Anda di halaman 1dari 42

TRANSPORTASI PASIEN

& TATA LAKSANA


BENCANA
Modul 8.1 Kedokteran Emergensi & Multisistem
FK Universitas Abdurrab
Learning Objective, Menjelaskan
Prinsip transportasi pasien trauma
Prinsip triage pada kondisi bencana
Prinsip pertolongan pada keadaan bencana
Cara merujuk pasien yang tidak stabil
Topik
Prinsip Transfer Pasien
Tanggung Jawab dalam Transfer Pasien
Moda Transportasi
Protokol Transfer
Definisi Bencana
Fase Pengelolaan Bencana
Triage Lapangan
Situasi Khusus
Skenario
Pria, 27 tahun, pk 21.00
Pasca kecelakaan lalu lintas
Dibawa ke IGD RS tipe C di kabupaten yang memiliki
CT scan dan USG, tetapi tidak memiliki pelayanan
bedah syaraf
Kondisi pasien:
A: gurgling
B: nafas dangkal, F 12x/m
C: TDS 90 mmHg, N 120x/m
D: GCS 6
Prinsip Transfer Pasien
Primum non nocere (first, do no harm)
Konteks transfer:
Prahospital
Intrahospital
Interhospital
Indikasi:
Kebutuhan medis pasien
Lainnya
Tingkat perawatan pasien harus meningkat pada setiap fase
Aspek keselamatan pasien
Tepat waktu, tepat pasien
Prinsip Transfer Pasien (2)
Hasil akhir/ keluaran pasien trauma berkaitan langsung
dengan lama waktu sejak cidera terjadi sampai
perawatan definitif yang tepat diberikan.
Penentuan tepat waktu
Ketersediaan sumber daya
Waktu dan jarak tempuh
Tingkat ketrampilan petugas pendamping transfer
Intervensi keadaan mengancam jiwa
Prinsip Transfer Pasien (3)
Penentuan tepat pasien
Penilaian awal kondisi pasien yang lengkap dan tepat
Identifikasi masalah dan kebutuhan pasien
Pemahaman mengenai kapasitas pelayanan kesehatan,
baik yang saat ini maupun yang dituju
Penetapan prioritas transfer
Pitfalls
Menunda transfer untuk melakukan uji diagnostik yang
tidak mengubah keputusan transfer atau tata laksana.
Penilaian pasien dan persiapan transfer yang tidak
memadai, sehingga peluang deteriorasi selama transfer
meningkat.
Indikasi Transfer Segera
Kategori Cidera dan Faktor Lainnya
Sistem Syaraf Pusat • Cidera kepala
– Cidera tembus atau fraktur depresi
– Cidera terbuka dengan atau tanpa kebocoran LCS
– GCS <15 atau abnormal secara neurologis
– Tanda lateralisasi
• Cidera medula spinalis atau cidera vertebra mayor
Thoraks • Mediastinum melebar atau tanda cidera pembuluh darah
besar
• Cidera mayor dinding thoraks atau kontusio pulmonum
• Cidera cardiac
• Pasien yang memerlukan ventilasi mekanis jangka panjang
Pelvis/Abdomen • Disrupsi pelvis yang tidak stabil
• Disrupsi pelvis dengan syok atau bukti perdarahan
berkelanjutan
• Cidera pelvis terbuka
• Cidera organ padat
Ekstremitas • Fraktur terbuka
• Traumatic amputation dengan potensi replantasi
• Fraktur yang melibatkan persendian
• Crush injury mayor
• Iskemia
Indikasi Transfer Segera (2)
Kategori Cidera dan Faktor Lainnya
Cidera Multisistem • Cidera kepala, thoraks, abdomen atau pelvis
• Cidera pada lebih dari 2 regio tubuh
• Luka bakar mayor dengan cidera penyerta
• Fraktur tulang panjang prokosimal multipel
Faktor Komorbid • Usia > 55 tahun
• Anak berusia <5 tahun
• Penyakit cardiac atau respirasi
• Diabetes tipe I
• Obesitas morbid
• Kehamilan
• Immunosupresi
Deteriorasi Sekunder • Memerlukan ventilasi mekanis
(Sequelae Lanjut) • Sepsis
• Gagal sistem organ tunggal atau multipel
• Nekrosis jaringan luas

