1
Ruang Lingkup
Materi yang dipelajari :
1. Kecepatan reaksi (kinetika)
2. Stabilitas sediaan obat
2
Tujuan
1. Mengetahui kinetika reaksi penguraian BAF atau
sediaan obat : kecepatan reaksi, ordo reaksi, waktu
paruh dan waktu simpan
2. Mengetahui hal-hal yg berkaitan dg stabilitas
sediaan obat
3
KINETIKA
4
Pendahuluan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan zat
antara lain:
panas,
cahaya ,
kelembaban,
oksigen,
pH,
mikroorganisme dan
bahan-bahan tambahan yang dipergunakan dalam
formula sediaan obat
5
Pendahuluan
Sebagai contoh :
Senyawa-senyawa ester dan amida seperti amil nitrat
dan kloramfenikol merupakan zat yang mudah
terhidrolisis dengan adanya lembab
Vitamin C sangat mudah sekali mengalami oksidasi
Thiamin HCl yang stabil pada pH 2-3 dan tidak stabil
pada pH > 6, maka jika dikombinasikan dengan buffer,
misal buffer dg pH 8-9, maka vitamin akan dengan
cepatnya menjadi inaktif.
6
Pendahuluan
Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat dapat
dilakukan melalui perhitungan kinetika kimia.
Cara ini tidak memerlukan waktu lama sehingga
cukup praktis digunakan dalam bidang farmasi.
7
Pendahuluan
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam penentuan
kestabilan suatu zat secara kinetika kimia adalah :
Kecepatan reaksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
Tingkat reaksi dan cara penentuan
8
Kecepatan Reaksi
Kecepatan reaksi diekspresikan dg inisial dc/dt.
Dimana dc merupakan perubahan konsentrasi suatu
zat selama dt.
Menurut hukum aksi massa, bahwa kecepatan reaksi
kimia sebanding dengan produk reaktan dalam
molaritas yang biasanya ditandai dengan tanda a dan
b dari molekul A dan B.
aA + bB + … = Produk
9
Kecepatan Reaksi
aA + bB + … = Produk
Maka kecepatan reaksi dr persamaan reaksi di atas adl :
dA/dt = - 1 d(A)
a dt
dB/dt = - 1 d(B) = ….k(A)a(B)b…
b dt
Secara teori reaksi di atas adl ordo 1 untuk etil asetat dan
natrium hidroksida; keseluruhan reaksi adalah berordo 2 (a+b
= 2)
11
Kecepatan Reaksi
Namun berdasarkan reaksi yang terjadi :
NaOH berperan seperti pelarut dan berjumlah melimpah, sehingga
perubahan konsentrasi dapat diabaikan.
Etil asetat berjumlah relatif lebih kecil, sehingga dari reaksi tersebut
etil asetatlah yang mempunyai kemungkinan berubah konsentrasinya.
Sehingga kecepatan reaksinya dapat ditulis
d(CH3COOC2H5) = k’(CH3COOC2H5)
dt
12
Kecepatan Reaksi
Lanjutan…
Dimana k’ = k(NaOH). Reaksi di atas dapat
dikatakan reaksi berordo pseudo satu, karena
reaksi tersebut hanya bergantung pada satu
kekuatan, yaitu konsentrasi etil asetat.
Secara umum dikatakan bahwa : ketika reaktan
berada dlm jumlah yg sangat besar, sehingga
konsentrasinya dianggap konstan, maka reaksi
tersebut dikatakan berordo pseudo satu.
13
Ordo Reaksi
1. Ordo Nol
= Kecepatan reaksi tidak bergantung pd konsentrasi
obat. Garrett dan Carper2 menemukan bahwa
hilangnya warna pada produk multisulfa ( = 500nm)
mengikuti kecepatan reaksi ordo nol.
Kecepatan perubahan absorbansi, A, terhadap waktu
adalah :
- dA/dt = k0
14
Ordo Reaksi
Lanjutan…. Ordo Nol
Tanda minus menunjukkan penurunan absorbansi
yang signifikan (co : warna jd pudar).
Kecepatan pudar nampak konstan dan tidak
bergantung pada konsentrasi pewarna yg digunakan.
