Anda di halaman 1dari 15

TEKS CERITA SEJARAH

TEKS CERITA
SEJARAH
1.PENGERTIAN
2.JENIS-JENIS
3.CIRI-CIRI
4.FUNGSI
5.STRUKTUR
6.KAIDAH KEBAHASAAN
7.NILAI-NILAI
8.PERBANDINGAN
9.CONTOH
01
PENGERTIAN
Teks cerita sejarah adalah teks yang didalamnya menjelaskan/menceritakan
tentang fakta atau kejadian masa lalu yang menjadiasal muasal sesuatu yang
memiliki nilai sejarah, bisa bersifat naratif atau deskriptif.
2 JENIS-JENIS

Teks Cerita Sejarah Non-Fiksi


Jenis cerita sejarah
Teks Cerita Sejarah Fiksi yang nyata. Contoh:
Jenis teks cerita sejarah biografi, autobiografi,
yang tidak nyata. cerita perjalanan, dan
Contoh: novel, cerpen, catatan sejarah.
legenda, dan roman.
3 CIRI-CIRI

Judul pada teks cerita sejarah Isinya faktual dan berbasis


memiliki sifat lebih pada data empiris
eksplisit,sedangkan cerita
dalam novel sejarah lebih
implisit Struktur teksnya kronologis
dan runtut
Disajikan secara kronologis
berdasarkan urutan kejadian
atau ururan peristiwa dimasa
lampau
Teks sejarah tidak
Berbentuk recon teks atau mempunyai koda sedangkan
cerita ulang novel sejarah memiliki koda
4 FUNGSI

Rasa gembira Alat bantu


pembelajaran

Rekreatif Intruktif

1 2 3 4

Inpiratif Edukatif

Petunjuk dan
Menginspirasi
pembelajaran
5 STRUKTUR
4. Puncak konflik (klimaks): bagian yang
paling mendebarkan,bagian ini ditentukan
1. Orientasi : pengenalan atau nya perubahan nasib beberapa tokohnya.
pembuka dari teks cerita sejarah. Misalnya berhasil atau tidaknya
menyelesaikan masalahnya
Biasanya, pada struktur ini
menggunakan jenis kalimat 5. Penyelesaian: Sebagai akhir cerita,
deskriptif . berisi penjelasan ataupun penelian
2. Pengungkapan peristiwa: Disajikan tentang sikap ataupunnasib-nasib yang
peristiwa awal yang menimbulkan dialami tokohnya setelah mengalami
berbagai masalah, yang melibatkan peristia puncak itu (nasib/kondisi akhir
berbagai situasi. yang dialami tokoh utama)
3. Menuju konflik: terjadi peningkatan 6. Koda: komentar terhadap
perhatian kegembiraan kehebohan ,
keseluruhan isi cerita yang
ataupun keterlibatan berbagai situasi yang
menyebabkan bertambahnya kesukaran fungsinya sebagai penutup.
tokoh
6 KAIDAH KEBAHASAAN

1.Menggunakan banyak kalimat bermakna lampau


2.Menggunakan banyak kata yang menyatakan urutan
waktu (konjungsi kronologis, konjungsitemporal)
3.Menggunakan konjungsi kausalitas (sebab- akibat)
4.Menggunakan kata kerja tindakan (kata kerja
material)
5.Menggunakan kata kerja mental
6.Menggunakan banyak dialog
7.Menggunakan kata sifat
Nilai-nilai
1. Nilai budaya: nilai yang dapat memberikan atau mengandung hubungan yang
mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban, atau kebudayaan.
2. Nilai moral: nilai yang dapat memberikan atau memancarkan petuah atau
ajaran yang berkaitan dengan etika atau moral.
3. Nilai agama: nilai yang berkaitan dengan nilai-nilai agama.
4. Nilai sosial: nilai yang berkaitan dengan tata pergaulan antara individu dalam
masyarakat.
5. Nilai estetis: nilai yang berkaitan dengan keindahan baik keindahan struktur
pengembangan cerita fakta cerita maupun teknik penyajian cerita.
8 PERBANDINGAN TEKS SEJARAH DENGAN NOVEL SEJARAH
TEKS SEJARAH NOVEL SEJARAH
Dituntut menunjuk kepada hal-hal yang memang pernah ada Dapat saja menggambarkan sesuatu yang tidak pernah ada
atau terjadi atau terjadi. Kesemuanya bersumber pada rekaan.
Sejarawan terikat pada keharusan, yaitu tambah atau direka. Novelis sepenuhnya bebas untuk menciptakan imajinasinya
mengenai apa, kapan, siapa, dan di mananya.

