hambatannya dapat berubah dari satu tingkat ke tingkat lainnya
• Gaya angkur yang disebabkan oleh gaya lateral pada rangka vertikal dan elemen
nonstruktural, seperti cladding
• Gaya bresing kolom yang disebabkan oleh tumpuan lateral untuk menahan tekuk serta
gaya orde kedua yang terkait dengan kolom aksial dan miring.
RESPON DINAMIS BANGUNAN DAN
DIAFRAGMA
• Satu set gaya desain, Fx, diterapkan pada desain elemen vertikal sistem penahan
gaya gempa yang dihitung dengan menggunakan :
• Prosedur Gaya Lateral Setara
• Analisis Spektrum Respons Modal
• Prosedur Riwayat Respon Linier
• Prosedur Riwayat Respon Nonlinier
Respon dinamis pada bangunan
RESPON DINAMIS BANGUNAN DAN
DIAFRAGMA
• Satu pengamatan penting tentang gedung bertingkat adalah bahwa, karena efek
mode yang lebih tinggi, lantai yang berbeda melacak sejarah akselerasi yang
berbeda
• Setiap lantai mencapai respons puncaknya pada waktu yang berbeda selama
respons dinamis
• Setiap lantai harus dirancang untuk menahan gaya inersia yang sesuai dengan
percepatan respons puncak untuk lantai
RESPON DINAMIS BANGUNAN DAN
DIAFRAGMA
• Gaya seismik lateral Fx tidak selalu mencerminkan perkiraan gaya maksimum
yang diinduksi pada tingkat diafragma partikulat
• Jadi, ini juga membutuhkan kumpulan gaya desain kedua, Fpx, untuk mendesain
diafragma (Pasal 7.10)
7.10 DIAFRAGMA, KORD DAN KOLEKTOR
• Diafragma, kord, dan kolektor harus didesain sesuai dengan 7.10.1
dan 7.10.2
• PENGECUALIAN
• Fiafragma beton pracetak, termasuk di dalamnya kord dan kolektor yang
merupakan bagian dari struktur dengan kategori desaim seismic C, D, E,
atau F harus didesain sesuai 7.10.3
• Diafragma beton pracetak dengan kategori desain seismic B, diafragma
beton cor-di-tempat, dan diafragma kayu yang ditopang oleh rangka
difragma kayu diizinkan untuk desain sesuai 7.10.3
7.10.1 DESAIN DIAFRAGMA
• Diafragma harus didesain untuk tegangan geser dan lentur yang
dihasilkan dari gaya desain
• Pada diskontinuitas diafragma, seperti bukaan dan sudut dalam, desain
harus menjamin bahwa disipasi atau transfer gaya tepi (kord)
terkombinasi dengan gaya lainnya dalam diafragma tidak boleh
melebihi kapasitas geser dan tarik diafragma
7.10.1.1 GAYA DESAIN DIAFRAGMA
Diafragma lantai dan atap harus didesain untuk menahan gaya seismik
desain dari analisis struktur,tetapi tidak boleh kurang dari yang ditentukan
sesuai dengan Persamaan (51) sebagai berikut :

Keterangan :
Fpx = gaya desain diafragma di tingkat-x;
Fi = gaya desain yang diterapkan di tingkat-I
Wi = tributary berat sampai tingkat-I
Wpx = tributary berat sampai diafragma di tingkat-x
Muhammad Dahri Subekti
(1909026004)
7.10.1.1 GAYA DESAIN DIAFRAGMA
Persamaan (51) tidak boleh kurang dari:

dan tidak boleh melebihi :

• Sds = parameter percepatan respons spektral pada periode pendek,


redaman 5 persen, didefinisikan dalam 6.3
• le = faktor keutamaan gempa (lihat 4.1.2)

