Oleh:
Jusuf Husain, M.Si.
TEORI STRUKTUR MODAL
1. Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional berpendapat akan
adanya struktur modal yang optimal. Dengan
kata lain struktur modal mempunyai pengaruh
terhadap nilai perusahaan. Struktur modal bisa
dirubah-rubah agar bisa diperoleh nilai
perusahaan yang optimal.
• Ks = tingkat keuntungan yg disyaratkan oleh pemegang
saham
• Kb = tingkat keuntungan yg disyaratkan oleh kreditur
• Vs = nilai pasar saham
• Vb= nilai pasar utang
• WACC = biaya modal rata-rata tertimbang
• Total Nilai = Vs + Vb
Nilai Perush menurut Pendekatan Tradisional
A B C
Laba 100 100 100
Bunga 0 40 60
Laba tersedia untuk pemegang saham 100 60 40
Ks 0.2 0.22 0.3
Vs 500 272.73 133.33
kb 0 0.15 0.25
Vb 0 266.67 240
WACC 0.2 0.1854 0.2679
Nilai Total 500 539.39 373.33
Nilai Perush menurut Pendekatan Tradisional
A B C
Laba 100 100 100
Bunga 10 30 50
Laba tersedia untuk pemegang saham 90 70 50
Ks 0.15 0.20 0.25
Vs
kb 0,13 0.15 0.25
Vb
WACC
Nilai Total
2. Pendekatan Modigliani dan Miller (MM)
Pada tahun 1950-an, dua orang ekonom
menentang pandangan tradisional struktur modal.
Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. Kemudian pada
awal tahun 1960-an, kedua ekonom tersebut
memasukkan faktor pajak ke dalam analisis
mereka. Mereka sampai pada kesimpulan bahwa
nilai perusahaan dengan hutang lebih tinggi
dibandingkan nilai perusahaan tanpa hutang.
Kenaikan nilai tersebut dikarenakan adanya
penghematan pajak dari penggunaan hutang.
2.1. Proposisi MM Tanpa Pajak
MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun
teori mereka:
1.Tidak ada pajak
2.Tidak ada biaya transaksi
3.Individu dan perusahaan meminjam pada tingkat yang
sama.
Dengan asumsi-asumsi tersebut, MM mengajukan dua
proposisi yang dikenal sebagai proposisi MM tanpa pajak.
2.1.1. Proposisi 1 (Tanpa Pajak)
Nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan sama
dengan nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang
sebagai berikut ini.
VL = VU ……… (1)
dimana VL = Nilai untuk perusahaan yang
menggunakan hutang (value for
leveraged companies)
VU = Nilai untuk perusahaan yang tidak
menggunakan hutang (100% saham,
atau value for unlevered companies)
Dengan kata lain, dalam kondisi tanpa pajak, Modigliani
dan Miller berpendapat bahwa struktur modal tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. Tingkat keuntungan dan
risiko usaha (keputusan investasi) yang akan
mempengaruhi nilai perusahaan (bukannya keputusan
pendanaan).
Ilustrasi Arbritase
A B
Laba 100 100
Bunga 0 40
Laba tersedia untuk pemegang saham 100 60
Ks 0.2 0.22
Vs 500 272.73
kb 0 0.15
Vb 0 266.67
WACC 0.2 0.1854
Nilai Total 500 539.39
• Misal seorang investor mempunyai 10%
saham perush B. Penghasilan yg ia peroleh 60
x 10% = 6. Investor tsb, dg memegang saham
B, menanggung resiko utang sebesar 10% x
267,67 = 26,7. Karena nilai perusahaan A dan
B berbeda, investor tsb dapat melakukan
langkah-langkah sebagai berikut dalam proses
arbitrase.
• 1. Menjual 10 % saham B sebesar 10% x 273=
27,3.
