Anda di halaman 1dari 26

Sistem Jaringan :

* Primer
* Sekunder

KOTA Jenjang I Jenjang II Jenjang III Persil


Jenjang I Arteri Arteri - Lokal
Jenjang II Arteri Kolektor Kolektor Lokal
Jenjang III - Kolektor Lokal Lokal
Persil Lokal Lokal Lokal Lokal
Hubungan Antar Kawasan Kota dengan Peranan Ruas
Jalan dalam Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Kawasan Primer Sekunder Sekunder Sekunder Perumahan
I II III
Primer - Arteri - - -
Sekunder I Arteri Arteri Arteri - Lokal
Sekunder II - Arteri Kolektor Kolektor Lokal
Sekunder III - - Kolektor - Lokal
Perumahan - Lokal Lokal Lokal -

Jalan menurut status :


Nasional
Propinsi
Kabupaten
Kotamadaya
Khusus
Berdasarkan Kapasitas Jalan, dibedakan
menjadi :
 Jalan dalam kota
 Jalan luar kota
 Jalan bebas hambatan

Perubahan status :

1. Ruas jalan tersebut berperan penting dalam


pelayanan terhadap wilayah/kawasan semula.
2. Ruas jalan tersebut makin dibutuhkan
masyarakat dalam rangka pengembangan sistem
transportasi.
 Menumbuhkan potensi ekonomi guna tercapainya
sasaran pertumbuhan ekonomi daerah dalam rangka
mendukung otonomi daerah.
 Meningkatka taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat berpenghasilan rendah/ekonomi lemah.
 Mendorong peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) melalui kemudahan akses untuk berinvestasi.
 Pelayanan pada masyarakat setempat (Penyediaan
prasarana perhubungan yang memadai).
POTENSI DAERAH PENGEMBANGAN

PERTAMBANGAN
PERTANIAN
TANAH LIAT

PERIKANAN
DGN 4 TPI

PELABUHAN

INDUSTRI

Rute Lintas Selatan PARIWISATA


PANJANG JALAN

RUAS PANJANG ( KM )

SIDAREJA - JERUKLEGI 23.382

STA AKHIR
JERUKLEGI

PIPA
PERTAMINA
STA AWAL RENCANA JALAN

SIDAREJA LINTAS SELATAN


AC
LPA
LPB

Pagar

Median

6% 2% 2% 2% 2% 6%
Patok PT. KAI

PIPA PERTAMINA

SAWAH SAWAH SAWAH

Rel Kereta Api

Potongan Melintang Rencana Pada STA. 0+000 - 4+350


Skala 1 : 100
JALAN KERETA API

PASAR
KAWUNGANTEN

JALUR PIPA
PERTAMINA

PERSIMPANGAN
Rute Lintas Selatan REL KA
Rute Lintas Selatan
Pa
11.62 Km tim
Ta ua
m n
Ci ba

10.13 Km
s kr
Ba um eja
nt ur
ar
sa
ri

24.15 Km
Je
r
9.96 Km uk
G le
um gi
10.39 Km ili
r
Sl
5.00 Km
ar
a
Ad ng
ip
al
a
26.88 Km

Je
Bo tis
do /Ta
/k m
RUTE JALAN

al b a
i I ng
jo a
n /
Bagan Alir
Metodologi Perancangan Teknik Jalan
TAHAP ANALISIS DATA TAHAP PERANCANGAN RINCI AKHIR TAHAP PENYIAPAN
TAHAP PERSIAPAN TAHAP PEKERJAAN LAPANGAN
dan KONSEP PERANCANGAN dan PENGGAMBARAN DOKUMEN LELANG

MOBILISASI

MULAI PENGOLAHAN
& PERENCANGAN RINCI
ANALISIS DATA GEOMETRIK JALAN
SURVAI PENDAHULUAN > Alinyemen Horisontal
(Survai Rencana Rute/Trase > Alinyemen Vertikal
PERSIAPAN Terpilih dan Tapak Proyek) > Ketetapan Jarak Pandang