Diadaptasi dari ACS Committee on Trauma. Resources for Optimal Care of the Injured
Patient.Chicago, IL; ACS; 2006.
Skenario
Pria, 27 tahun, pk 21.00
Pasca kecelakaan lalu lintas
Dibawa ke IGD RS tipe C di kabupaten yang memiliki
CT scan dan USG, tetapi tidak memiliki pelayanan
bedah syaraf
Kondisi pasien:
A: gurgling
B: nafas dangkal, F 12x/m
C: TDS 90 mmHg, N 120x/m
D: GCS 6
Lanjutan Skenario
Pasien dilakukan intubasi, pemasangan akses vena dan
resusitasi dengan kristaloid.
Ada perbaikan tekanan darah dan denyut nadi.
Konfirmasi lokasi ETT dilakukan dengan foto thoraks.
Foto pelvis tidak menampakkan adanya fraktur.
Pada secondary survey didapatkan deformitas di paha
kanan.
Keputusan??
Tanggung Jawab dalam Transfer
Dokter Perujuk
Inisiasi transfer ke institusi penerima
Memilih moda transportasi yang sesuai
Menentukan tingkat perawatan yang diperlukan untuk
tata laksana optimal selama perjalanan
Komunikasi dengan dokter penerima
Memahami sepenuhnya kemampuan pihak ketiga
Stabilisasi kondisi pasien sebelum transfer, dalam
kapabilitas fasilitas kesehatan perujuk
Dokumentasi lengkap pengkajian dan tata laksana pra
dan selama transfer
Tanggung Jawab dalam Transfer (2)
Dokter Penerima
Memastikan ketersediaan layanan yang dibutuhkan
pasien
Memfasilitasi pengaturan transfer
Memberikan masukan terkait persiapan dan
penyelenggaraan layanan selama transfer untuk
memastikan keselamatan pasien
Pitfall
Komunikasi yang tidak memadai atau tidak tepat yang
mengakibatkan hilangnya informasi penting terkait
perawatan pasien
Moda Transportasi
Do no further harm
Pilihan yang ada: darat, udara, air
Pertimbangan pemilihan
Kebutuhan pasien
Ketersediaan
Kondisi geografis
Biaya
Cuaca
Transfer yang aman
Stabilisasi pra transfer
SDM terlatih
Pengelolaan situasi tidak terduga selama transfer
Protokol Transfer
Informasi dari dokter perujuk
Identitas pasien
Informasi singkat insiden, termasuk data pra RS penting
Kondisi/ temuan awal di IGD
Respon pasien terhadap terapi
Informasi kepada pelaksana transfer
Pemeliharaan jalan nfas
Terapi cairan
Prosedur khusus yang mungkin diperlukan
Skor trauma, prosedur resusitasi dan hal lain yang mungkin berubah
selama transfer
Dokumentasi
Catatan tertulis mengenai masalah, tata laksana dan kondisi pasien saat
ditransfer harus menyertai pasien.
Pertimbangkan untuk mengirimkan melalui fax/Email
Protokol Transfer (2)
Terapi pra transfer
Airway
 Intubasi, jika diperlukan; suction; NGT
Breathing
 Tentukan kebutuhan dan berikan suplementasi
 Ventilasi mekanis, jika diperlukan; tube thoracostomy, jika
diperlukan
Circulation
 Kendalikan perdarahan eksternal
 Akses vena 2 jalur, kateter IV besar, berikan kristaloid
 Ganti kehilangan darah sesuai derajat perdarahan
 Pasang Folley catheter untuk memantaui produksi urine
 Pantau irama dan denyut jantung
Protokol Transfer (3)
Terapi sebelum transfer
CNS
 Nilai respirasi
 Berikan mannitol, jika diperlukan
 Imobilisasi cervical dan tulang belakang lainnya
Diagnostic
 Hanya jika ada indikasi, tidak boleh menunda transfer
 Hb, golongan darah dan AGD untuk setiap pasien
 EKG dan saturasi
Wounds
 Bersihkan dan balut setelah mengendalikan perdarahan
 Berikan profilaksis tetanus
 Berikan antibiotik, jika ada indikasi
Fracture
 Lakukan traksi dan pembidaian yang tepat
Protokol Transfer (4)
Petugas yang melakukan transfer harus sesuai dengan kondisi
dan potensi masalah pasien
Tata laksana selama transfer, biasanya meliputi:
Pemantauan tanda vital dan pulse oximetry
Lanjutkan topangan sistem kardiorespirasi
Lanjutkan penggantian kehilangan darah
Penggunaan obat-obatan sesuai instruksi dokter atau sejauh
diijinkan oleh protokol
Lakukan komunikasi dengan dokter atau RS selama transfer
Pastikan dokumentasi akurat selama transfer
Pitfall
ETT dapat terlepas selama transfer. Pastikan petugas yang
mendampingi mampu melakukan re-intubasi dan peralatan yang
diperlukan tersedia
Lanjutan Skenario
Pasien tiba di Trauma Center
Dilakukan evaluasi ulang dengan hasil sbb:
Jalan nafas paten dan terfiksasi dengan baik
Suara nafas simetris
TD 100/60, HR 110
GCS E1VettM3
CT scan: SDH, hematoma lien
X-Ray: fraktur shaft femur kanan
Definisi Bencana
Suatu kejadian mendadak yang menimbulkan
kerusakan, kehilangan atau kehancuran (Merriam-
Webster)
Suatu kegagalan atau kemalangan yang hebat yang
terjadi mendadak (Merriam-Webster)
Suatu keadaan atau kejadian di mana kebutuhan pasien
jauh melebihi atau melampaui jumlah sumber daya
yang tersedia untuk merawat pasien tersebut
(perspektif medis)
Fase Pengelolaan Bencana
Persiapan
Identifikasi risiko
Penyusunan rencana
Sosialisasi dan pelatihan kepada setiap pihak yang terkait
Mitigasi
Dapat bersifat ‘hard’ atau ‘soft’
Simulasi/ drills
Respon
Aktivitas pada saat bencana aktual terjadi
Triage, Dekontaminasi, Tata laksana pasien, Transfer pasien
Pemulihan
Kembali pada fungsi atau keadaan setelah suatu kedaruratan
Triage Lapangan

