3. Lengkung
a. Lengkung Vertikal
1. Lengkung vertikal merupakan proyeksi sumbu jalan rel pada bidang vertikal
yang melalui sumbu jalan rel. Besar jari-jari minimum lengkung vertikal
bergantung pada kecepatan rencana, sebagaimana dinyatakan
Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal
2
Analisa Pengujian Jalur Kereta Api
b. Lengkung Horizontal
1. Dua bagian lurus, yang perpanjangannya saling membentuk sudut harus
dihubungkan dengan lengkung yang berbentuk lingkaran, dengan atau tanpa
lengkung-lengkung peralihan.
Ln = 0,01 h V
Ln = panjang minimum lengkung (m)
H = pertinggian relatif antara dua bagian yang dihubungkan(mm)
V = Kecepatan rencana untuk lengkung peralihan (km/jam)
•Lengkung S terjadi bila dua lengkung dari suatu lintas yang berbeda arah
lengkungnya terletak bersambungan.
•Dua lengkung horizontal yang berdekatan harus memiliki transisi lurusan
sekurang-kurangnya sepanjang 20 m di luar lengkung peralihan.
•Untuk jari-jari lengkungan lebih besar dari 2370 meter tidak diperlukan lengkung
peralihan.
4
Analisa Pengujian Jalur Kereta Api
5
Analisa Pengujian Jalur Kereta Api
7
Studi Kasus 4 (Lengkung)
Permasalahan
Lengkung
1. Radius (R) aktual pada lengkung penuh melebihi standar penyimpangan yang dapat
diterima ( 2%)
2. Data pelebaran jalan rel pada lengkung aktual tidak sesuai dengan yang tertulis
di papan lengkung
3. Data pertinggian jalan rel pada lengkung peralihan lebih rendah dari yang seharusnya
8
Lengkung R.296 di Km 120+747,7 s/d 121+000,35
Analisis
Letak Titik
No Titik Ap T L R Keterangan
Penting Ap ideal Ap R ideal R T ideal T L ideal L
0 20 0 4 0 20 0 0 0 4 Busur Peralihan
1 30 8 6 21 9 14 -6 5 1 Busur Peralihan
2 55 22 8 42 13 27 -5 5 3 Busur Peralihan
3 71 34 8 63 8 40 -6 5 3 Busur Peralihan
MB 4 78 53 13 84 -6 55 -2 10 3 Busur Peralihan
5 104 62 14 105 -1 68 -6 10 4 Busur Peralihan
6 124 74 15 126 -2 81 -7 15 0 Busur Peralihan
7 143 85 20 147 -4 95 -10 13 7 Busur Peralihan
8 155 98 20 323 169 -14 296 27 110 -12 20 1 Busur Penuh
9 177 106 23 282 169 8 296 -14 110 -4 20 3 Busur Penuh
10 177 110 20 282 169 8 296 -14 110 0 20 0 Busur Penuh
11 160 110 20 313 169 -9 296 17 110 0 20 0 Busur Penuh
12 175 110 19 286 169 6 296 -10 110 0 20 1 Busur Penuh
13 172 110 20 291 169 3 296 -5 110 0 20 0 Busur Penuh
14 175 110 21 286 169 6 296 -10 110 0 20 1 Busur Penuh
15 188 111 20 286 169 19 296 -10 110 1 20 2 Busur Penuh
16 185 110 20 270 169 16 296 -26 110 0 20 0 Busur Penuh
17 180 110 19 278 169 11 296 -18 110 0 20 2 Busur Penuh
18 177 111 20 282 169 8 296 -14 110 1 20 0 Busur Penuh
19 170 111 19 294 169 1 296 -2 110 1 20 -1 Busur Penuh
20 160 110 20 313 169 -9 296 17 110 0 20 0 Busur Penuh
Lengkung R.296 di Km 120+747,7 s/d 121+000,35 (Cont’d)
Analisis
Letak Titik
No Titik Ap T L R Keterangan
Penting Ap ideal Ap R ideal R T ideal T L ideal L
21 151 110 19 331 169 -18 296 35 110 0 20 -1 Busur Penuh
22 160 110 20 313 169 -9 296 17 110 0 20 0 Busur Penuh
23 170 110 19 294 169 1 296 -2 110 0 20 -1 Busur Penuh
24 160 110 22 313 169 -9 296 17 110 0 20 2 Busur Penuh
25 153 108 20 327 169 -16 296 31 110 -2 20 0 Busur Penuh
26 146 96 20 147 -1 96 0 15 5 Busur Peralihan
27 135 82 17 126 9 81 1 15 2 Busur Peralihan
28 111 70 15 105 6 68 2 10 5 Busur Peralihan
AB 29 85 57 11 84 1 55 2 10 1 Busur Peralihan
30 88 44 6 63 25 40 4 5 1 Busur Peralihan
BH 64 31 60 34 4 42 18 27 7 5 -1 Busur Peralihan
BH 64 32 32 21 3 21 11 13 8 5 -2 Busur Peralihan
BH 64 33 18 11 1 0 18 0 11 0 1 Busur Peralihan
BH 64 34 10 3 4 0 10
35 4 0 2 0 4
36 0 0 2 0 0
Studi Kasus 4 (Lengkung)
Analisa
Lengkung No. 40 KM. 120+747,7 /121+000,35 R = 296 m
a) Radius (R)
Perbedaan R pada lengkung penuh Standar penyimpangan R yang
pada range antara 266 m – 331 m diizinkan antara 290 m – 312 m
atau penyimpangan R = -30 m s/d +35 m (-2% s/d +2%)
(-10,13% s/d 11,82%)
11
Tindak Lanjut
Lengkung No. 40 KM. 120+747,7 s/d 121+000,35 R = 296 m
Pada Lengkung No.40 Km 120+700/121+000 dapat dilakukan perbaikan dengan
melakukan penggeseran lengkung sesuai daftar dibawah ini.
