Uji kuat tekan beton dilakukan dengan menggunakan concrete hammer test,
dimana pada setiap pengukuran diambil sepuluh sampel pengukuran dan diambil
rata-rata dari kesepuluh sampel pengujian tersebut.
Nilai dari hasil uji kuat tekan beton menggunakan concrete hammer test dalam
satuan Kg/cm2
2
Studi Kasus 13 (Kuat Tekan Beton)
Permasalahan
Kuat Tekan Beton
Pengukuran nilai kuat tekan beton Tidak sesuai dengan persyaratan teknis
pada pilar jembatan BH.660, yaitu kuat tekan beton, yaitu 300 kg/cm2
187 kg/cm2
3
Studi Kasus 13 (Kuat Tekan Beton)
Analisa
Kuat Tekan Beton
4
Analisa Pengujian Jembatan Kereta Api
3. Bantalan
a. Bantalan beton;
b. Bantalan kayu; dan
c. Bantalan besi.
5
Studi Kasus 14 (Bantalan Beton)
Permasalahan
Bantalan Beton
Jarak antar bantalan beton terlalu jauh Melebihi jarak antar bantalan beton yang
yaitu 102 cm, akibat gongsol pemikul dipersyaratkan, yaitu 60 cm
memanjang yang terlalu pendek
6
Studi Kasus 14 (Bantalan Beton)
Analisa
Bantalan Beton
Jarak bantalan yang terlalu jauh Kondisi bantalan pada jembatan BH. 285A
melebihi 60 cm yaitu 102 cm
akibat gongsol pemikul
memanjang yang terlalu pendek
7
Studi Kasus 14 (Bantalan Beton)
Analisa
Bantalan Beton
Tindak Lanjut
Bantalan Beton
Tindakan yang dilakukan adalah melakukan setting jarak antar bantalan beton yang sesuai dengan
standar yang dipersyaratkan, yaitu 60 cm.
8
Analisa Pengujian Jembatan Kereta Api
4. Drainase
Drainase adalah sistem pengaliran pembuangan air di suatu daerah jalan rel agar
tidak sampai terjadi penggenangan.
Fungsi Drainase:
- Mengurangi pengaruh air yang dapat merubah konsistensi tanah
- Tidak terjadi genangan air pada jalan rel yang dapat menyebabkan
penggembungan lempung dan efek pompa disaat kereta lewat
Minimum 1.20
Tanah Dasar
Drainase
9
Studi Kasus 15 (Drainase)
Permasalahan
Drainase
Gorong-gorong yang merupakan saluran Gorong-gorong tidak memenuhi fungsi
drainase di KM.1+370 dan KM.3+550 sebagai saluran drainase
tidak berfungsi akibat tertimbun tanah
10
Studi Kasus 15 (Drainase)
Analisa
Drainase
Gorong-gorong Gorong-gorong
1+370 Tidak Memenuhi
tertimbun tanah (saluran drainase)
Gorong-gorong tertimbun tanah
Gorong-gorong Gorong-gorong di KM.1+370
3+550 Tidak Memenuhi
tertimbun tanah (saluran drainase)
Tindak Lanjut
Drainase
Tindakan yang dilakukan adalah melakukan perbaikan gorong-gorong
dan perawatan agar gorong-gorong dapat berfungsi sebagai saluran
drainase Gorong-gorong tertimbun tanah
di KM. 3+550
12
Analisa Pengujian Jembatan Kereta Api
b.Ruang Bangun
Ruang di sisi jalan rel yang senantiasa harus bebas dari segala bangunan
tetap seperti: tiang semboyan, tiang listrik & pagar
13
Studi Kasus 16 (Ruang Bebas dan Ruang Bangun)
Permasalahan
Ruang Bebas dan Ruang Bangun 1067 mm di Terowongan
Dinding samping terowongan terjadi Tidak memenuhi persyaratan ruang bebas
pergeseran sehingga jarak ruang bebas (1.82 m) dan ruang bangun (2.15 m)
dan ruang bangun kurang dari nilai
batas aman (1.75 m)
14
Studi Kasus 16 (Ruang Bebas dan Ruang Bangun)
Analisa
a) Ruang Bebas 1067 mm di Terowongan
1.75 m
Tindak Lanjut
Ruang Bebas dan Ruang Bangun 1067 mm di Terowongan
Perbaikan berupa pengikisan dan pemasangan baja penyangga (steel support)
pada dinding samping terowongan dengan jarak yang sesuai batas aman
ruang bebas (1.82 m) dan ruang bangun (2.15 m) untuk terowongan dengan
lebar jalan rel 1067 mm.
