ANGGOTA KELOMPOK
( mm/min )
d = Diameter dari Benda Kerja
i = Jumlah Operasi
n = putaran/menit dari benda
kerja ( rpm ) th = Waktu Proses Dalam Menit
s = pengisian/pemakanan ( mm )
PERHITUNGAN S’
S’ = s.n
Diketahui : L = 150 mm
i=1
n = 1400 rpm
s = 0,12 mm
Dijawab = th =
WAKTU PROSES
PENGEBORAN
WAKTU PROSES PENGEBORAN
s = pengisian/pemakanan/Feed ( mm )
i = Jumlah Operasi
S’ = s.n
Diketahui : d = 18 mm
l = 45 mm
i=3
s = 0,3 mm
n = 530 rpm
Dijawab = th =
L = l + 0,3 . D
L = 45 mm + 0,3 . 18 mm = 50,4 mm
WAKTU PROSES PENYERUTAN
DAN PEMOTONGAN ALUR
WAKTU PROSES PENYERUTAN DAN PEMOTONGAN ALUR
s = Pemakanan ( mm )
i = Jumlah Operasi
Dengan demikian th = . i
th =
Waktu Proses =
th = =
RINGKASAN PERHITUNGAN TH
Sebuah pelat baja dengan lebar 430 mm harus dikerjakan dalam dua
operasi dengan menggunakan pemakan sebesar 2 mm dan jumlah
langkah ganda sebesar 25 1/min. Hitunglah waktu proses.
Diketahui : b = 430 mm
i=2
s = 2 mm
n = 25 1/min
Dijawab = th =
Catatan :
Panjang dari Benda Kerja diketahui dengan Panjang langkah
WAKTU PROSES
PEngefraisan
Waktu proses pengefraisan
PERHITUNGAN TH
Waktu Proses =
th = =
CONTOH SOAL
Sebuah pisau mesin frais muka dengan diameter 80 mm mempunyai Sembilan gigi.
Pemotong harus mengerjakan sebuah benda kerja yang panjangnya 240 mm. Potongan
lebih adalah 4 mm dan kedalaman potong 5 mm. Kecepatan potong dan pemakanan per
gigi yang dipilih adalah 12/min dan 0,15 mm. Hitunglah waktu proses
Diketahui : d = 80 mm
z= 9
v = 12 m/menit
Sz = 0,15 mm
lx = 240 mm
lx = 4 mm
i=1
Waktu Proses Penggerindaan
Pembagian Tidak Langsung
Pembagian Universal
Gesekan
WAKTU PROSES PENGGERINDAAN
Berikutadalah beberapa simbol untuk penghitungan
penggerindaan :
1) l = Panjang Benda Kerja
2) la= Potongan Awal
3) lx = Potongan Lebih
4) L = Panjang Penggerindaan
5) b = Lebar Benda Kerja
6) bs = Lebar Roda Gerinda
7) t = Kelegaan Gerinda
8) a = Pengisian Perpotongan
9) i = Jumlah Potongan
10) tn = Waktu Proses dlm Menit
Untuk Waktu Proses Penggerindaan dibagi 2
: B) Pengerindaan Rata:
A) Penggerindaan Silindris:
1) S = Pengisian per langkah (mm)
1) S = Pengisian per Putaran (mm) 2) n = Jumlah Langkah per menit
2) n = p.p.m. Benda Kerja 3) UT = Kecepatan Pengisian
(m/min)
3) Uw = Kecepatan Keliling Benda Kerja (m/min)
tn Untuk Penggerindaan Silindris
Pengisian Untuk Satu Putaran = S – (mm)
Pengisian Untuk n Putaran =S.N
Jadi Kesimpulannya :
- S . n = Kecepatan Pengisian dari Roda Gerinda (mm/min). Mengapa bisa
begitu ?
• Pada Umumnya :
1) KECEPATAN = Jarak Yang Ditempuh / Waktu , maka :
2) Untuk I potongan kita dapatkan :
JUMLAH LUBANG
l 15 16 17 18 19 20
ll 21 23 27 29 31 33
lll 37 39 41 43 47 49
2)Langkah Tambahan :
Perbedaan T’ – T yang timbul diimbangi dengan
roda-gigi putar dan arah putaran dikompen-
sasikan dengan roda gigi antara.
