Anda di halaman 1dari 8

PERTIMBANGAN DALAM PEMILIHAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG

PANCANG DENGAN BEBERAPA METODA (STATIK, DINAMIK, TES PDA)

ABSTRAK
Untuk menentukan daya dukung pondasi tiang pancang dapat menggunakan
beberapa metoda,
yaitu metoda dinamik, metoda statik dan tes PDA. Metoda dinamik yang terdiri dari
metoda ENR,
Denmark, Eytelwein, Janbu dan Gates. Sedangkan metoda statik terdiri dari metoda
Mayerhoff,
Terzaghi dan Bagemann.
Analisis daya dukung dilakukan untuk mengetahui seberapa besar beban
yang dapat dipikul oleh
pondasi dan seberapa besar perbedaan nilai daya dukung yang didapatkan dengan
menggunakan
ketiga metoda tersebut.
Dari perhitungan terhadap dua buah sampel tiang pancang dengan
menggunakan ketiga metoda
tersebut, daya dukung terbesar didapatkan dengan menggunakan metoda dinamik, yaitu
metoda
Denmark. Sedangkan nilai daya dukung terkecil didapatkan dari metoda statik, yaitu
metoda
Mayerhoff.
Kata Kunci : daya dukung, analisis dinamik, analisis statik, tes PDA.

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah yang


berada di bawah

pondasi tersebut. Suatu perencanaan pondasi dikatakan benar apabila daya


dukung pondasi tersebut

lebih besar daripada beban yang ada di atasnya. Apabila beban yang dipikul
lebih besar maka akan

menyebabkan kerusakan konstruksi yang ada di atas pondasi.

Untuk konstruksi yang berat, yaitu bila kedalaman pondasi yang dibutuhkan
untuk memikul beban

sangat besar, biasanya digunakan pondasi tiang. Pondasi tiang biasanya


terbuat dari beton dan besi
.
Bagaimana pondasi tiang meneruskan beban dari konstruksi atas ke lapisan-
lapisan tanah di

bawahnya, biasanya dikelompokan menjadi tiga kategori: Pertama, tiang yang


kekuatannya

didasarkan pada lekatan tanah dan tiang (friction pile); Kedua, tiang yang
kekuatannya didasarkan

pada daya dukung ujung tiang (end bearing pile) dan yang Ketiga adalah
gabungan dari friction

pile dan end bearing pile. Untuk mengetahui daya dukung pondasi tiang
tersebut dapat dilakukan

dengan beberapa cara, diantaranya yaitu metoda dinamik, metoda statik,


loading test dan tes PDA.

Pada penelitian ini penulis akan mencoba membandingkan hasil daya dukung
pondasi tiang

pancang yang didapatkan dengan cara tes PDA dan daya dukung pondasi tiang
yang didapat

dengan perhitungan, yaitu dengan formula dinamik dan formula statik.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung pondasi tiang pancang dengan

menggunakan metoda dinamik, metoda statik dan tes PDA.

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui besarnya perbedaan daya dukung
pondasi

tiang pancang dengan menggunakan metoda dinamik, metoda statik dan tes PDA.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini :

1. Analisis yang dilakukan adalah membandingkan daya dukung dari hasil tes PDA dengan
daya
dukung yang didapat dari perhitungan dengan metoda dinamik dan metoda statik.
2. Studi kasus adalah Proyek Pembangunan Rumah Susun Sewa Mahasiswa Unand, Padang.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam merencanakan konstruksi pondasi tiang pancang, penentuan daya dukung pondasi
tiang

pancang merupakan suatu permasalahan pokok. Pada umumnya pada setiap pemancangan
pondasi

tiang pancang dilakukan rekaman pemancangan berupa kalendering serta penyelidikan


tanah

berupa boring log. Analisa daya dukung pun turut dilakukan dalam proyek-proyek
pondasi tiang

pancang tersebut berupa loading test atau Pile Driving Analyzer (PDA). Dalam suatu
proyek,

diperlukan sebuah metoda yang tepat dan cepat dalam menentukan daya dukung sebuah
pondasi

tiang pancang. Beberapa metode yang sering digunakan dalam perhitungan tersebut,
antara lain :

formula statik, formula dinamik, loading test dan PDA.

Rony Siregar (2002) menganalisis tentang pemancangan tiang pancang dan daya
dukungnya

berdasarkan kalendering, pemboran dan Pile Driving Analyzer (PDA). Hal ini
dilakukan dengan

cara mengkorelasikan daya dukung ujung dan selimut tiang pancang berdasarkan tes
PDA dan

jumlah pukulan berdasarkan kalendering.

Kataresada Ketaren (2004) melakukan kajian komprehensif tentang daya dukung


pondasi tiang

pancang berdasarkan uji pembebanan tekanan. Perhitungan dilakukan berdasarkan


data-data SPT

(Standar Penetration Test), data sondir, data kalendering dan data hasiil uji
pembebanan tiang di

lapangan (loading test).