Catatan: lihat juga pasal 7.10.3 Persyaratan desain alternatif untuk


diafragma,termasuk kord dan kolektor
RESPONS DINAMIS BANGUNAN DAN
DIAFRAGMA
GAYA-GAYA LATERAL (IN-PLACE) UNTUK
DESAIN DIFRAGMARAGMA
RESPON DINAMIS BANGUNAN DAN
DIAFRAGMA
• Forces Fx diterapkan secara bersamaan ke setiap level model analisis bangunan
secara keseluruhan.
RESPON DINAMIS BANGUNAN DAN
DIAFRAGMA
• Forces Fpx diterapkan satu tingkat pada satu waktu ke diafragma yang
dipertimbangkan menggunakan model diafragma individu atau model bangunan
keseluruhan
RESPON DINAMIS BANGUNAN DAN
DIAFRAGMA
• Jika desain juga harus mempertimbangkan gaya lain, seperti yang disebabkan oleh
tekanan hidrostatik dan kemiringan, efek ini biasanya diidentifikasi menggunakan
model bangunan keseluruhan daripada model diafragma individu.
• Kekuatan desain kolektor adalah maksimum Fx dan Fpx.
PANDUAN ANALISIS DIAFRAGMA
• Menggunakan pendekatan idealisasi sederhana untuk bangunan biasa
• Menggunakan analisis komputer yang kompleks untuk bangunan
dengan ketidakteraturan atau dengan elemen vertikal yang berbeda
PENDEKATAN YANG DAPAT DITERIMA UNTUK
ANALISIS PEMODELAN DIAFRAGMA :
• Model balok : Sebuah diafragma dapat dimodelkan sebagai balok yang
kedalamannya sama dengan kedalaman diafragma penuh

• BMD untuk desain kabel


• SFD untuk desain kolektor
Untuk elemen vertikal yang serupa
kord
• Elemen batas suatu diafragma yang tegak lurus dengan arah
beban yang bekerja
Dapat dihitung:

Shear force for diagphragm and


collector design:
V = Qpx x L/2 = 86.4 kN

Moment for chord design:


M = 1/8 x Qpx x L2 =172.8 kNm

Force in chord:
Tu = Cu = M/jd = M/h = 28.8 kN
k
Transfer gaya di mana kolektor lebih lebar dari elemen vertikal yang
mentransmisikan geser diafragma
Rismayana Matipa
(1909026009)
PENDEKATAN YANG DAPAT DITERIMA UNTUK
PEMODELAN DAN ANALISIS DIAFRAGMA
Model Strut-and-tie : Sebuah segmen diafragma atau diafragma dapat
dimodelkan sebagai sistem strut-and-tie
PENDEKATAN YANG DAPAT DITERIMA UNTUK
PEMODELAN DAN ANALISIS DIAFRAGMA

•• Finite
Finite element
element model
model :: Sebuah
Sebuah diafragma
diafragma dapat
dapat diidealkan
diidealkan dengan
dengan finite-
finite-
element
element model
model
•• Pemotongan
Pemotongan bagian/Section
bagian/Section cuts
cuts dapat
dapat digunakan
digunakan untuk
untuk menemukan
menemukan
kekuatan
kekuatan diafragma.
diafragma.
PENDEKATAN YANG DAPAT DITERIMA UNTUK
ANALISIS PEMODELAN DIAFRAGMA :
Potong bagian untuk menemukan gaya geser dalam
diagram
Section Cut di
diafragma
Bagian dipotong untuk menemukan gaya tegangan di kolektor
Bagian dipotong untuk menemukan geser di kolektor
Rival Toding
(1909026012)
PERIKSA KEKUATAN TOTAL DI KOLEKTOR :

• Comepression force = 15.088 kN


• Tension force = 15.088 kN
• Shear force = 56.223 kN
• Total force = 15.088 kN + 15.088 kN + 56.223 kN
= 86.4 kN = V di beam model OK
potongan dipotong untuk mencari gaya tarik pada tali busur akibat
momen
potongan dipotong untuk mencari gaya tarik pada tali busur akibat
momen
TIPE DIAFRAGMA PADA ANALISIS

• Kaku
• Semi kaku
• Fleksibel
ANGGAPAN PADA PEMODELAN DIAFRAGMA
KAKU
• Difragma kaku pada arah bidang (tidak ada deformasidan tidak ada
tegangan yang terjadi pada arah bidang)
• Difragma tidak kaku pada arah tegak lurus bidang (ada deformasidan
tegangan yang terjadi pada arah tegak lurus bidang)
• Distribusi gaya lateral ke komponen struktur vertikal proporsional
dengan kekakuan lateral elemen struktur vertikal.
Diafragma Kaku
Sandy Kurniawan
(1909026018)
PENDEKATAN YANG DAPAT DITERIMA UNTUK
PEMODELAN DAN ANALISIS DIAFRAGMA

