Anda di halaman 1dari 44

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


PERHUBUNGAN
Analisa Pengujian Jembatan Kereta Api

2. Kuat Tekan Beton


Uji kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui nilai kekuatan dari struktur beton,
seperti jembatan, peron, dan sebagainya

Uji kuat tekan beton dilakukan dengan menggunakan concrete hammer test,
dimana pada setiap pengukuran diambil sepuluh sampel pengukuran dan diambil
rata-rata dari kesepuluh sampel pengujian tersebut.

Nilai dari hasil uji kuat tekan beton menggunakan concrete hammer test dalam
satuan Kg/cm2

2
Studi Kasus 13 (Kuat Tekan Beton)

Studi Kasus 13 (Kuat Tekan Beton)


Tim penguji jalur dan bangunan KA melaksanakan pengujian kuat tekan beton
menggunakan concrete hammer test di :
- BH.660(Aceh)
KM. 4+500 (Arah Stasiun Bungkah)

Permasalahan
Kuat Tekan Beton
Pengukuran nilai kuat tekan beton  Tidak sesuai dengan persyaratan teknis
pada pilar jembatan BH.660, yaitu kuat tekan beton, yaitu 300 kg/cm2
187 kg/cm2

3
Studi Kasus 13 (Kuat Tekan Beton)

Analisa
Kuat Tekan Beton

Jembatan Uji Fungsi


Standar Keterangan
BH.660 (Aktual)

Pangkal (A1) 340 Kg/cm2  Min. 300 Kg/cm2 Memenuhi

Pilar 187 Kg/cm2 Min. 300 Kg/cm2 Tidak Memenuhi


 

Pangkal (A2) 340 Kg/cm2 Min. 300 Kg/cm2 Memenuhi

Pengujian kuat tekan beton dengan


concrete hammer test
Tindak Lanjut
Kuat Tekan Beton
Tindakan yang dilakukan adalah penggantian pilar jembatan dengan mutu beton yang memenuhi
persyaratan teknis (kuat tekan beton min. 300 Kg/cm2)

4
Analisa Pengujian Jembatan Kereta Api

3. Bantalan
a. Bantalan beton;
b. Bantalan kayu; dan
c. Bantalan besi.

Bantalan harus memenuhi persyaratan berikut :


1. Bantalan beton merupakan struktur prategang dengan kuat tekan karakteristik
tidak kurang dari 500 kg/cm2, dan mutu baja prategang dengan tegangan putus
minimum sebesar 17.000 kg/cm2 ;
2. Bantalan kayu, harus memenuhi persyaratan modulus elastisitas (E) mínimum
150.000 kg/cm2. Harus mampu menahan momen maksimum sebesar 800 kg-m.
Berat jenis kayu minimum = 0.9, kadar air maksimum 30%, tanpa mata kayu,
retak tidak boleh sepanjang 230 mm dari ujung kayu;
3. Bantalan besi dengan profil cross section UIC 28, kandungan Carbon
Manganese Steel Grade 900 A, pada bagian tengah bantalan maupun pada
bagian bawah rel, mampu menahan momen maksimum sebesar 650 kg-m,
tegangan tarik 880-1030 N/mm2. Elongation A1 > 10 %.

5
Studi Kasus 14 (Bantalan Beton)

Studi Kasus 14 (Bantalan Beton)


Tim penguji jalur dan bangunan KA melaksanakan pemeriksaan bantalan beton
untuk lebar jalan rel 1435 mm di :
- Lintas Bangil - Banyuwangi
BH. 285A pada KM. 63+268

Permasalahan
Bantalan Beton
Jarak antar bantalan beton terlalu jauh  Melebihi jarak antar bantalan beton yang
yaitu 102 cm, akibat gongsol pemikul dipersyaratkan, yaitu 60 cm
memanjang yang terlalu pendek