• Dia akan memperoleh kas masuk sebesar 27,3
• 2. Meminjam sebesar 10% utang perusahaan B. Dia
akan memperoleh kas masuk sebesar 10% x 267,67
=26,7
• 3. Membeli 10 % saham A sebesar 10 % x 500 = 50
Alternatif 1 : Alternatif 2 :
Investasi pada 10% Perusahaan B Melakukan Proses Arbitrase
1. Modal yang diperlukan 10 % x 273,3 =27,3 1.. Modal yang diperlukan untuk
membeli 10% saham A = 10% x 500
=50
Pinjaman 10% utang perusahaan B =
10% x 267 26,7
Kas yg diterima 23,3
2. Penghasilan yang diperoleh 10 % x 60 = 6 2.. Penghasilan yg diperoleh dari
Investasi perussahaan A…. 10% x 100
= 10
Bayar bunga 15% x 26,7 = 4
6
3. Risiko 3.Risiko
Menanggung 10% dari nilai utang perusahaan Menanggung utang sebesar 26,7 melalui
B sebesar 10% x 267 = 26,7 pinjaman pribadi
• Misal nilai perush A menjadi 500, sedangkan
nilai saham B menjadi 300, sementara nilai
utang perush B menjadi 200. Nilai total
perush A sama dengan nilai total perusahaan
B yaitu 500.
Nilai Perusahaan sama (tidak ada arbitrase)
A B
Laba 100 100
Bunga 0 40
Laba tersedia untuk pemegang
saham 100 60
Ks 0.2 0.2
Vs 500 300
kb 0 0.2
Vb 0 200
WACC 0.2 0.2
Nilai Total 500 500
•Misal investor tersebut melakukan
proses arbitrase yg sama dg sebelumnya.
•Tabel berikut meringkas langkah dan
perbandingan tingkat keuntungan dan
risikonya.
Arbitrase Tidak Menghasilkan Keuntungan
Alternatif 1 : Alternatif 2 :
Investasi pada 10% Perusahaan B Melakukan Proses Arbitrase
=50
Pinjaman 10% utang perusahaan B = 10% x
200 20
Kas yg diterima 30
2. Penghasilan yang diperoleh 10 % x 60 = 6 2.. Penghasilan yg diperoleh dari Investasi
perussahaan A…. 10% x 100 = 10
Bayar bunga 20% x 20 = 4
6
3. Risiko 3.Risiko
Menanggung 10% dari nilai utang perusahaan B Menanggung utang sebesar 20 melalui
sebesar 10% x 200 = 20 pinjaman pribadi
2.1.2. Proposisi 2 (Tanpa Pajak)
Proposisi 2 mengatakan bahwa tingkat keuntungan yang
disyaratkan untuk perusahaan yang menggunakan
hutang, naik proporsional terhadap peningkatan rasio
hutang dengan saham.
ks = ko + B / S (ko – kb) ……… (2)
dimana
ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan
untuk saham
ko = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk
saham perusahaan tanpa hutang
B/S = rasio hutang dengan saham
kb = tingkat keuntungan yang disyaratkan
untuk hutang (tingkat bunga)
• Ko = 15 %
• S = 4000
• Kb =10 %
• WACC = 15%
• B = 8000
Dengan menggunakan hutang yang semakin banyak,
perusahaan bisa menggunakan sumber modal yang lebih
murah yang semakin besar. Penggunaan sumber modal
yang murah yang semakin banyak akan menurunkan
biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan (WACC)
tersebut, jika tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk
saham (ks) konstan. Tetapi dengan semakin
meningkatnya hutang, tingkat keuntungan yang
disyaratkan untuk saham (ks) juga akan meningkat. Dua
efek yang saling berlawan tersebut menghasilkan biaya
modal rata-rata tertimbang yang konstan. Hasilnya, nilai
perusahaan akan konstan.
2.2. Proposisi MM dengan Pajak
Bagan 5. Pendekatan Roti menurut MM (dengan Pajak)
Dibayarkan ke Pemerintah
VL = VU + Tc . B