• Jika diafragma dimodelkan sebagai elemen kaku, potongan bagian melalui


elemen vertikal di atas dan di bawah diafragma dapat digunakan untuk
mengidentifikasi gaya transfer (tetapi mungkin bukan gaya maksimum yang
mungkin dikembangkan di diafragma)
ANGGAPAN PADA PEMODELAN DIAFRAGMA
SEMI KAKU

• Difragma tidak kaku pada arah bidang (ada deformasi dan ada tegangan yang terjadi
pada arah bidang)
• Difragma tidak kaku pada arah tegak lurus bidang (ad deformasi dan tegangan yang
terjadi pada arah tegak lurus bidang)
• Distribusi gaya lateral ke komponen struktur vertikal sebagai fungsi dari kekakuan
lateral elemen vertikal, kekakuan diafragma arah bidang, dan distribusi massa
Diafragma semi kaku
ANGGAPAN PADA PEMODELAN DIAFRAGMA
FLEKSIBEL

• Difragma fleksibel pada arah bidang (ada deformasi dan ada tegangan yang terjadi
pada arah bidang)
• Difragma tidak kaku pada arah tegak lurus bidang (ada deformasi dan tegangan
yang terjadi pada arah tegak lurus bidang)
• Distribusi gaya lateral ke elemen struktur vertikal proporsional dengan tributary
area massa di sekeliling elemen struktur vertical
• Dalam contoh ini misal slab retak dengan modifier factor 0.2
Diafragma fleksibel
7.10.1 DESAIN DIAFRAGMA

Diafragma harus didesain untuk tegangan geser dan lentur yang dihasilkan dari
gaya desain.
Pada diskontinuitas diafragma, seperti bukaan dan sudut dalam, desain harus
menjamin bahwa disipasi atau transfer gaya tepi (kord) terkombinasi dengan
gaya lainnya dalam diafragma tidak boleh melebihi kapasitas geser dan tarik
diafragma
Diafragma dengan bukaan besar
lokasi tulangan nonprategang yang
menahan tegangan akibat momen dan
gaya aksial
Tulangan pengekang pada penyangga
aksial di sekitar bukaan
PRINSIP DESAIN
• Pertahankan diafragma yang relatif kaku dan bebas kerusakan
• Pada dasarnya perilaku linier
• Diafragma pracetak dengan atau tanpa pelat penutup, memerlukan perhatian
yang lebih besar pada proporsi dan detail untuk mencapai tujuan perilaku
yang pada dasarnya elastis
• Identifikasi dengan jelas jalur beban ke elemen vertikal
• Kekuatan diafragma di sepanjang jalur beban itu setidaknya sama dengan
gaya maksimum yang dapat dikembangkan oleh elemen vertikal.
Aditya Rahmathias Putra
(1909026024)
PEMATERI - 2
Aspek Detailing Konstruksi
Beton Tahan Gempa

Oleh :
Erwin Lim, ST., MS., Ph.D.

8 September 2021
Outline

• Pendahuluan
• Prinsip Detailing Sistem
Rangka Pemikul Momen
Khusus
• Prinsip Detailing Sistem
Dinding Struktural Khusus
REFERENSI
• SNI 1726:2019 "Tata Cara Perencanaan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non-gedung

2. SNI 2847:2019 "Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung dan Penjelasan

3. Seismic Design of Reinforced Concrete Buildings


PERSYARATAN DESAIN
SNI 1726:2019
Elemen Sistem Pemikul Gaya Seismik

Elemen-elemen sistem pemikul gaya seismik termasuk komponen struktur dan


sambungannya harus memenuhi persyaratan pendetailan.
PERSYARATAN
DESAIN
TARGET KINERJA
IO, LS, CP SECARA VISUAL
Perspektif Desain
Cara mengetahui gedung berperilaku adalah dari :

• Pilihlah jalur beban yang jelas (kontinuitas gaya)