Levin D, Bachtis C, Acosta JA, Jacoby I. Trauma Scoring and Triage. 2007
JumpSTART Triage
JumpSTART Triage (2)
Triage Tag
Dekontaminasi
90% bahan berbahaya yang terpapar pada korban
bencana dapat dihilangkan dengan mengganti pakaian
RS harus meminimalkan kontaminasi IGD & fasilitas RS
Siapkan alur, regulasi dan sarana
Jenisnya
Dekontaminasi primer (gross)
 Di lapangan atau di luar RS setelah melepaskan pakaian
 Disiram dengan semprotan halus dengan tekanan sedang
Dekontaminasi sekunder (technical)
 Mandiri, menggunakan air dan sabun dengan pancuran air hangat
Dekontaminasi dengan bantuan
 Dibantu oleh petugas dengan air, sabun dan spons khusus
Prinsip Tata Laksana Medis
Pendekatan sistematik ‘A-B-C-D-E’
Optimalisasi sumber daya yang terbatas
Prioritas penanganan pada pasien yang tepat
Perubahan standar pelayanan menjadi ‘minimum
acceptable care’
Aspek medis dan bioetika
Perlu direncanakan dengan seksama
Situasi Khusus – Ledakan
Jalan Nafas
Posisi pemulihan yang sesuai dengan kondisi pasien (lateral vs HAINES)
Pernafasan
Suplementasi oksigen (blast lung)
Dekompresi pada tension pneumothorax
Sirkulasi
Resusitasi hipotensif
Damage control laparotomy/thoracotomy
Penghangatan aktif & pasif (cegah koagulopati akibat hipotermia)
Resusitasi cairan dengan kristaloid dengan hati-hati (pada kasus luka
bakar dengan blas lung)
Perawatan Lanjutan
Sindroma kompartemen
Cidera vaskuler, identifikasi & perbaikannya
Survey tersier (harus dilakukan oleh tim pemeriksa yang berbeda)
Situasi Khusus – Bahan Kimia
Agen Syaraf (Tabun, Sarin, Soman, VX)
Bersifat kolinergik
Membentuk kompleks dengan AChE  meningkatkan
Ach  pasien ‘tenggelam’ dalam sekretnya
Gejala krisis kolinergik
 Muskarinik: Salivation, Lacrimation, Urinaion, Defecation, GI,
Emesis, Miosis
 Nikotinik: Mydriasis, Tachycardia, Weakness, Hypertension,
Fasciculations
Tata laksana
 Atropine
 Pralidoxime
Situasi Khusus – Bahan Kimia(2)
Agen Asphyxiant dan Hemolitik (Hydrogen cyanide,
cyanogen chloride, arsine)
CN menggantikan O2, membentuk
cyanmethemoglobin
Arsine menyebabkan hemolisis akut disertai gagal
ginjal
Gejala & tanda
AC, CK: aroma almond, gangguan kesadaran
SA: aroma bawang putih, ada hematuria, jaundice
Terapi
AC, CK: Sodium thiosulfite
SA: suportif
Situasi Khusus – Bahan Kimia (3)
Agen Pulmoner (Chlorine, Phosgene, Diphosgene,
Ammonia)
Menyebabkan pnemonia khemis, tracheobronchitis berat
dan alveolitis
Gejala dan Tanda: sesak nafas hebat yang disertai dengan
aroma khas
Chlorine: pemutih
Phosgene & diphosgene: jagung, jerami
Ammonia: pesing
Terapi
Suportif
Skenario Triage
Anda dipanggil ke suatu lokasi konstruksi di mana ada 5orang
pekerja terluka akibat ledakan gas saat renovasi atap stadion.
Anda dengan cepat melihat situasi dan menemukan kondisi
pasien sebagai berikut:
Pasien A – seorang pria muda yang berteriak “Tolong, kaki saya
sakit sekali. Mau mati rasanya”
Pasien B – seorang wanita muda, tampak sianosis dan takipnea
dan bernafas dengan berisik
Pasien C – seorang pria usia 50-an yang terbaring di genangan
darah dan celana kirinya basah oleh darah
Pasien D – seorang pria muda terbaring diam dengan wajah
menghadap ke bawah dan tak bergerak
Pasien E – seorang pria muda yang berteriak dan memaki bahwa
dia harus ditolong atau dia akan memanggil pengacaranya
Skenario Triage
Apa problem primer dari setiap pasien?
Tentukan prioritas dari setiap pasien

Anda mungkin juga menyukai