6
Studi Kasus 14 (Bantalan Beton)

Analisa
Bantalan Beton

Jarak bantalan yang terlalu jauh Kondisi bantalan pada jembatan BH. 285A
melebihi 60 cm yaitu 102 cm
akibat gongsol pemikul
memanjang yang terlalu pendek

7
Studi Kasus 14 (Bantalan Beton)

Analisa
Bantalan Beton

Lokasi PM No.28 Thn 2011


Uji Fungsi (Aktual) Keterangan
(KM) (Standar)

63+268 Jarak antar bantalan Jarak antar bantalan


Tidak Memenuhi
(BH.285A) adalah 102 cm adalah 60 cm

Tindak Lanjut
Bantalan Beton
Tindakan yang dilakukan adalah melakukan setting jarak antar bantalan beton yang sesuai dengan
standar yang dipersyaratkan, yaitu 60 cm.

8
Analisa Pengujian Jembatan Kereta Api

4. Drainase
Drainase adalah sistem pengaliran pembuangan air di suatu daerah jalan rel agar
tidak sampai terjadi penggenangan.

Fungsi Drainase:
- Mengurangi pengaruh air yang dapat merubah konsistensi tanah
- Tidak terjadi genangan air pada jalan rel yang dapat menyebabkan
penggembungan lempung dan efek pompa disaat kereta lewat

Minimum 1.20
Tanah Dasar
Drainase

9
Studi Kasus 15 (Drainase)

Studi Kasus 15 (Drainase)


Tim penguji jalur dan bangunan KA melaksanakan pemeriksaan drainase untuk
lebar jalan rel 1435 mm di :
- Lintas St. Krueng Mane – St. Krueng Geukuh (Aceh)
KM. 0+000 s/d KM. 11+500 (pengukuran tiap 100 meter)

Permasalahan
Drainase
Gorong-gorong yang merupakan saluran  Gorong-gorong tidak memenuhi fungsi
drainase di KM.1+370 dan KM.3+550 sebagai saluran drainase
tidak berfungsi akibat tertimbun tanah

Panjang Lebar Tinggi Mutu


No Sta / Km Diameter (cm) Kondisi
(m) (m) (m) Kg/cm2
1 1+370 8,25 - - 296 75 Tertimbun Tanah
2 3+660 9,2 - - 238 75 Tertimbun Tanah

10
Studi Kasus 15 (Drainase)

Analisa
Drainase

Lokasi PM No.28 Thn 2011


Uji Fungsi (Aktual) Keterangan
(KM) (Standar)

Gorong-gorong Gorong-gorong
1+370 Tidak Memenuhi
tertimbun tanah (saluran drainase)
Gorong-gorong tertimbun tanah
Gorong-gorong Gorong-gorong di KM.1+370
3+550 Tidak Memenuhi
tertimbun tanah (saluran drainase)

Tindak Lanjut
Drainase
Tindakan yang dilakukan adalah melakukan perbaikan gorong-gorong
dan perawatan agar gorong-gorong dapat berfungsi sebagai saluran
drainase Gorong-gorong tertimbun tanah
di KM. 3+550
12
Analisa Pengujian Jembatan Kereta Api

Persyaratan Ruang untuk Operasi


Untuk kepentingan operasi di terowongan kereta api harus memiliki pengaturan
ruang yang terdiri dari:
a.Ruang Bebas
Ruang di atas jalan rel yang senantiasa harus bebas dari segala rintangan
dan benda penghalang yang disediakan untuk lalu lintas rangkaian kereta api

b.Ruang Bangun
Ruang di sisi jalan rel yang senantiasa harus bebas dari segala bangunan
tetap seperti: tiang semboyan, tiang listrik & pagar

13
Studi Kasus 16 (Ruang Bebas dan Ruang Bangun)

Studi Kasus 16 (Ruang Bebas dan Ruang Bangun)


Tim penguji jalur dan bangunan KA melaksanakan pengukuran
ruang bebas dan ruang bangun pada lebar jalan rel 1067 mm di :
- Terowongan Lambegan
Lintas Sukabumi – Cianjur