4. Kelandaian
1. Persyaratan kelandaian yang harus dipenuhi meliputi persyaratan landai
penentu, persyaratan landai curam dan persyaratan landai emplasemen;
2. Landai penentu adalah suatu kelandaian (pendakian) yang terbesar yang ada
pada suatu lintas lurus;
3. Persyaratan landai penentu harus memenuhi persyaratan seperti yang
dinyatakan pada tabel berikut :
15
Studi Kasus 5 (Kelandaian)
Permasalahan
Kelandaian
Pada emplasemen Stasiun Kotok Melebihi toleransi nilai kelandaian maksimum
(KM. 4+800 s/d 4+900) didapatkan di emplasemen yang diizinkan adalah 1.5 ‰
nilai kelandaian 1.64 ‰
16
Studi Kasus 5 (Kelandaian)
Analisa
Kelandaian
Lokasi PM No.28 Thn 2011
Uji Fungsi (Aktual) Keterangan
(KM) (Standar)
4+800
s/d 1.64 ‰ 1.5 ‰ Tidak Memenuhi
4+900
100 m
rel kiri
rel kanan
b) Sambungan menumpu
18
Studi Kasus 6 (Celah dan Plat Sambung)
Permasalahan
Celah dan Plat Sambung
Nilai celah pada sambungan rel pada Melebihi toleransi nilai celah pada sambungan
KM. 0-200, KM. 0+180, dan KM. 4+670 rel, yaitu (8-16 mm pada suhu 22-34⁰C)
bervariasi 17 mm s/d 37 mm
19
Studi Kasus 6 (Celah dan Plat Sambung)
Analisa
Celah dan Plat Sambung
6. Wesel
Terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut :
1. Lidah;
2. Jarum beserta sayap-sayapnya;
3. Rel lantak;
4. Rel paksa;
5. Sistem penggerak.
sepur lurus
rel lantak
jarum
a b c
21
Analisa Pengujian Jalur Kereta Api
22
Studi Kasus 7 (Wesel)
Permasalahan
Wesel
- Nilai bukaan lidah wesel 1 dan wesel 2 Celah antara lidah wesel dan rel lantak pada
di Stasiun Sukoharjo adalah 110 mm posisi terbuka tidak boleh kurang dari 125 mm
23
Studi Kasus 7 (Wesel)
Analisa
Wesel
Stasiun Tidak
110 mm 110 mm ≥ 125 mm
Sukoharjo Memenuhi
mm
110 Stang kopel wesel bengkok
Tindak Lanjut Pengukuran pada lidah wesel
Wesel
Tindakan yang dilakukan adalah :
- Perbaikan jarak lidah wesel agar celah anatara lidah wesel dan rel lantak dapat memenuhi
persyaratan teknis, yaitu tidak boleh kurang dari 125 mm
- Penggantian stang kopel wesel bengkok agar kinerja lidah wesel dapat maksimal 24
Analisa Pengujian Jalur Kereta Api
7. Bantalan
a. Bantalan beton;
b. Bantalan kayu; dan
c. Bantalan besi.