17
Analisa Pengujian Terowongan Kereta Api
18
Studi Kasus 17 (Lebar Jalan Rel)
Permasalahan
Lebar Jalan Rel 1067 mm
Pada KM. 5+800 terdapat rel dengan kondisi Melebihi toleransi -2 mm s/d +4 mm untuk
lebar jalan rel sepanjang 12 m melebihi dari lebar jalan rel yang telah dioperasikan
persyaratan teknis (1072 mm – 1073 mm) (1065 mm – 1071 mm)
19
Studi Kasus 17 (Lebar Jalan Rel)
Analisa
Lebar Jalan Rel 1067 mm
Lokasi (KM) Uji Fungsi (Aktual) PM No.28 Thn 2011
Keterangan
(Standar)
-2 mm s/d +4 m
5+800 1072 mm –1073 mm Tidak Memenuhi
(1065 mm – 1071 mm)
Tindak Lanjut
Lebar Jalan Rel 1067 mm
Setting lebar jalan rel sepanjang 12 m di KM.5+800 (Terowongan Lambegan) sehingga
lebar jalan rel dapat memenuhi persyaratan teknis yang berlaku 20
Analisa Pengujian Terowongan Kereta Api
21
Studi Kasus 18 (Beda Tinggi Antar Rel / Cant)
Permasalahan
Beda Tinggi Antar Rel / Cant
Pada KM. 5+100 terdapat rel dengan Melebihi toleransi beda tinggi antar rel, yaitu
beda tinggi antar rel +10 mm -6 mm s/d + 6 mm
22
Studi Kasus 18 (Beda Tinggi Antar Rel / Cant)
Analisa
Beda Tinggi Antar Rel / Cant
Lokasi PM No.28 Thn 2011
Uji Fungsi (Aktual) Keterangan
(KM) (Standar)
Tindak Lanjut
Beda Tinggi Antar Rel / Cant
Tindakan yang dilakukan agar beda tinggi antar rel kiri dan kanan pada KM. 5+100 adalah 0
dengan melakukan angkatan pada rel kiri sebesar 10 mm 23
Analisa Pengujian Terowongan Kereta Api
24
Studi Kasus 19 (Retakan)
Permasalahan
Retakan
Pada KM. 5+300 terdapat retakan Tidak sesuai persyaratan teknis, yaitu tidak ada retak
dengan panjang retak 15 mm pada bagian dinding terowongan
25
Studi Kasus 19 (Retakan)
Analisa
Retakan
Lokasi Uji Fungsi PM No.28 Thn 2011
(KM) (Aktual) Keterangan
(Standar)
Tidak
5+100 Retak (l = 15 mm) Tidak ada retak
Memenuhi
Tindak Lanjut
Retakan
Tindakan yang dilakukan adalah perbaikan pada bagian retakan dinding atas terowongan
dengan metode grouting 26
27
Analisa Pengujian Stasiun Kereta Api
b.Ruang Bangun
Ruang di sisi jalan rel yang senantiasa harus bebas dari segala bangunan
tetap seperti: tiang semboyan, tiang listrik & pagar
28
Studi Kasus 20 (Ruang Bangun)
Permasalahan
Ruang Bangun 1067 mm di Emplasemen
Corong pengisian air yang sudah tidak terpakai Tidak memenuhi persyaratan batas
di emplasemen Stasiun Wonogiri berada pada ruang bangun pada emplasemen
berada pada jarak kurang dari batas aman (1.95-2.35 m)
ruang bangun (1.77 m)
29
Studi Kasus 20 (Ruang Bangun)
Analisa
Ruang Bangun 1067 mm di Emplasemen
Tindak Lanjut
Ruang Bangun 1067 mm di Emplasemen
Menghilangkan corong pengisian air (KM. 3+300 s/d 3+400) agar jarak ruang
bangun yang sesuai batas aman ruang bangun dapat dipenuhi untuk lebar jalan
rel 1067 mm di emplasemen, yaitu 1.95 m s/d 2.35 m.
31
Analisa Pengujian Stasiun Kereta Api
1. Tinggi Peron
1. Peron tinggi, tinggi peron 1000 mm, diukur dari kepala rei;
2. Peron sedang, tinggi peron 430 mm, diukur dari kepala rei; dan
3. Peron rendah, tinggi peron 180 mm, diukur dari kepala reI.
Permasalahan
Tinggi Peron
Tinggi peron pada Stasiun Rejosari Tidak sesuai dengan persyaratan teknis
(peron sedang), yaitu 50 cm untuk tinggi peron sedang, yaitu 43 cm
33
Studi Kasus 21 (Tinggi Peron)
Analisa
Tinggi Peron
Lokasi PM No.29 Thn 2011
Uji Fungsi (Aktual) Keterangan
(KM) (Standar)
Permasalahan
Jarak Tepi Peron ke As Jalan Rel
Jarak tepi peron ke as jalan rel Tidak memenuhi jarak tepi peron ke as jalan rel
pada Stasiun Rejosari pada peron sedang, yaitu 1350 mm
(peron sedang), yaitu 1740 mm
36
Studi Kasus 22 (Jarak Tepi Peron ke As Jalan Rel)
Analisa
Jarak Tepi Peron ke As Jalan Rel
Lokasi PM No.29 Thn 2011
Uji Fungsi (Aktual) Keterangan
(KM) (Standar)
1740 mm
3. Lebar Peron
Lebar peron tidak boleh kurang dari ketentuan lebar peron minimal sebagai berikut :
38
Studi Kasus 23 (Lebar Peron)
Permasalahan
Lebar Peron
Lebar peron pada Stasiun Rejosari Tidak memenuhi persyaratan reknis
yaitu 1.55 m (peron sedang) lebar peron minimal pada Stasiun Rejosari,
yaitu 1.90 m (peron sedang)
39
Studi Kasus 23 (Lebar Peron)
Analisa
Lebar Peron
Lokasi PM No.29 Thn 2011
Uji Fungsi (Aktual) Keterangan
(KM) (Standar)
1.55 m
41
Studi Kasus 24 (Garis Batas Aman Peron)
Permasalahan
Garis Batas Aman Peron
Garis batas aman peron pada Stasiun Rejosari Tidak memenuhi persyaratan reknis
yaitu 450 mm garis batas aman peron, yaitu 600 mm
42
Studi Kasus 24 (Garis Batas Aman Peron)
Analisa
Garis Batas Aman Peron
Lokasi PM No.29 Thn 2011
Uji Fungsi (Aktual) Keterangan
(KM) (Standar)
450 mm