DISUSUN OLEH :
Menurut Kemenkes RI (2015), keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem
yang memastikan asuhan pada pasien jauh lebih aman. Sistem tersebut meliputi pengkajian
risiko, identifikasi insiden, pengelolaan insiden, pelaporan atau analisis insiden, serta
implementasi dan tindak lanjut suatu insiden untuk meminimalkan terjadinya risiko.
Sistem tersebut dimaksudkan untuk menjadi cara yang efektif untuk mencegah terjadinya
cidera atau insiden pada pasien yang disebabkan oleh kesalahan tindakan.
KRITERIA
Insiden keselamatan pasien sewaktu-waktu dapat terjadi tanpa direncanakan yang dapat
membahayakan pasien dan tidak terpenuhi outcome dalam penyembuhan pasien.
Insiden keselamatan pasien dapat diklasifikasikan sebagai berikut (WHO, 2018):
1. Insiden berbahaya
■ Insiden yang dapat membahayakan dan merugikan pasien sehingga planning perawatan tidak
sesuai yang diharapkan.
3. Kerugian ringan
■ Insiden di mana pasien terluka tetapi tidak memerlukan intervensi atau perawatan minimal
■ Contoh: Seorang dokter membuat kesalahan resep dan kemudian sediaan obat tidak ada di apotik rumah sakit sehingga obat yang
dibutuhkan didapat dari apotik di luar rumah sakit. Pasien tidak mendapatkan obat selama 3,5 jam yang membuat keluarga sangat
takut.
4. Kerugian sedang
■ Pasien yang memerlukan perawatan medis jangka pendek untuk penilaian dan perawatan ringan baik di UGD
atupun bangsal rumah sakit.
■ Contoh: Seorang petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah rutin ke pasien diabetes untuk memberikan
insulin. Pada saat kunjungan ditemukan gula darah pasien dalam batas aman untuk pemberian insulin. Kemudian
pada hari yang sama pasien ditemukan hipoglikemia, pasien tidak memberitahu petugas bahwa 30 menit sebelum
petugas datang pasien sudah mendapatkan terapi insulin. Pasien sementara dirawat dirumah sakit untuk
memantau gula darah satu hari.
5. Insiden perusakan berat
■ Pasien mengalami insiden yang berdampak jangka panjang atau permanen pada fisik, mental ataupun sosialnya
sehingga mempersingkat harapan hidupnya.
■ Contoh: Seorang anak epilepsi diresepkan untuk mendapatkan fenobarbital dengan gejala mengantuk dan
mengalami penurunan kesadaran selama tiga hari. Konsentrasi fenobarbital dalam darah pasien ditemukan snagat
tinggi ketika diperiksa, label pabrik memberikan kekuatan 25 mg/ ml tetapi label farmasi di fasilitas kesehatan salah
mengindikasikan obat tersebut dengan 25 mg/ 5 ml dan anak tersebut sudah menerima obat sebanyak 5 kali dosis
yang sudah diresepkan.
6. Kematian
■ Insiden yang terjadi dalam masa pengobatan. Dapat terjadi karena kurang tepat dalam penegakkan diagnosis,
penanganan awal, dan lain sebagainya.
■ Contoh: Keluarga pasien menelpon seorang dokter dengan melaporkan keadaan pasien seperti merasa tidak enak
badan, muntah dan ada ruam merah di perut kemudian seorang dokter mendiagnosis pasien dengan penyakit virus
dan menganjurkan keluarga untuk memberikan obat anti muntah. Beberapa jam kemudian keadaan pasien
memburuk dan dibawa ke UGD, pasien didiagnosis septikemia meningkokus dan meninggal.
7. Insiden yang kurang detail
■ Insiden di mana informasi tidak memadai untuk mengevaluasi keparahan
bahaya sehingga dapat berisiko kesalahan dalam hasil perawatan
■ Contoh: Seorang pasien memberikan sampel untuk uji histologi dan sitologi
tetapi pasien tidak memberikan keterakan pada label pot seperti nama,
tanggal dan umur.
■ Dalam upaya untuk mencegah insiden keselamatan pasien di rumah sakit
WHO (Collaborating Centre for Patient Safety resmi menerbitkan
panduan “Nine ife-Saving Patient Safety Solutions” (“Sembilan Solusi
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Sembilan topik yang diberikan solusinya
adalah sebagai berikut:
Dalam upaya untuk mencegah insiden keselamatan pasien di rumah sakit WHO (Collaborating Centre for
Patient Safety resmi menerbitkan panduan “Nine ife-Saving Patient Safety Solutions” (“Sembilan Solusi
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”).
1. perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip/norum atau look-alike, sound-alike medication names/ LASA
2. identifikasi pasien
3. komunikasi saat serah terima/pengoperan pasien
4. tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. pengendalian cairan elektrolit pekat (concentrated)
6. pastikan akurasi pemberian obat pada transisi asuhan
7. hindari kesalahan pemasangan kateter dan selang (tube)
8. penggunaan alat injeksi sekali pakai
9. tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi (HAIs/ Healthcare Associated
Infections)
Kesimpulan