Hubungan antara fakta satu dengan fakta masa lampau. Faktor perekayasaan pengaranglah yang mewujudkan cerita
sebagai suatu kebulatan atau koherensi, dan sekali-kali ada
relevansinya dengan situasi sejarah
Sejarawan sangat terikat pada fakta mengenai apa,siapa, Pengarang novel tidak terikat pada fakta-fakta sejarah
kapan dan dimana. mengenai apa, siapa, kapan, dan di mana. Kesemuanya
dapat berupa fiksi tanpa ada kaitannya dengan fakta sejarah
tertentu. Begitu pula mengenai peristiwa-peristiwanya, tidak
diperlukan bukti, berkas, atau saksi.
Pelaku-pelaku, hubungan antara mereka, kenyataan yang Pelaku-pelaku hubungan antara mereka, kondisi dan situasi
terjadi. hidup, dan masyarakat, kesemuanya adalah hasil imajinasi
9 CONTOH
Kisah Cinta Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku
Salah satu kisah percintaan yang begitu legendaris, terlahir di Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe,
Kabupaten Kudus. Kisah tersebut berasal dari perjalanan cinta Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden
Bagus Rinangku.
Menurut kisah leluhur, Dewi Nawangsih merupakan putri Sunan Muria yang cantik jelita. Cantiknya
paras Dewi Nawangsih banyak meluluhkan hati lelaki, salah satunya adalah murid Sunan Muria yang
bernama Raden Bagus Rinangku.
Raden Bagus merupakan anak dari Sultan Agung dari Kerajaan Mataram, yang menimba ilmu kepada Sunan
Muria. Ia juga menjadi salah satu murid Sunan Muria yang tergolong pandai. Kepintaran dan wajah Raden
Bagus yang rupawan, ternyata mampu menimbulkan benih-benih asmara dihati Dewi Nawangsih.
Perasaan cinta yang tumbuh di hati kedua anak muda ini ternyata berjalan mulus. Dewi Nawangsih ternyata,
telah dijodohkan dengan salah satu murid Sunan Muria yang bernama Muthomakin. Akan tetapi Dewi
Nawangsih menolak hal tersebut.
Suatu ketika, Sunan Muria memberi tugas kepada Raden Bagus untuk pergi ke suatu sawah yang ada di
daerah Masin. Karena rasa tawaduknya kepada Sang Sunan, bergegaslah ia menuju persawahan tersebut. Di
sana, ia melihat sawah tersebut dipenuhi oleh padi yang telah menguning dan merunduk.
Dalam menjalankan perintah dari Sang Sunan, Raden Bagus melihat beberapa burung yang tengah memakan
padi-padi tersebut. Melihat hal tersebut, Raden Bagus hanya membiarkannya saja. Tak disangka, burung-
burung tersebut mampu menghabiskan seluruh padi yang ada di sawah hingga menyisakan merangnya saja.
“Hal tersebut nampaknya diketahui oleh Sunan Muria dan berhasil membuatnya marah atas keteledoran Raden
Bagus. Kemarahan tersebut diluapkannya kepada Raden Bagus,” kata Pengurus Makam Keramat Masin, Suhardi
(65), Kamis (05-04-2018).
Kemudian, Raden Bagus kembali ke sawah tersebut. Di kembalikannya bulir-bulir padi yang telah dimakan
burung tersebut, kembali seperti sedia kala. Setelah itu, Raden Bagus datang menemui Dewi Nawangsih untuk
mengatakan bahwa sebenarnya padi-padi tersebut masih utuh tidak dimakan burung.
Karena rasa cinta Dewi Nawangsih yang begitu besar kepada Raden Bagus, ia begitu saja mempercayai apa yang
dikatakan oleh Raden Bagus. Kemudian disampaikannya ungkapan Raden Bagus tersebut kepada Sunan Muria.
“Ayah, Padi tersebut tidak dimakan burung. Kalau tidak pecaya, kita buktikan saja,” kata Suhardi menirukan
perkataan Dewi Nawangsih kepada Sunan Muria.
Berangkatlah mereka berdua ke sawah tersebut. Sesampainya di sana, Sunan Muria melihat padi tersebut
kembali utuh seperti semula. Melihat hal tersebut, Sang Sunan menanyakan kembali kepada Raden Bagus,
Benarkah padi tersebut tidak dimakan burung?
Dengan segenap upaya, Raden Bagus meyakinkan Sunan Muria jika padi tersebut tidak dimakan oleh burung.
Mendengar kebohongan yang dilakukan Raden Bagus, Sunan Muria merasa begitu kecewa.
“Sunan Muria merasa kecewa karena telah dibohongi oleh Raden Bagus. Di sisi lain, Raden Bagus dirasa telah
lancang menunjukkan kehebatan ilmunya kepada Sunan Muria,” ungkapnya.
Setelah kembali ke Padepokan, kekecewaan Sunan Muria semakin memuncak. Dari puncak Gunung Muria,
Sunan Muria melampiaskan kekecewaanya tersebut dengan melepaskan busur panahnya menuju Raden Bagus.
Di daerah Masin, Raden Bagus tertembak oleh busur panah Sunan Muria tepat di dadanya. Kabar meninggalnya
Raden Bagus, ternyata didengar oleh Dewi Nawangsih dan menghantarkannya pada jasad Raden Bagus.
Perasaan kecewa berat atas sikap Sang Ayah dan rasa sedihnya atas kepergian Sang Kekasih, menjadikan Dewi
Nawangsih pun rela mati bersama Raden Bagus. Busur panah yang masih tertancap di dada Raden Bagus,
membuat Dewi Nawangsih pun menimpangi busur panah itu dengan badannya. Lalu tertusuk, dan matilah dua
sejoli itu oleh busur panah Sunan Muria.
Dalam acara pemakaman keduanya, Sultan Agung datang melihat jasad anaknya untuk terakhir kalinya.
Dalam balutan rasa duka yang mendalam, Sultan Agung mengutaran sebuah sabda. “Besuk rejoning zaman,
makam kedua anak ini dapat digunakan sebagai tempat berziarah,” ucap Suhardi menirukan perkataan Sultan
Agung.
Mendengar ucapan tersebut, para tamu takziah tertegun diam hingga Sultan Agung melontarkan sabdanya.
“Kenapa kalian diam seperti Jati” ucapnya. Dari kejadian itu, para tamu takziah seketika berubah menjadi pohon
jati.
Sampai saat ini, pohon-pohon jati yang digadang sebagai jelmaan dari para tamu takziah masih hidup dan
tumbuh lebat di area pemakaman Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinagku.
ANGGOTA KELOMPOK

ANA MUAMILAH
AINUN NAVIS
ARDI PRATAMA
DEWI DAMAYANTI
ERNA ERVIANA
ROIS FADHILA
THANK YOU
THANK YOU FOR WATCHING

Anda mungkin juga menyukai