Permasalahan
Ruang Bebas dan Ruang Bangun 1067 mm di Terowongan
Dinding samping terowongan terjadi  Tidak memenuhi persyaratan ruang bebas
pergeseran sehingga jarak ruang bebas (1.82 m) dan ruang bangun (2.15 m)
dan ruang bangun kurang dari nilai
batas aman (1.75 m)

14
Studi Kasus 16 (Ruang Bebas dan Ruang Bangun)

Analisa
a) Ruang Bebas 1067 mm di Terowongan

Lokasi Uji Fungsi PM No.28 Thn 2011


(KM) (Aktual) (Standar) Keterangan

Terowongan Pada ketinggian


1.75 m 1.82 m Tidak Memenuhi
Lambegan +480 mm

1.75 m

Dinding samping terowongan


pada jarak kurang dari batas Ruang bebas pada lurusan
aman ruang bebas (PM No.28 Tahun 2011) 15
Studi Kasus 16 (Ruang Bebas dan Ruang Bangun)

b) Ruang Bangun 10767 mm di Terowongan

Uji Fungsi PM No.28 Thn 2011


Lokasi (KM) Keterangan
(Aktual) (Standar)

Terowongan 2.15 m di kiri kanan


1.75 m Tidak Memenuhi
Lambegan sumbu jalan rel

Jarak ruang bangun pada lintas bebas


(PM No.28 Tahun 2011)
1.75 m
Segmen Jalur Lebar rel 1435 (mm)

2.15 m di kiri kanan


Terowongan
sumbu jalan rel

Dinding samping terowongan


pada jarak kurang dari batas
aman ruang bangun 16
Studi Kasus 16 (Ruang Bebas dan Ruang Bangun)

Tindak Lanjut
Ruang Bebas dan Ruang Bangun 1067 mm di Terowongan
Perbaikan berupa pengikisan dan pemasangan baja penyangga (steel support)
pada dinding samping terowongan dengan jarak yang sesuai batas aman
ruang bebas (1.82 m) dan ruang bangun (2.15 m) untuk terowongan dengan
lebar jalan rel 1067 mm.

17
Analisa Pengujian Terowongan Kereta Api

Lebar Jalan Rel


a) Lebar jalan rel terdiri dari 1067 mm dan 1435 mm.
Lebar jalan rel merupakan jarak minimum kedua sisi kepala rel yang
diukur pada 0-14 mm dibawah permukaan teratas rel.

b) Penyimpangan lebar jalan rel yang dapat diterima, yaitu:


1. Jalan rel baru  0 s/d +2 mm
2. Jalan rel yang telah dioperasikan  -2 mm s/d +4 mm

18
Studi Kasus 17 (Lebar Jalan Rel)

Studi Kasus 17 (Lebar Jalan Rel)


Tim penguji jalur dan bangunan KA melaksanakan pengukuran lebar jalan rel
pada lebar jalan rel 1067 mm di :
- Terowongan Lambegan
Lintas Sukabumi – Cianjur

Permasalahan
Lebar Jalan Rel 1067 mm
Pada KM. 5+800 terdapat rel dengan kondisi  Melebihi toleransi -2 mm s/d +4 mm untuk
lebar jalan rel sepanjang 12 m melebihi dari lebar jalan rel yang telah dioperasikan
persyaratan teknis (1072 mm – 1073 mm) (1065 mm – 1071 mm)

19
Studi Kasus 17 (Lebar Jalan Rel)

Analisa
Lebar Jalan Rel 1067 mm
Lokasi (KM) Uji Fungsi (Aktual) PM No.28 Thn 2011
Keterangan
(Standar)

-2 mm s/d +4 m
5+800 1072 mm –1073 mm Tidak Memenuhi
(1065 mm – 1071 mm)

Pengukuran lebar jalan rel dengan


standard track gauge

Tindak Lanjut
Lebar Jalan Rel 1067 mm
Setting lebar jalan rel sepanjang 12 m di KM.5+800 (Terowongan Lambegan) sehingga
lebar jalan rel dapat memenuhi persyaratan teknis yang berlaku 20
Analisa Pengujian Terowongan Kereta Api

Beda Tinggi Antar Rel / Cant


Nilai beda tinggi antara rel kiri dan kanan pada lurusan adalah 0 atau tidak boleh
ada pertinggian. Tetapi toleransi yang diizinkan adalah -6 mm s/d +6 mm.