Persamaan reaksi :
At t
dA = -k0 dt
A0 0
At - Ao = -k0t
At = A0 - k0t
15
Ordo Reaksi
Lanjutan… Ordo Nol
Jika persamaan garis di atas diplot konsentrasi (c)
pada garis vertikal dan waktu (t) pada garis
horizontal, maka slope atau kemiringan adalah -k0.
c
slope = - ko
t
16
Ordo Reaksi
Lanjutan…. Ordo Nol..
Bila k0 = 0,00082/jam, Ao = 0,470 dan ½ A0 = 0,235, maka t
½ t:½ = ½ A0 = 0,235 = 2,9 x 102 jam
k0 8,2 x 10-4
17
Ordo Reaksi
2. Ordo Pseudo Satu (Apparent Ordo)
Apparent atau ordo Pseudo satu menggambarkan
keadaan salah satu reaktan berada pada jumlah yang
melimpah, atau tidak bereaksi dan dapat dikatakan
berada pada kondisi konstan.
Contoh :
a. Reaksi hidrolisis molekul obat. Karena jumlah air
melimpah, shg konsentrasi air dianggap konstan. Pada
kasus ini, reaksi ordo dua namun mirip dengan dengan
reaksi ordo satu, sehingga dikatakan reaksi semacam ini
reaksi berordo : apparent ordo atau pseudo satu.
18
Ordo Reaksi
Lanjutan…Ordo Pseudo Satu (Apparent Ordo)…
b. Suspensi
Suspensi mempunyai kinetika berordo pseudo satu krn:
dikatakan bahwa suspensi kinetika reaksinya berordo
apparent zero,dianggap ordo nol karena molekul obat
tertdp dalam tersuspensi (reservoir), yg mana
konsentrasinya selalu konstan, dan dianggap ordo satu
karena partikel obat akan berada keadaan terlarutkan
setelah lepas dari reservoir.
Untuk molekul obat dalam larutan, mengikuti kinetika
-d(A) = k(A)
ordo satu, yaitu : dt
19
Ordo Reaksi
dimana (A) adalah konsentrasi obat sisa yang
tidak/belum terurai pd waktu t, dan k pd reaksi
berordo satu adalah konstan. Dalam suspensi
konsentrasi (A) dianggap konstan, sehingga dapat
ditulis :
k(A) = k0
-d(A) = k0
dt
20
Orde Reaksi
3. Orde Satu
Pada tahun 1918 Harned menyatakan bahwa
kecepatan dekomposisi dari hidrogen peroksida yg
dikatalisis oleh KI 0,02 M sama dengan konsentrasi yg
tersisa dari hidrogen peroksida dalam larutan
terhadap waktu.
2H2O2 2H2O + O2
21
Orde Reaksi
Lanjutan …
Walaupun terdapat dua molekul hidrogen peroksida
secara stokiometri, namun reaksi tersebut reaksi
berordo satu, sehingga persamaan kecepatan reaksinya :
-dc = kc
dt
dimana :
dc : konsentrasi hidrogen peroksida sisa yang
terdekomposisi terhadap waktu
k : konstanta kecepatan reaksi ordo satu.
22
Orde Reaksi
Lanjutan…
Integrasi dari persamaan reaksi di atas yaitu : c0 adalah konsentrasi
saat t = 0, dan ct adalah konsentrasi saat waktu tertentu (t) :
c t
k = 2,303 log c0 t = 2,303 log c0
dc = -k dt
t c k c
c0 c 0
lnc - lnco = -k(t – 0) c = c0 -kt
lnc = lnc0 - kt atau atau
logc = logc0 - kt/2,303 c = c0 10 –kt/2,303
24
Ordo Reaksi
Lanjutan….. Ordo Satu
Log konsentrasi
c0 Slope = - k/2,303
Konsentrasi
½ c0
ct
t½ t
Waktu Waktu
25
Ordo Reaksi
Lanjutan…. Ordo Satu..
Waktu Paruh
Merupakan waktu yang dibutuhkan obat untuk
terdekomposisi separuh bagiannya dari konsentrasi awal.