• Buatlah tingkatan kekuatan (strong coloumn weak beam, desain
kapasitas)
• Menyediakan pemikiran yang jelas tentang detail (desain toughness /
daktilitas)
DAKTILITA
S
Hilangnya Daktilitas

• Material (apabila regangan = 100)


• Penampang (apabila kurvatur = 12 hingga 20)
• Elemen (apabila rotasi = 8 hingga 14)
• Struktur (apabila perpindahan = 4 hingga 10)
Prinsip Perencanaan SRPMK Balok
Balok Dengan Tulangan Longitudinal
Rasio Tulangan Tarik Terhadap Daktilitas
Pengaruh Tulangan Tekan
Terhadap Daktilitas
Efek

Penampang

Terkekang

Terhadap

Daktilitas
Cara Agar Penampang Terkekang
Dapat Diaplikasikan
• Perancangan jarak sengkang yang benar,
• Membuat ikat 135 derajat pada sudut pelat,
• Meletakkan selang seling antara satu pelat
dengan pelat yang lain untuk pelat dengan ikat
135 derajat dan pelat dengan ikat 90 derajat
pada rangkaian pelat utuh,
• Meletakkan pelat dengan ikat 90 derajat pada
sisi termuka beton untuk menahan gaya
Ariani Saputri
(1909026028)
Cara Agar Penampang Terkekang
Dapat Diaplikasikan
Cara Agar Penampang Terkekang Dapat
Diaplikasikan
Cara Agar Penampang Terkekang Dapat
Diaplikasikan
Perilaku Inelastis Struktur - Cross Section
Desain Kapasitas Geser
Penentuan Besar Gaya Geser
PENENTUAN KEKUATAN
GESER
Prinsip Perencanaan SRPMK Kolom
KOLOM KUAT
DAN BALOK
YANG LEMAH
MENGGUNAKA
N KOLOM
TEKAN MURNI
PENGECEKKAN APABILA
KOMBINASI KOLOM
LATERAL DAN AKSIAL
DILAKUKAN
KOMBINASI KOLOM LATERAL DAN AKSIAL
Jumlah tulangan transversal harus sesuai tabel 18.7.5.4 (slide 54)

Faktor kekuatan beton (kf) dan faktor keefektifan pengekangan (kn) dihitung
berdasarkan persamaan berikut :

Dimana nl adalah jumlah batang atau bundel tulangan


longitudinal di sekeliling inti kolom dengan sengkang
persegi yang ditumpu secara lateral oleh sudut dari
sengkang pengekang atau kait seismik
CARA AGAR DAPAT MENGGUNAKAN
PENAMPANG TERTEKAN
Pengaplikasian Kolom Kombinasi Lateral dan Aksial Dengan Syarat Mencapai Drift
Ratio 3%
Alternatif 1 : Membuat sendi plastis di kolom

MENDESAIN KAPASITAS GESER


Alternatif 2 :Membua sendi plastis di balok

MENDESAIN KAPASITAS GESER


Novita Asriyanti
(1909026036)
MENDESAIN KAPASITAS GESER

Akan dilakukan desain tulangan transversal sepanjang l0 untuk menahan geser dengan
asumsi vc = 0 bila terjadi gaya geser akibat gempa dan gaya tekan aksial terfaktor Pu.
PERSYARATAN
JARAK
SENGKANG
PERSYARATAN JARAK
SENGKANG
Untuk l0 harus lebih besar atau sama dengan h1, h2, ld/6 dan 18 in (460
mm)

Untuk s1 harus lebih kecil atau sama dengan nilai minimum h1/4 atau h2/4,
6db, s0 dan geser yang diizinkan

Untuk s1 harus lebih kecil atau sama dengan 6db, 6 in (150 mm) dan geser
yang diizinkan

Untuk s0 harus lebih besar atau sama dengan 4 in (100 mm) namun harus
lebih kecil atau sama dengan 6 in (150 mm)
Prinsip Perencanaan SRPMK Joint
DESAIN KAPASITAS GESER PADA
MENENTUKAN GAYA
GESER
MENENTUKAN KAPASITAS KUAT GESER

Luas efektif joint untuk gaya-gaya


di masing-masing arah yang
merangka harus ditinjau secara
terpisah. Joint yang tidak
memenuhipersyaratan sebelumnya
dianggap terkekang karena balok
tidak menutupi paling sedikit 3/4
dari lebar setiap bidang muka
joint.
Tulangan longitudinal balok yang dihentikan di dalam suatu kolom harus
diteruskan ke muka terjauh dari inti kolom terkekang dan harus disalurkan
dalam tarik dan dalam tekan.