21
Studi Kasus 18 (Beda Tinggi Antar Rel / Cant)

Studi Kasus 18 (Beda Tinggi Antar Rel / Cant)


Tim penguji jalur dan bangunan KA melaksanakan pengukuran beda tinggi antar rel / cant
untuk lebar jalan rel 1067 mm di :
- Terowongan Lambegan
Lintas Sukabumi – Cianjur

Permasalahan
Beda Tinggi Antar Rel / Cant
Pada KM. 5+100 terdapat rel dengan  Melebihi toleransi beda tinggi antar rel, yaitu
beda tinggi antar rel +10 mm -6 mm s/d + 6 mm

22
Studi Kasus 18 (Beda Tinggi Antar Rel / Cant)

Analisa
Beda Tinggi Antar Rel / Cant
Lokasi PM No.28 Thn 2011
Uji Fungsi (Aktual) Keterangan
(KM) (Standar)

5+100 + 10 mm - 6 mm s/d +6 mm Tidak Memenuhi


Rel kanan lebih tinggi
10 mm dari rel kiri

Pengukuran beda tinggi antar rel


dengan standard track gauge

Tindak Lanjut
Beda Tinggi Antar Rel / Cant
Tindakan yang dilakukan agar beda tinggi antar rel kiri dan kanan pada KM. 5+100 adalah 0
dengan melakukan angkatan pada rel kiri sebesar 10 mm 23
Analisa Pengujian Terowongan Kereta Api

Beda Tinggi Antar Rel / Cant


Nilai beda tinggi antara rel kiri dan kanan pada lurusan adalah 0 atau tidak boleh
ada pertinggian. Tetapi toleransi yang diizinkan adalah -6 mm s/d +6 mm.

24
Studi Kasus 19 (Retakan)

Studi Kasus 18 (Beda Tinggi Antar Rel / Cant)


Tim penguji jalur dan bangunan KA melaksanakan pengukuran retakan untuk
lebar jalan rel 1067 mm di :
- Terowongan Lambegan
Lintas Sukabumi – Cianjur

Permasalahan
Retakan
Pada KM. 5+300 terdapat retakan  Tidak sesuai persyaratan teknis, yaitu tidak ada retak
dengan panjang retak 15 mm pada bagian dinding terowongan

25
Studi Kasus 19 (Retakan)

Analisa
Retakan
Lokasi Uji Fungsi PM No.28 Thn 2011
(KM) (Aktual) Keterangan
(Standar)

Tidak
5+100 Retak (l = 15 mm) Tidak ada retak
Memenuhi

Perbaikan retakan pada dinding atas


terowongan dengan metode grouting
Retakan pada dinding atas
terowongan

Tindak Lanjut
Retakan
Tindakan yang dilakukan adalah perbaikan pada bagian retakan dinding atas terowongan
dengan metode grouting 26
27
Analisa Pengujian Stasiun Kereta Api

Persyaratan Ruang untuk Operasi


Untuk kepentingan operasi di emplasemen stasiun kereta api harus memiliki
pengaturan ruang yang terdiri dari:
a.Ruang Bebas
Ruang di atas jalan rel yang senantiasa harus bebas dari segala rintangan
dan benda penghalang yang disediakan untuk lalu lintas rangkaian kereta api

b.Ruang Bangun
Ruang di sisi jalan rel yang senantiasa harus bebas dari segala bangunan
tetap seperti: tiang semboyan, tiang listrik & pagar

28
Studi Kasus 20 (Ruang Bangun)

Studi Kasus 20 (Ruang Bangun)