*T’< T menghasi kan nilai + (plus) :
Nilai + tersebut di pecah menjadi 2 :
a) Transmisi sederhana : 2 Roda-Gigi tukar + 1 Roda-Gigi antara
b) Transmisi ganda : 4 Roda-Gigi tukar tanpa Roda-Gigi antara
*T’ < T menghasilkan nilai – (negatif)
Nilai negatif tersebut kemudian terpecah menjadi 2:
a) Transmisi sederhana : 2 Roda-Gigi tukar + 2 Roda-Gigi antara
b) Transmisi ganda : 4 Roda-Gigi tukar + 1 Roda-Gigi antara
=
n penggerak bersesuaian dgn 1 putaran dari poros
piranti pembagi.
GESEKAN
1) Gesekan Luncur
Rasio antara gaya gesekan dan gaya normal adalah
koefisien gesekan :
Catatan : Koefisian dari gesekan statis adalah antara 0.15 dan 0.35,
tergantung pasangan lapisan yang digunakan
Momen Puntir
Momen puntir yang dapat dipindahkan adalah perkalian dari gaya gesekan dengan
radius gaya putar
Catatan : Interval evektif dari gaya gesekan yang beroprasi dihitung atas dasar nilai rata rata
kedua radius lapisan
Ringakasan
Bidang Kontak
• Tekanan Kontak
• Gaya Gesekan
• Momen Puntir Gesekan
Contoh
Contoh Soal
Tekanan Gas
Konsep Tekanan
Satuan dari turunan tekanan telah di bahas di materi “Tekanan dan Gaya”
Catatan : untuk perbandingan 1 pascal kurang lebih tekanan seekor lalat atas luat 1cm2. Karena tekanan
sebesar ini untuk bidang teknik adalah kecil sekali, maka digunakan satuan “bar” untuk 105 Pa
Catatan :
Tekanan Udara
Kesimpulan : Tekanan 1 bar = 1000 mbar sesuai dengan sebuah kolom air raksa dengan tinggi 750 mm
Tekanan Mutlak
Pa = 1+Po
Pa = 1-Pu
A = Penampang Las
L = Panjang kampuh Las
A’ = Penampang batang
l = Panjang elektroda yang digunakan
i = Jumlah elektroda
Contoh
PERHITUNGAN
KAMPUH LAS
1. Tegangan-tegangan las
Dalam penampang las, tegangan yang diperkecil
oleh faktor yang berdasarkan pengalaman, seperti
0,65 jika ada beban pada kampuh las sudut.
2. Lekuk awal = lekuk akhir = a
Untuk panjang kampuh las yang dibebani,
pengurangan lekuk harus dimasukkan dalam
perhitungan.
I = L-2.a
3. Bagian yang tersambung bersifat simetris
F = A.
*note A = Σ (a . l)
4. Bagian yang tersambung bersifat asimetris
Gaya yang bekerja pada titik berat harus dihitung sesuai
dengan hukum tuas, yang diterapkan pada sambungan-
sambungan yang di las.
=F.e
. b = F . (b – e)
=
=
F = Gaya (N)
A = Penampang Longiduntal kampuh (
L = Panjang total kampuh las (dengan lekuk awal dan lekuk akhir)
I = Panjang kampuh las yang dibebani
Q = A . V = V/t
Keterangan:
V = volume fluida yang mengalir ()
t = waktu (s)
A = luas penampang (
v = Kecepatan aliran (m/s)
Q = debit aliran fluida (
RUMUS FLUIDA KONTINUITAS
Kontinuitas atau kekekalan debit ini dapat dinyatakan
dengan rumus persamaan kontinuitas yang dituliskan
sebagai berikut
=
. = .
RUMUS TEKANAN HIDROSTATIS
Tekanan hidrostatis pada titik kedalaman berapapun
tidak dipengaruhi oleh berat air, luasan permukaan air,
ataupun bentuk bejana air. Tekanan hidrostatis
menekan ke segala arah. Satuan tekanan adalah
Newton per meter kuadrat (N/m2) atau Pascal (Pa).
Rumus tekanan hidrostatis diformulasikan dengan:
=ρ.g.h
keterangan:
ρ = berat jenis air (untuk air tawar, ρ = 1000)
g = besar percepatan gravitasi 9,8
h = titik kedalaman yang diukur dari permukaan air
(m)
HUKUM OHM
Bunyi Hukum Ohm
Hukum Ohm dinamai dari ahli fisika Jerman, Georg Simon Ohm (1787-
1854). Hukum Ohm digunakan untuk menghitung tegangan listrik,
hambatan listrik, atau kuat arus dalam rangkaian listrik.
Rumus Hukum Ohm
Keterangan:
R = Hambatan (Ω)
V = Tegangan Listrik (V)
I = Kuat Arus Listrik (A)
PENERAPAN HUKUM OHM DALAM RANGKAIAN LISTRIK
2. Hubungan paralel