MENDESAIN
JOINT
MENDESAIN JOINT

• Penggunaan tulangan transversal,


• Tulangan transversal untuk joint harus sudah sesuai dengan izin persyaratan,
• Bila pada keempat sisi joint terdapat balok yang merangka kepadanya dan bila
lebar dari setiap balok tersebut setidaknya tiga per empat lebar kolom, maka
jumlah tulangan yang diperlukan diizinkan untuk direduksi setengahnya dan spasi
yang diisyaratkan sebelumnya diisinkan untuk ditingkatkan hingga 150 mm dalam
ketinggian balok h yang terendah juga merangka pada joint tersebut.
PERBANDINGAN SRPMK,
SRPMM DAN SRPMB
KOMPARASI PADA BALOK

Dengan
Dengan posisi
posisi komparasi
komparasi atau
atau perbandingan
perbandingan di
di
muka,
muka, di
di Vu,
Vu, di
di Vn
Vn dan
dan di
di ss (pada
(pada 2h)
2h) yang
yang
melibatkan
melibatkan SRPMB,
SRPMB, SRPMM
SRPMM dan dan SRPMK
SRPMK
sebagai
sebagai variabel
variabel untuk
untuk hasil
hasil akhir
akhir komparasi.
komparasi.
KOMPARASI PADA KOLOM
Dengan posisi komparasi atau
perbandingan di Vu, di Vn, di
confinement dan di s (pada I0) yang
melibatkan SRPMB, SRPMM dan
SRPMK sebagai variabel untuk hasil akhir
komparasi.
DINDING
Dengan disipasi berupa balok perangkai PASANGAN
dan dasar shear wall juga tulangan badan
serta longitudinal yang memiliki rasio
harus lebih besar atau sama dengan
0,0025.
VISUALISASI
IO. LS DAN CP
PRINSIP
Ada 3 prinsip, diantaranya :

• Hindari crushing + confine elemen batas


• Clear height/width < 16 atau = 16
• Hindari kegagalan geser
EBK
Andre Marista Dwitama
(1909026037)
EBK BERDASARKAN
PERPINDAHAN TEMPAT
DIMENSI VERTIKAL
EBK
• ADA ELEMEN KHUSUS > 300 MM
ATAU = 300 MM.
• PANJANG LD UNTUK 1,25FY.
• TERDAPAT ELEMEN BATAS YANG
TIDAK DEKAT DENGAN TEPI
FONDASI. – Mohammad Hatta
• ADA ELEMEN BATAS YANGDEKAT
DENGAN TEPI FONDASI ATAU
TUMPUAN YANG LAINNYA.
• UNTUK ELEMEN BATAS KHUSUS
TADI DIPILIH YANG MAKSIMAL
ANTARA NILAI LW ATAU
PENAMPANG KRITIS (MU/4VU)
DAN SETELAH DIPILIH KEMBALI
KE NOMOR (1) DAN
DISESUAIKAN.
DIMENSI DAN
DETAILING EBK
UNTUK PENAMPANG :
1. DENGAN KAIT STANDARD
DAN
2. TANPA KAIT STANDARD

PILIHAN PANJANG PENYALURAN


BERIKUT
BEBERAPA
PERSYARATAN
DI LUAR EBK
Gaya desain Vu harus diperoleh dari analisis beban lateral dengan menggunakan
kombinasi beban terfaktor.

