Anda di halaman 1dari 17

PENYULUHAN HUKUM

HAK BANTUAN HUKUM


BAGI MASYARAKAT

LBH SIKAP BANTEN


Oleh : Mohammad Yusup, SH.,LL.M
PENGERTIAN

 Penyuluhan Hukum adalah salah satu kegiatan


penyebarluasan informasi dan pemahaman terhadap
norma hukum dan peraturan perundang – undangan
yang berlaku guna mewujudkan dan mengembangkan
kesadaran hukum masyarakat sehingga tercipta
budaya hukum dalam bentuk tertib dan taat atau
patuh terhadap norma hukum dan peraturan
perundang – undangan yang berlaku demi tegaknya
supremasi hukum.
STUDY KASUS

 Setiap orang dianggap tahu hukum. Tidak


peduli apakah orang tersebut tinggal di
jantung kota atau jauh di pelosok
pedesaan. Tidak jadi soal apakah orang
tersebut lulusan fakultas hukum atau
fakultas teknik. Ketika orang yang sama
berhadapan dengan hukum, maka ia tak
bisa menggunakan dalil bahwa ia tidak
mengetahui adanya peraturan tertentu.
Pengendara yang melanggar aturan
berlalu lintas, misalnya, tidak
diperkenankan oleh hukum berdalih
belum membaca UU No. 22 Tahun 2009
 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM

  Negara hukum bersandar pada


keyakinan bahwa kekuasaan negara
harus dijalankan atas dasar hukum
yang adil dan baik. Hubungan
antara yang diperintah (governed)
dan memerintah (governor)
dijalankan berdasarkan suatu
norma objektif, bukan pada suatu
kekuasaan absolut semata-mata.

Dasar hukum : Pasal 1 Ayat 3 UUD 1945


Negara Indonesia adalah Negara Hukum
Persamaan dimata hukum
(equality before the law)
 pasal 27 ayat 1 UUD 1945.
 semua warga negara
indonesia memiliki
kedudukan yang sama di
mata hukum.
Mau dia kaya, miskin,
presiden, petani atau apapun
ketika mereka melakukan
kesalahan, mereka sama-
sama dihukum, tanpa
pengecualian. 
HUKUM TAJAM KEBAWAH TUMPUL KEATAS
PRAKTEK MAFIA PERADILAN
BIAYA JASA ADVOKAT / PENGACARA MAHAL
BANTUAN HUKUM
CUMA-CUMA
bantuan hukum diberikan
secara gratis (cuma-cuma)
kepada masyarakat yang
membutuhkan bantuan
hukum, namun tidak mampu,
buta hukum dan tertindas, arti
cuma-cuma yaitu tidak perlu
membayar biaya (fee) untuk
pengacara.
tapi untuk biaya operasional seperti biaya
perkara di pengadilan (apabila kasus sampai ke
pengadilan) itu ditanggung oleh si klien, itupun
kalau klien mampu.
LEMBAGA BANTUAN HUKUM

Pemberi bantuan hukum, yaitu adalah lembaga


bantuan hukum (“LBH”) atau organisasi
kemasyarakatan yang memberi layanan dan
melaksanakan bantuan hukumkepada masyarakat
yang membutuhkan berdasarkan UU 16/2011,
syaratnya adalah:
 berbadan hukum;
 terakreditasi berdasarkan UU 16/2011;
 memiliki kantor atau sekretariat yang tetap;
 memiliki pengurus; dan
 memiliki program Bantuan Hukum
 namun tidak mampu, buta hukum dan
tertindas, arti cuma-cuma yaitu tidak perlu
membayar biaya (fee) untuk pengacara, tapi
untuk biaya operasional seperti biaya perkara di
pengadilan (apabila kasus sampai ke pengadilan) LBH SIKAP BANTEN
itu ditanggung oleh si klien, itupun kalau klien
mampu.
BANTUAN HUKUM MELIPUTI :

A. Bantuan Hukum
Litigasi meliputi masalah
hukum :
- Perdata,
- Pidana, dan
- Tata Usaha Negara
B. Bantuan Hukum Non Litigasi
meliputi :
 Penyuluhan Hukum;
 Pemberdayaan Masyarakat;
 Penelitian Hukum;
 Negosiasi;
 Mediasi;
 Konsultasi;
 Investigasi Perkara;
 Drafting dokumen hukum
 Pendampingan diluar
pengadilan
TATA CARA PEMBERIAN
BANTUAN HUKUM
1. Pemohon bantuan hukum mengajukan
permohonan bantuan hukum secara tertulis
kepada Pemberi Bantuan Hukum yang
memuat :
 Identitas pemohon bantuan hukum
 Uraian singkat permasalahan hukum yang
dihadapi yang dimintakan bantuan hukum

2. Permohonan Bantuan Hukum harus


melampirkan :
 Surat keterangan miskin dari Lurah, Kepala
Desa atau pejabat setingkat di tempat
tinggal Pemohon Bantuan Hukum;
 Dokumen – dokumen yang berkenaan
dengan perkara
DALAM HAL PEMOHON BANTUAN
HUKUM TIDAK MEMILIKI SKTM
DAPAT MELAMPIRKAN :
a. kartu jaminan kesehatan masyarakat;
b. kartu bantuan langsung tunai;
c. kartu keluarga sejahtera;
d. kartu beras miskin;
e. kartu indonesia pintar;
f. kartu indonesia sehat;
g. kartu keluarga sejahtera;
h. kartu perlindungal sosial; atau
i. dokumen lain sebagai pengganti surat keterangan miskin,
dapat berupa surat keterangan dari:
a. Kepala Kepolisian yang memeriksa perkara pada tahap
penyidikan;
b. Kepala Kejaksaan Negeri setempat pada tahap
penyidikan atau penuntutan;
c. Kepala Rumah Tahanan, jika penerima Bantuan Hukum
adalah tahanan miskin;
d. Kepala Lembaga Pemasyarakatan, jika penerima Bantuan
Hukum adalah narapidana miskin; atau
e. Ketua Pengadilan Negeri atau Ketua Majelis Hakim yang
memeriksa perkara orang miskin.
 

Anda mungkin juga menyukai