Contoh : Suatu obat dengan kadar awal 500 mg dan
mempunyai reaksi penguraian orde satu, maka waktu
paruhnya adalah :
t ½ = 2,303 log 500 = 2,303 log 2
k 250
t ½ = 0,695
k
26
Ordo Reaksi
4. Ordo Dua
Kecepatan reaksi dari bimolecular ketika kedua molekul berada bersama-sama
adalah :
A + B Produk
Reaksi di atas merupakan reaksi ordo dua. Ketika kecepatan reaksi bergantung
pada kedua konsentrasi reaktan ( A dan B). Kecepatan dekomposisi A setara
dengan kecepatan dekomposisi B :
-d(A) = - d(B) = k(A)(B)
dt dt
27
Ordo Reaksi
Lanjutan…Ordo Dua…
Jika a dan b merupakan konsentrasi awal dari A dan B, dan x merupakan konsentrasi
bagian yang bereaksi pada waktu t, maka kecepatan reaksinya dapat ditulis menjadi :
dx = k(a-x)(b-x)
dt
dimana dx/dt merupakan kecepatan reaksi, (a-x) dan (b-x) merupakan konsentrasi
yang tersisa dari A dan B terhadap waktu t. Pada kasus sederhana, konsentrasi A = B,
maka a = b, sehingga :
dx = k(a-x)2
dt
28
Ordo Reaksi
Lanjutan… Ordo Dua…
Hasil integrasi dari persamaan kecepatan reaksi di
atas, nilai k-nya adalah
k= 1 x
at a-x
Pada kasus yang umum, konsentrasi A tidak sama
dengan B, maka rumus untuk menghitung k-nya
adalah :
k = 2,303 log b(a- x)
t(a-b) a(b-x)
29
Contoh Soal
1. Pada reaksi antara asetat anhidrat dengan etil alkohol akan
menghasilkan etil asetat dan air, seperti persamaan reaksi di
bawah ini :
(CH3CO)2O + 2C2H5OH 2CH3CO2C2H5 + H2O
maka kecepatan reaksinya adalah :
- d(CH3CO)2O) = k[CH3CO)2O] [C2H5OH]2
dt
a) Berapakah orde dari etil asetat anhidrat dan etil alkohol dr
persamaan reaksi di atas? Dan orde berapakah dari
keseluruhan reaksi tersebut ?
b) Bila alkohol etil alkohol berperan sebagai pelarut, tuliskan
kecepatan reaksinya?
30
Contoh Soal
Lanjutan … no 1.
Jawab :
a) Asetat anhidrat berordo satu, dan etil alkohol berordo dua dan
secara keseluruhan reaksi tersebut berordo tiga.
b) Karena etil alkohol berperan sebagai pelarut, maka konsentrasinya
dianggap konstan, sehingga kecepatan reaksinya menjadi :
- d(CH3CO)2O) = k’(CH3CO)2O)
dt
Kinetika reaksi di atas adalah pseudo ordo satu, sesuai yg ditulis oleh
Glasstone.
31
Contoh Soal
2. Suatu sediaan cair aspirin mempunyai dosis
325 mg/5ml atau 6,5 g/100ml. Kelarutan dari aspirin
pada 250C adalah 0,33 g/100 ml, sehingga dibuat
dalam bentuk sediaan suspensi. Sediaan mempunyai
pH 6,0. Diketahui bahwa konstanta kecepatan reaksi
dari aspirin adalah 4,5 x 10-6/detik. Hitung konstata
kecepatan reaksi ordo nol. Tentukan waktu simpan ,
t90, bila disimpan pada suhu 250 C
Jawab :
32
Contoh Soal
Lanjutan… no 2.
Jawab :
ko = (4,5 x 10-6 /detik) x (0,33 g/100ml)
ko = 1,5 x 10-6 g/100 ml detik-1
t90 = 0,10 (A0) = (0,10) (6,5 g/100 ml)
k0 ( 1,5 x 10-6 g/100 ml detik-1 )
= 4,3 x 105 detik = 5,0 hari
33
STABILITAS
34
Pendahuluan
Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan
dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi.
Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi
dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama
dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan dosis yang
diterima pasien berkurang.
Adakalanya hasil urai tersebut bersifat toksik sehingga dapat
membahayakan jiwa pasien.
Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih
kondisi pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat
terjaga.