Tim penguji jalur dan bangunan KA melaksanakan pengukuran ruang bebas dan
ruang bangun pada lebar jalan rel 1067 mm di :
- Stasiun Wonogiri
KM. 31+300 / 400

Permasalahan
Ruang Bangun 1067 mm di Emplasemen
Corong pengisian air yang sudah tidak terpakai  Tidak memenuhi persyaratan batas
di emplasemen Stasiun Wonogiri berada pada ruang bangun pada emplasemen
berada pada jarak kurang dari batas aman (1.95-2.35 m)
ruang bangun (1.77 m)

29
Studi Kasus 20 (Ruang Bangun)

Analisa
Ruang Bangun 1067 mm di Emplasemen

Lokasi Uji Fungsi PM No.28 Thn 2011


(KM) (Aktual) Keterangan
(Standar)

3+300 / 400 1.77 m 1.95 m s/d 2.35 m Tidak Memenuhi

Jarak ruang bangun pada stasiun


(PM No.28 Tahun 2011)

Segmen Jalur Lebar rel 1067 (mm)

1.95 sampai 2.35 m di kiri


Emplasemen
1770 mm kanan sumbu jalan rel

Corong pengisian air pada jarak kurang


dari batas aman ruang bangun
(KM. 3+300 / 400) 30
Studi Kasus 20 (Ruang Bangun)

Tindak Lanjut
Ruang Bangun 1067 mm di Emplasemen
Menghilangkan corong pengisian air (KM. 3+300 s/d 3+400) agar jarak ruang
bangun yang sesuai batas aman ruang bangun dapat dipenuhi untuk lebar jalan
rel 1067 mm di emplasemen, yaitu 1.95 m s/d 2.35 m.

31
Analisa Pengujian Stasiun Kereta Api

1. Tinggi Peron
1. Peron tinggi, tinggi peron 1000 mm, diukur dari kepala rei;
2. Peron sedang, tinggi peron 430 mm, diukur dari kepala rei; dan
3. Peron rendah, tinggi peron 180 mm, diukur dari kepala reI.

Pengukuran tinggi peron


dengan meteran
32
Studi Kasus 21 (Tinggi Peron)

Studi Kasus 21 (Tinggi Peron)


Tim penguji jalur dan bangunan KA melaksanakan pengujian tinggi peron di :
- Stasiun Rejosari (Lampung)
KM. 4+500

Permasalahan
Tinggi Peron
Tinggi peron pada Stasiun Rejosari  Tidak sesuai dengan persyaratan teknis
(peron sedang), yaitu 50 cm untuk tinggi peron sedang, yaitu 43 cm

33
Studi Kasus 21 (Tinggi Peron)

Analisa
Tinggi Peron
Lokasi PM No.29 Thn 2011
Uji Fungsi (Aktual) Keterangan
(KM) (Standar)

0+800 50 cm 43 cm Tidak Memenuhi

Pengukuran tinggi peron


dengan meteran
Tindak Lanjut
Tinggi Peron
Perbaikan tinggi peron agar sesuai dengan persyaratan teknis, yaitu 430 mm (peron sedang)
34
Analisa Pengujian Stasiun Kereta Api

2. Jarak Tepi Peron ke As Jalan Rel


1. Peron tinggi, 1600 mm (untuk lurusan) dan 1650 mm (untuk lengkungan);
2. Peron sedang, 1350 mm; dan
3. Peron rendah, 1200 mm.