GAYA GESER

Gaya geser desain untuk dinding struktural diperoleh dari analisis beban
lateral dengan faktor beban yang sesuai. Namun, kemungkinan leleh pada
komponen struktur tersebut harus diperhatikan, seperti pada bagian dinding
diantara dua bukaan jendela, dalam hal ini geser aktual mungkin melebihi
geser yang ditunjukkan oleh analisis lateral berdasarkan gaya desain
terfaktor.
KAPASITAS GESER
BALOK PERANGKAI
MENDESAIN
GESER
BALOK PERANGKAI
DIAGONAL
TULANGAN DIAGONAL

“ DIANGKUR 1,25fy DAN


TULANGAN hz BALOK TIDAK
MENGEMBANGKAN fy
OPSI A
VS
OPSI B
BALOK PERANGKAI
KONVENSIONAL

Didesain
sesuai
balok
SRPMK
DIAGONAL VS
KONVENSIONAL
GRAVITY
FRAMING
PRINSIP GRAVITY FRAMING

• DEMAND DEFORMASI
PADA GRAVITY FRAME
PERLU DIKONTROL

• PADA AREA KOLOM YANG


MUNGKIN LELEH =
CONFINE

• MENGHINDARI
KEGAGALAN GESER DAN
AKSIAL
"
KEWAJIBAN DARI GRAVITY FRAMING

Komposisi struktur rangka yang diasumsikan tidak didesain sebagai bagian sistem pemikul
gaya seismik harus dievaluasi terhadap kombinasi beban gravitasi (1,2D + 1,6L) atau 0,9D dan
ditentukan manakah yang kritis dan yang bekerja secara simultan dengan perpindahan
desain.

Faktor beban pada beban hidup, L, diizinkan untuk direduksi menjadi 0,5 kecuali untuk garasi,
ruang yang ditempati sebagai tempat perkumpulan publik dan semua ruang dimana L lebih
besar dari 4,8 kN/m2.
Muhammad Andryan
(1909026045)
GRAVITY
FRAMING
BALOK
GRAVITY
FRAMING
KOLOM
KESIMPULAN

• SIAPKAN JALUR GAYA YANG


BAIK
• ATUR HIRARKI KERUNTUHAN
(STRONG COLOUMN-WEAK
BEAM DAN DESAIN KAPASITAS
UNTUK PERILAKU GESER)
• SIAPKAN DETAILING YANG
DAKTAIL (TULANGAN TEKAN,
CONFINEMENT DAN KAIT
SEISMIK)
PEMATERI - 3
Analisis Bangunan
Gedung
Oleh :
Ir. Faimun, M.Sc., Ph.D.

8 September 2021
DESKRIPSI
GEDUNG
• 10 lantai dengan tinggi antar tingkat seragam
• Tidak ada ketidak beraturan yang berarti
• Menggunakan rangka beton bertulang pemikul momen khusus
• Kegunaan gedung untuk kantor sewa
• Tidak ada dinding bata di dalam gedung, dinding hanya berada
di tepi luar dengan ketebalan 15 cm
• Tangga tidak disatukan dengan struktur (sebagai beban saja)
• Terletak di Jakarta dengan jenis tanah SE
D AT A D E S A I N
TEBAL PELAT LANTAI : 150 mm
TEBAL PELAT ATAP : 120 mm
KOLOM LT-1 SD LT-4 : 750x750 mm
KOLOM LT-5 SD LT-10 : 650x650 mm
BALOK MEMANJANG
BALOK MELINTANG
: 400x600 mm
BALOK ANAK : 400x600 mm
BEBAN HIDUP LANTAI : 250x350 mm
BEBAN MATI TAMBAHAN : 2,4 kN/m2
LANTAI : 1,14 kN/m2
BEBAN HIDUP ATAP : 0,96 kN/m2
BEBAN MATI TAMBAHAN ATAP : 1,11 kN/m2
TINGGI ANTAR TINGKAT
DINDING 1/2 BATA, 1/2 TINGGI
:4m
LANTAI : Hanya di sekeliling gedung
LOKASI : Jakarta
BEBAN ANGIN : Tidak dimasukkan
EARTHQUAKE LOAD : SNI 1726-2019
TYPE OF SOIL : SE
MUTU BETON : 30 MPa (semua komponen)
Denah Gedung
LAYOUT
GEDUNG
Beban
Gravitasi

BEBAN TEMBOK :
TEMBOK KELILING : 5 KN/M2
BEBAN HIDUP :
BEBAN HIDUP LANTAI : 2,4 KN/M2
BEBAN HIDUP ATAP : 0,96 KN/M2
BERAT
Berat seismik efektif struktur (w) harus menyertakan seluruh beban
mati dan beban lainnya yang terdaftar di tabel bawah ini :

PER
LANTAI
PENGECUALIAN
1. Bila beban penyimpanan tidak lebih dari 5% terhadap berat seismik efektif pada tingkat
maka beban tidak perlu dimasukkan ke dalam berat seismik efektif.