25
Studi Kasus 8 (Bantalan Beton)
Permasalahan
Bantalan Beton
Terdapat retak pada permukaan bantalan beton Tidak boleh adanya retak pada
di 2 lokasi tiap wesel, yaitu KM. 0-200 dan 0+200 bantalan beton
26
Studi Kasus 8 (Bantalan Beton)
Analisa
Bantalan Beton
Uji Fungsi
Lokasi (Aktual)
PM No.28 Thn
No. Keterangan
2011 (Standar) Kondisi bantalan wesel
(KM)
Wesel Wesel kanan yang retak
Kiri Kanan
Permukaan Bagian
1 0-200 - Retak
Atas Bantalan Beton
Tidak Ada Retak
Permukaan Bagian
2 0+200 Retak -
Atas Bantalan Beton
Tindak Lanjut
Bantalan Beton Kondisi bantalan wesel
kiri yang retak
Tindakan yang dilakukan adalah :
- Penggantian bantalan beton pada bantalan yang mengalami retak dengan lebar retak ≥ 0.153 mm
- Sealing (grouting) pada bantalan beton yang mengalami retak dengan lebar retak < 0.153 mm
27
Analisa Pengujian Jalur Kereta Api
8. Alat Penambat
Komponen penambat:
Railpad
Shoulder
Insulator
Clips
Sistem penambat:
Elastis
Rigid
28
Studi Kasus 9 (Alat Penambat)
Permasalahan
Alat Penambat
Terdapat clip dan insulator hilang Alat penambat terdiri dari railpad, shoulder,
serta pemasangan insulator berbeda insulator, dan clips
di lokasi KM. 0+000 s/d KM. 0+100
29
Studi Kasus 9 (Alat Penambat)
Analisa
Alat Penambat
Uji Fungsi (Aktual)
Lokasi PM No.28
Thn 2011 Keterangan
(KM) (Standar)
Rel Kiri Rel Kanan
0+000 1. Pemasangan
- Railpad
insulator
- Shoulder Tidak
s/d Lengkap berbeda
- Insulator Memenuhi
2. Clip hilang - Clips
0+100 Pemasangan insulator
berbeda
Alat Penambat
Tindakan yang dilakukan adalah :
- Penggantian insulator dengan jenis yang sama
- Penggantian clip yang hilang
30
Analisa Pengujian Jalur Kereta Api
Sub Balas
Lapisan sub-balas berfungsi sebagai lapisan penyaring (filter) antara tanah dasar
dan lapisan balas dan harus dapat mengalirkan air dengan baik. Tebal minimum
lapisan balas bawah adalah 15 cm.
31
Analisa Pengujian Jalur Kereta Api
32
Studi Kasus 10 (Balas)
Permasalahan
Balas
Tebal balas (d1) sepanjang lokasi Tidak memenuhi persyaratan teknis untuk
KM. 3+500 s/d KM. 3+600 antara tebal balas (d1) antara 25 cm – 30 cm
15 cm – 20 cm
33
Studi Kasus 10 (Balas)
Analisa
Balas
3+500
Tebal balas (d1) Tebal balas (d1)
s/d Tidak Memenuhi
15 – 20 cm 25 – 30 cm
3+600
10. Drainase
Drainase adalah sistem pengaliran pembuangan air di suatu daerah jalan rel agar
tidak sampai terjadi penggenangan.
Fungsi Drainase:
- Mengurangi pengaruh air yang dapat merubah konsistensi tanah
- Tidak terjadi genangan air pada jalan rel yang dapat menyebabkan
penggembungan lempung dan efek pompa disaat kereta lewat
Minimum 1.20
Tanah Dasar
Drainase
35
Studi Kasus 11 (Drainase)
Permasalahan
Drainase
Pada KM. 0+700 s/d KM. 0+800 di sebelah jalan rel Perlu adanya drainase untuk
tidak terdapat drainase mengalirkan air yang berada
di badan jalan rel
36
Studi Kasus 11 (Drainase)
Analisa
Drainase
Tindak Lanjut
Drainase
Tindakan yang dilakukan adalah :
Pembangunan drainase di sebelah jalan rel KM. 0+700 Rencana Drainase
s/d 0+800 untuk mengalirkan air yang berada di jalan rel
Rencana drainase di KM. 0+700 s/d 0+800
38
Analisa Pengujian Jembatan Kereta Api
1. Lendutan
Lendutan didefinisikan sebagai besaran penyimpangan (deflection) yang tidak
boleh melebihi persyaratan koefisien terhadap panjang teoritis
Permasalahan
Lendutan
a) Tanpa Pembebanan
Lendutan jembatan saat tanpa dibebani
kereta antara +3 mm s/d +15 mm
b) Dibebani
Lendutan jembatan saat dibebani kereta Tidak memenuhi persyaratan lendutan
antara -210 mm s/d -300 mm maksimum, yaitu 265 mm (-)
40
Studi Kasus 12 (Lendutan)
Analisa
a) Tanpa Pembebanan
41
Studi Kasus 12 (Lendutan)
b) Dibebani
Tindak Lanjut
Lendutan
Perbaikan struktur jembatan baja agar nilai lendutan dari struktur jembatan baja
dibawah nilai lendutan yang dipersyaratkan, yaitu maksimal 265 mm (-)
43
Terima Kasih….
Kementerian Perhubungan
Direktorat Jenderal Perkeretaapian
Jl. Medan Merdeka Barat No.8
Telp.021-3506204, 385683 Fax.021-3813972
Website : www.perkeretaapian.dephub.go.id