Pengukuran jarak tepi peron


ke as jalan rel dengan meteran
35
Studi Kasus 22 (Jarak Tepi Peron ke As Jalan Rel)

Studi Kasus 22 (Jarak Tepi Peron ke As Jalan Rel)


Tim penguji jalur dan bangunan KA melaksanakan pengujian jarak tepi peron ke
as jalan rel di :
- Stasiun Rejosari (Lampung)
KM. 4+500

Permasalahan
Jarak Tepi Peron ke As Jalan Rel
Jarak tepi peron ke as jalan rel  Tidak memenuhi jarak tepi peron ke as jalan rel
pada Stasiun Rejosari pada peron sedang, yaitu 1350 mm
(peron sedang), yaitu 1740 mm

36
Studi Kasus 22 (Jarak Tepi Peron ke As Jalan Rel)

Analisa
Jarak Tepi Peron ke As Jalan Rel
Lokasi PM No.29 Thn 2011
Uji Fungsi (Aktual) Keterangan
(KM) (Standar)

0+800 1740 mm 1350 mm Tidak Memenuhi

1740 mm

Pengukuran tinggi peron


Tindak Lanjut dengan meteran
Tinggi Peron
Perbaikan tepi peron agar jarak tepi peron ke as jalan rel sesuai dengan persyaratan teknis,
yaitu 1350 mm (peron sedang) 37
Analisa Pengujian Stasiun Kereta Api

3. Lebar Peron
Lebar peron tidak boleh kurang dari ketentuan lebar peron minimal sebagai berikut :

No. Jenis Peron Di antara dua jalur (island Di tepi jalur


platform) (side platform)
.
1. Tinggi 2m 1,65 m

2. Sedang 2,5 m 1,9 m

3. Rendah 2,8 m 2,05 m

38
Studi Kasus 23 (Lebar Peron)

Studi Kasus 23 (Lebar Peron)


Tim penguji jalur dan bangunan KA melaksanakan pengujian lebar peron di :
- Stasiun Rejosari (Lampung)
KM. 4+500

Permasalahan
Lebar Peron
Lebar peron pada Stasiun Rejosari  Tidak memenuhi persyaratan reknis
yaitu 1.55 m (peron sedang) lebar peron minimal pada Stasiun Rejosari,
yaitu 1.90 m (peron sedang)

39
Studi Kasus 23 (Lebar Peron)

Analisa
Lebar Peron
Lokasi PM No.29 Thn 2011
Uji Fungsi (Aktual) Keterangan
(KM) (Standar)

0+800 1.55 m 1.9 m Tidak Memenuhi

1.55 m

Pengukuran lebar peron


Tindak Lanjut dengan meteran
Lebar Peron
Perbaikan lebar peron agar sesuai dengan persyaratan teknis, yaitu 1.9 m (peron sedang)
40
Analisa Pengujian Stasiun Kereta Api

4. Garis Batas Aman Peron


1. Peron tinggi, minimal 350 mm dari sisi tepi luar ke as peron.
2. Peron sedang, minimal 600 mm dari sisi tepi luar ke as peron.
3. Peron rendah, minimal 750 mm dari sisi tepi luar ke as peron.

41
Studi Kasus 24 (Garis Batas Aman Peron)

Studi Kasus 24 (Garis Batas Aman Peron)


Tim penguji jalur dan bangunan KA melaksanakan pengujian garis batas aman peron di :
- Stasiun Rejosari (Lampung)
KM. 4+500

Permasalahan
Garis Batas Aman Peron
Garis batas aman peron pada Stasiun Rejosari  Tidak memenuhi persyaratan reknis
yaitu 450 mm garis batas aman peron, yaitu 600 mm

42
Studi Kasus 24 (Garis Batas Aman Peron)

Analisa
Garis Batas Aman Peron
Lokasi PM No.29 Thn 2011
Uji Fungsi (Aktual) Keterangan
(KM) (Standar)

0+800 450 mm 600 mm Tidak Memenuhi

450 mm

Pengukuran lebar peron


Tindak Lanjut dengan meteran
Garis Batas Aman Peron
Pelebaran garis batas aman peron agar sesuai dengan persyaratan teknis, yaitu 600 mm
(peron sedang) 43
Terima Kasih….
Kementerian Perhubungan
Direktorat Jenderal Perkeretaapian
Jl. Medan Merdeka Barat No.8
Telp.021-3506204, 385683 Fax.021-3813972
Website : www.perkeretaapian.dephub.go.id

Anda mungkin juga menyukai