2. Beban hidup lantai di tempat parkir umum dan struktur parkir terbuka tidak perlu
dimasukkan.
Tahapan Analisis Beban
Seismik
• Klasiifikasi Situs
• Pemilihan Kategori Risiko (SNI Table-3)
• Menentukan Faktor Keutamaan Gempa (SNI Table-4)
• Penentuan Parameter Getaran Tanah (Ss dan S1, Fa dan Fv, SDS dan SD1 dari WEB/Peta Gempa)
• Menentukan Kategori Desain Seismik
• R, Cd dan O0 Untuk Sistem Pemikul Gaya Seismik
• Penentuan Fleksibilitas Diafragma
• Evaluasi Ketidakberaturan Struktur
• Menentukan Metode Analsis
• Analisis Gaya Lateral Ekivalen, atau
• Analisis Modal Respons Sprektrum
Data Tanah (SPT)
KLASIFIKASI
SITUS
Menentukan Faktor
Keutamaan Gempa

Faktor keutamaan gempa, Ie = 1,0


Data Respons Spektra Jakarta (dari
WEB)

Untuk situs SE : SDS


= 0,67g
SD1 = 0,63g
Respons Spektra dari Peta
Gempa
Koefisien Situs Jakarta
“ (dari Peta Gempa)
Fa = 1,28 dan Fv = 2,48
Bima Yuda Triwijaya
(1909026051)
Percepatan Spektra
SDS = 0,67g
SD1 = 0,63g

Diperoleh nilai yang sama dengan


website
Pembuatan Spektra Desain dan Spektra MCEg

Bila ingin membuat kurva spektra dari data web, gunakan info yang
tertera
Menentukan
Kategori Desain
Seismik
R, Cd dan O0 Untuk Sistem Pemikul Gaya Seismik
Penentuan Fleksibilitas Diafragma

SNI 7.3.1 Fleksibilitas Diafragma


Analisis struktur harus memperhitungkan kekakuan relatif diafragma dan kekuatan relatif
elemen vertikal sistem pemikul gaya seismik kecuali jika diafragma dapat diidealisasikan
baik fleksibel ataupun kaku sesuai dengan 7.3.1.1, 7.3.1.2 atau 7.3.1.3, analisis struktur
harus secara eksplisit menyertakan perhitungan kekakuan diafragma (yaitu, asumsi
pemodelan semi kaku)

SNI 7.3.1.2 Kondisi Diafragma Kaku


Diafragma pelat beton atau dek metal yang diberipenutup beton dengan perbandingan
S/De sebesar 3 atau kurang pada struktur tanpa ketidakberaturan horizontal dapat
diidealisasikan sebagai diafragma kaku.

Pada kasus ini daifragma diasumsikan kaku


Ketidakberaturan Horizontal Tipe 1 dan 2
• Ketidakberaturan torsi dan ketidakberaturan torsi berlebihan
• Ketidakberaturan sudut dalam
Ketidakberaturan Horizontal Tipe 3
Ketidakberaturan Horizontal Tipe 4 dan 5

4. Ketidakberaturan akibat pergeseran tegak lurus terhadap bidang.

5. Ketidakberaturan sistem nonparalel.


Penentuan Ketidakberaturan
Horizontal

Tidak ada ketidakberaturan horizontal sistem struktural


teratur
Ketidakberaturan Vertikal Tipe 1
Ketidak
beraturan
Vertikal Tipe
4 dan 5
Menentukan Metode