35
Pendahuluan
Stabilitas merupakan simbol kualitas yang penting
untuk produk obat/kosmetik
37
Jenis Spesifikasi
Spesifikasi ‘release’ : spesifikasi yang harus dipenuhi
pada waktu pembuatan, misal : 95% - 105%
Spesifikasi periksa atau spesifikasi waktu simpan atau
spesifikasi umur produk : spesifikasi yg harus dipenuhi
sepanjang waktu simpannya, misal 90% - 110%
38
Jenis Spesifikasi
Waktu simpan minimum : waktu yang dibutuhkan suatu
produk yang berada pada batas spesifikasi ‘release’ saat
pembuatan untuk mencapai batas spesifikasi periksa.
Spesifikasi ‘release’ Spesifikasi periksa
110
105 --
100 -- 100
95 --
90
39
Efek yg tidak diharapkan dari ketidakstabilan
produk Farmasi
Hilangnya zat aktif
Naiknya konsentrasi zat aktif
Bahan aktif berubah
Hilangnya keseragaman kandungan
Menurunnya status mikrobiologis
Hilangnya ‘elegancy’ produk dan ‘patient acceptability’
Pembentukan hasil urai yang toksik
Hilangnya kekedapan kemasan
Menurunnya kualitas label
Modifikasi faktor hubungan fungsional
40
Ruang Lingkup dan Alasan Uji Stabilitas
Ruang Lingkup :
•Bahan baku obat dan
Alasan Uji Stabilitas :
eksipien
•R&D formulasi 1. Kepentingan pasien
•Bahan uji klinik 2. Reputasi produsen
•Obat untuk dipasarkan 3. Mengikuti peraturan
•Reformulasi, perubahan 4. Membuat data base
tempat pembuatan,
yg penting untuk
mengatasi kesulitan,
keluhan pasien formulasi produk
•Produk dlm distribusi lain
•Penyimpanan produk oleh
pasien
•Stabilitas in vivo
41
Elemen penting untuk
program uji stabilitas :
1. Komitmen pd kualitas
Jenis Penguraian : 2. Dasar teolri saintifik
1. Kimia 3. Pengetahuan ttg peraturan
2. Fisika dan standar farmakope
3. Biologi 4. Komunikasi efektif antara :
4. Kombinasi : terapetik,
R&D, produksi, QC/QA,
toksikologi, drug product stability
bagian keluhan dan regulasi
5. Metode analitik yg
digunakan
6. Monitoring cermat untuk
anggaran stabilitas
7. Kemampuan managerial
untuk mengkoordinasi
mengoptimasi program
42
1. Periode kesesuaian : Strategi untuk meningkatkan
shelf life :
simbol kualitas untuk 1. Mengurangi kesalahan
produk yang paling cepat sampling dan analisis :
rusak karena bergantung pd ketepatan waktu sampling,
waktu, misal : hilangnya improve precision,
potensi zat aktif reproducibility
2. Statistik
2. Shelf life : 7 hari, 1 bulan 1 3. Proses : mengakhiri ampul
tahun, 18 bulan, 2, 3, 5 tahun dg gas N2
3. Expiration date : waktu yg 4. Formulasi : stability average,
tertera pd kemasan setiap mengurangi hidrolisis dan
batch yg menunjukkan masa kompleksasi dg cyclodextrin,
oksidasi-antioksidan,
berakhirnya produk tsb cemaran mikroba –pengawet.
boleh dikonsumsi
43
Zona Iklim Tempat Suhu Kelembaban Kondisi
rata2 udara Penyimpanan
tahunan
44
Jenis Stabilitas yg umum Dikenal
Stabilitas Kimia : baca di Kinetika
Stabilitas Fisika : Mempertahankan sifat fisika : penampilan,
kesesuaian, keseragaman, Disolusi, Disintegrasi, kekerasan, kemampuan
disuspensikan
Stabilitas Mikrobiologi :
a) Sterilitas atau resistensi terhadap pertumbuhan mikroba dipertahankan
sesuai dg persyaratan yg dinyatakan (jumlah koloni, dsb)
b) Zat antimikroba harus dapat mempertahankan efektifitas sediaan
dalam batas yang ditetapkan
Stabilitas Terapi : efek terapi tidak berubah selama waktu simpan
sediaan
Stabilitas Toksikologi : tidak terjadi peningkatan toksisitas yg
bermakna, misal : tidak terjadi Epi dan anhidro dalam suspensi
tetrasiklin
45
SEMOGA SUKSES
46