2.1 Formula Dinamik


Formula dinamik telah banyak digunakan untuk meramalkan kapasitas tiang pancang.
Diperlukan

suatu cara di lapangan untuk menentukan apakah sebuah tiang pancang telah mencapai
dukung

yang cukup selain hanya dengan pemancangannya ke kedalaman yang telah ditentukan

sebelumnya. Pemancangan tiang pancang ke kedalaman yang telah ditentukan, terlebih


dahulu

mungkin bisa atau tidak mendapatkan nilai dukung yang diperlukan, karena variasi
tanah normal ke

arah lateral dan ke arah vertikal.

Formula kapasitas tiang pancang dinamik dasar yang disebut formula tiang pancang
rasional

tergantung pada prinsip impuls-momentum. Untuk formula tiang pancang dinamik


digunakan

simbol-simbol di bawah ini. Satuan-satuan untuk simbol berada dalam kurung, yakni
(FTL) yang

merupakan perkalian variabel dengan satuan-satuan gaya, waktu dan panjang

A = luas penampang (L2)

E = modulus elastisitas (FL-2)

eh = efesiensi palu

Eh = tenaga palu pabrik yang dipakai per satuan waktu (FL)

H = tinggi jatuhnya balok besi panjang (L)

L = panjang tiang pancang (L)

n = koefisisen restitusi

Pu = kapasitas tiang pancang ultimat (F)

s = banyaknya penetrasi titik per pukulan (L)

wp = berat tiang pancang, termasuk berat sungkup tiang pancang, sepatu pemancang
dan

blok sungkup (juga termasuk landasan untuk palu kerja rangkap) (F)

wr = berat palu (untuk palu kerja rangkap, termasuk berat kosen kotak) (F)
Tabel 1. Formula Tiang Pancang Dinamik

2.2 Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang dengan Tes PDA

Sebagai alternatif dari uji beban statik, kini banyak digunakan uji beban dinamik,
khususnya

dengan metoda Pile Driving Analyzer (PDA).

Gambar 1. PDA Pack Gambar 2. Transducers dan Accelerometer

Beban dinamik akibat tumbukan dari drop hammer pada kepala tiang, akan menimbulkan
regangan

pada tiang dan pergerakan relatif (relative displacement) yang terjadi antara tiang
dan tanah di

sekitarnya dan menimbulkan gelombang akibat perlawanan atau reaksi tanah. Semakin
besar

kekuatan tanah, semakin kuat gelombang perlawanan yang timbul. Gelombang aksi maupun
reaksi

akibat perlawanan tanah akan direkam. Dari hasil rekaman, karakteristik gelombang-
gelombang ini
dapat di analisa untuk menentukan daya dukung tiang yang di uji.

Peralatan penting PDA adalah strain tranducer dan cccelerometer, yang berfungsi
merubah

regangan dan percepatan menjadi sinyal elektronik dan melalui kabel penghubung akan
direkam

oleh alat PDA. Transducer dan accelerometer akan dilekatkan pada permukaan perimeter
tiang,

sejauh minimum 1,5 kali diameter tiang dari kepala tiang.

Sampai saat ini pengujian dengan PDA sudah banyak dilakukan untuk pondasi tiang
pancang,

seperti precast piles, steel piles dan spun piles, dengan menggunakan palu dari alat
pancangnya

sendiri sehingga sangat praktis dan ekonomis.

2.3 Metoda Statik

2.3.1 Daya Dukung Ujung Tiang Pancang


Daya dukung ujung tiang pancang dapat dihitung dengan beberapa metoda,
diantaranya yaitu :
1). Metoda Terzaghi
Ppu = ( c Nc + γ Df Nq Ap )
(1)

dimana :
Ap = luas ujung tiang pancang
c = kohesi (kekuatan geser tak-tersalurkan, su)
Nc′ = faktor kapasitas pendukung untuk kohesi yang disesuaikan dengan
bentuk dan
kedalaman. Bila φ = 0 dan c = su, maka Nc′ seringkali diambil sebesar 9
Nq′ = faktor kapasitas dukung untuk akibat-akibat kelebihan beban
(overburden effects)
γ = berat volume
Df = kedalaman pondasi

2). Metoda Mayerhof

─ Untuk tanah pasir (c = 0) :


Ppu = ( γ Df Nq Ap )
(2)

─ Untuk tanah lempung :

Ppu = ( cu Nc' ) Ap
(3)

dimana : cu = c (kohesi)

2.3.2 Daya Dukung Friksi

Daya dukung friksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Ps = As fs (
4)

dimana :

As = luas selimut tiang.

fs = tahanan kulit yang akan dihitung dengan menggunakan salah satu dari metode

berikutnya.

Sedangkan fs dihitung dengan cara Tomlinson, sebagai berikut :

1. Untuk tanah pasir

fs = K σv′ tan δ
(5)

2. Untuk tanah lempung

fs = α cu
(6)

atau untuk tanah lempung dapat juga memakai rumus λ dari Vijayvergiya dan Focht.

fs = λ (q + 2c) As
(7)

Nilai α didapat dari tabel berikut :


Gambar 3.

Anda mungkin juga menyukai