Analisis

Ketiga jenis analisis


diizinkan
Analisis Gaya Lateral Seismik
• Hitung berat seismik efektif gedung
• Hitung periode fundamental pendekatan
• Hitung batas atas periode getaran
• Hitung periode natural "analisa"
• Hitung geser dasar seismik
• Hitung gaya lateral ekivalen
• Hitung faktor pembesaran torsi
• Tentukan beban ortogonal
• Tentukan faktor redundansi
• Lakukan analisis struktur
• Check simpangan antar tingkat dan persyaratan P-Delta
• Bila perlu refisi struktur dan ulangi step di atas
Periode
Fundamental
Pendekatan
Td
Batas Atas Periode T =
CuTa
Hasil Analisis Modal
Terlihat dari hasil analisis tiga modal awal :

Periode pertama 2,301 detik, didominasi


pergerakan arah X
Periode kedua 2,231 detik, didominasi
pergerakkan arah Y
Periode ketiga 2,010detik, didominasi
pergerakkan torsi

Periode pertama gedung ternyata lebih


dari batas atas CuTa = 1,81 detik, sehingga
gedung contoh akan menggunakan
periode maksimum CuTa = 1,81.
Tiara Aulia
(1909026052)
Gaya Geser Seismik Dasar
Pengecekkan Input Software

Sebelum melanjutkan analisa struktur ada baiknya dilakukan pengecekkan input software
karena kesalahan input sering terjadi. Untuk contoh kasus ini dilakukan penghitungan beban
mati dan beban hidup manual (volume dihitung dari gambarstruktur) dan dibandingkan
dengan beban mati dan beban hidup keluaran software (D+0,25L).

Karena perbedaan diantara keduanya


kecil, dianggap bahwa input sudah
benar, selanjutnya perhitungan
menggunakan data dari ETABS.
Distribusi Vertikal Gaya Seismik :
Nilai Eksponen k
Distribusi Vertikal Gaya
Seismik

Selanjutnya gaya-gaya ini dibebankan kestruktur di pusatmassa-nya atau diberikan di kolom-


kolom yang penyebaran gayanya diatur berdasarkan kekakuan masing-masing kolom.
Torsi Torsi bawaan terjadi akibat eksentrisitas antara lokasi pusat massa
dan pusat kekakuan. Untuk contoh kasus maka tidak terdapat
perbedaan antara pusat massa dan pusat kekakuan, sehingga torsi

Bawaan
bawaannya adalah nol (etb = 0).

Torsi tak terduga terjadi akibat perpindahan pusat massa dari lokasi

dan
aktualnya yang diasumsikan pada masing-masing arah dengan jarak
sebesar 5% dimensi struktur tegak lurus terhadap arah gaya yang
diterapkan.

Torsi Dalam penerapannya, torsi bawaan dan torsi tak terduga ini adalah
dengan memberikan eksentrisitas (menggeser) pusat massa :

Tak
Terduga
dimana ln adalah eksentrisitas torsi tak terduga dan edi adalah
eksentrisitas desain per lantai.
Pembesaran
Momen Torsi
Tak Terduga
Eksentrisitas Tambahan di Software
ETABS

Fasilitas menggeser pusat massa dilakukan dengan memilih opsi XDir+excentricity dan nilai
Ecc.Ratio, demikian juga untuk arah lain. Bila terjadi torsi tak terduga berlebihan nilai
Ecc.Rationya disesuaikan. Eksentrisitas bawaan (etb) sudah terhitung oleh software.
BEBAN ORTOGONAL
Pengaruh beban paling kritis akibat arah penerap an gaya seismik padastruktur dianggap terpenuhi jika
elemen struktur dan fondasinya didesain untuk memikul kombinasi beban-beban yang ditetapkan berikut :

100% gaya untuk satu arah ditambah 30% gaya untuk arah tegak lurus.

Jika beban ortogonal ini dikombinasikan dengan torsi tak terduga maka kombinasi bebannya menjadi 16
kombinasi berikut :
Visualisasi Beban
Ortogonal
Faktor Redundansi

Pada contoh ini jumlah


balok cukup banyak
sehingga kegagalan 1
buah balok tidak akan
menurunkan kekuatan
tingkat mencapai 33%

Redundansi = 1,0
Spektra
Horizontal
dan Vertikal
Aktivasi
Masa
Vertikal di Untuk pengguna ETABS agar gempa

Software vertikal disertakan dalam analisis maka


opsi masa vertikal harus dicentang

ETABS (diaktifkan), pengguna software lain agar


menyesuaikan.

Anda mungkin juga menyukai