KONSEP PERANCANGAN PENYIAPAN DOKUMEN


Pengumpulan informasi LELANG
GEOMETRIK JALAN
& kebutuhan > Gambar Rencana
PERENCANGAN RINCI
perencanaan SURVEI DETAIL > Penyusunan RKS/Spesifikasi
GEOTEKNIK, MATERIAL &
- Topografi PERKERASAN JALAN > Perhitungan Kuantitas
- Geoteknik > Badan Jalan > Perkiraan Biaya
- Hidrologi KONSEP PERANCANGAN > Matrial Jalan
Perumusan PERKERASAN JALAN
- Lalu Lintas/Transportasi > Perkerasan Lentur & Kaku
Metodologi Perencanaan
- Material
Tidak
- Data Penunjang Lainnya
PEMBAHASAN
KONSEP PERANCANGAN
DRAINASE dan PERENCANGAN RINCI
Tidak BANGUNAN / FASILITAS DRAINASE dan BANGUNAN/ Ya
PELENGKAN JALAN FASILITAS PELENGKAP
DATA CUKUP ? JALAN
> Sistem & Bangunan Drainase PRODUK AKHIR
> Tembok penahan
Ya Tidak
> Guard rail, Guide post, Kerb
> Rambu dan Marka Jalan
PEMBAHASAN
SELESAI
Ya
Bagan Alir
PERANCANGAN TIKUNGAN

Jari-jari Tikungan

 
Pemilihan Tipe Tikungan

 
Perhitungan Geometri Komponen
Geometri Tikungan

Ts, Es, dan R


Yang dihasilkan Tidak
Sesuaikan R
Sesuai kriteria ?

Ya

Jari-jari (R) Desain


Bagan Alir
Perancangan Tebal Perkerasan Lentur Jalan
MULAI

DATA
Kinerja lapis Beban Lalu Stabilitas Karakteristik Kriteria
Faktor

 
perkerasan lintas Rencana Tanah Dasar Bahan Perke- Keruntuhan
Regional (FR)
yang ada (LER) (CBR) rasan (ai) (IPo & IPt)

 
Strategi pilihan
Nilai Sisa Tipe penanganan Perencanaan
 D1 maksimum
Konstruksi  Langsung Alternatif Tebal
 D2 maksimum
Perkerasan  Bertahap Perkerasan
 D3 maksimum
yang ada ITPo  Overlay ITPi =  ai Di
 Seimbang

Tidak

Apakah Pilihan
Optimal
Kriteria :
T eknis, Ekonomis,
Strategi, Resiko,
Kepekaan

Ya

Alternatif Tebal Lapis


Perkerasan Terpilih
D1, D2, D3
PROSES DESAIN

Evaluasi
 Kurva Kondisi Historis
 Kurva Kerusakan
EVALUASI

SELESAI
Bagan Alir
Estimasi Biaya Pekerjaan.
KETENTUAN UPAH
DASAR DI LOKASI INFORMASI UMUM

ANALISIS HARGA DAFTAR HARGA


DASAR SATUAN UPAH
PERALATAN
 
DAFTAR HARGA &

 
JARAK RATA-RATA ANALISIS BIAYA SEWA
DARI QUARRY/KOTA PERALATAN per JAM

ANALISIS
PRODUKSI BAHAN

ANALISIS HARGA
SATUAN BAHAN

DAFTAR HARGA DASAR SATUAN


UPAH, BAHAN, PERALATAN

DAFTAR KUANTITAS ANALISIS


per SATUAN PEKERJAAN HARGA SATUAN PEKERJAAN

PENYUSUNAN
RENCANA ANGGARAN BIAYA

PERKIRAAN BIAYA PROYEK


PEDOMAN PERANCANGAN TEKNIS JALAN

Standar yang digunakan untuk perancangan geometri


jalan:
1. Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya, No.
13/1970,Direktorat Eksplorasi, Survey dan Perencanaan,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.

2. Spesifikasi Standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan Luar


Kota (Rancangan Akhir), Sub Direktorat Perencanaan Teknis
Jalan,Bipran Bina Marga,Departemen Pekerjaan Umum, Desember
1990.

3. Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan


Perkotaan,Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen
Pekerjaan Umum, Maret 1992.

4. Tatacara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,No.


038/T/BM/1997, Departemen Pekerjaan Umum,Direktorat
Jenderal Bina Marga, September 1997.
 

 
Referensi lain yang terkait dengan perancangan geometrik jalan:

1. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Departemen Pekerjaan Umum,


Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997.
2. A Policy on Geometrik Design for Higways and Streets, AASHTO – 1994.

Standar yang digunakan untuk perancangan perkerasan adalah :

Untuk Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) :


1. Metoda Bina Marga dengan “Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
Dengan Metoda Analisa Komponen”, SKBI : 2.3.26.1987/SNI 03 – 1732 – 1989.

2. Metoda The Roadwork Design System (RDS),


BIPRAN Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, 1989 - 1991.

Untuk Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) :


1. Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku, SKBI : 2.3.28.1988, UDC. 625.84(026),
Departemen Pekerjaan Umum.

2. Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku, SKBI : 2.4.28.1988, UDC. 625.84(026),


Departemen Pekerjaan Umum.
 
PERANCANGAN GEOMETRI JALAN
A. Pedoman umum perencanaan Alinyemen Horisontal
1. Alinyemen jalan selurus mungkin, sedatar mungkin namun tetap
berkompromi dengan kendala dilapangan khususnya kondisi topografi.
2. Jarak pandang diusahakan sepandang / sebebas mungkin
3. Menghindari penggunaan jari – jari (radius) minimum
4. Menghindari tikungan tajam diujung tangen yang panjang (hidden dip
curve)
5. Menghindari kesan mematah, tikungan dengan sudut pusat sebesar 5°
panjang lengkung dibuat paling sedikit 150 meter dan setiap penurunan
sudut pusat sebesar 1° panjang lengkungan ditambah dengan 25 meter.
6. Menghindari tikungan terlalu panjang dengan radius kecil
7. Menghindari adanya tikungan majemuk / berganda
8. Menghindari tikungan searah dengan tangen pendek (Broken – back
Curve)
9. Menghindari tikungan berbalik secara mendadak (Reverse – back Curve)
10. Menghindari tikungan yang tajam pada bagian konstruksi timbunan yang
cukup tinggi
PERANCANGAN GEOMETRI JALAN
B. Pedoman Umum Perencanaan Alinyemen Vertikal
1. Alinyemen vertikal diusahakan sedatar mungkin, idealnya dibuat sedatar mungkin, tetapi tetap menyesuaikan kondisi topografi.
2. Alinyemen mengikuti garis ketinggian, pertimbangan ekonomis, galian dan timbangan sekecil mungkin perlunya kesimbangan antara “cut
and fill“
3. Pada alinyemen yang datar dan lurus, hindarkan adanya lengkungan pendek baik cembung maupun cekung (hidden dip curve) yang tidak
terlihat dari jauh
4. Hindari landai yang berubah – ubah dengan mendadak pada jarak – jarak yang pendek.
5. Landai dengan landai penurunan besar / panjang, segera diikuti dengan pendakian. Untuk dapat segera mengurangi kecepatan (truk) yang
sering terlalu besar
6. Menghindari (panjang) landai kritis. Menghindari pendakian dan penurunan yang terlalu panjang
7. Menghindari alinyemen dengan lengkung – lengkung vertikal searah berturut – turut dengan tangen antara yang pendek (Broken – back
grade line). Terutama pada lengkung vertikal cekung (akan memberikan pandangan yang tidak baik)
8. Alinyemen dengan serangkaian kelandaian menerus Penempatan landai tercuram pada bagian permulaan landai kemudian diikuti landai –
landai berikutnya yang lebih kecil, atau dengan menyisipkan landai yang lebih besar pada serangkaian landai menerus tersebut

 
 
PERANCANGAN GEOMETRI JALAN
C. Pedoman Umum Perencanaan Penampang Melintang Jalan Raya

Didasarkan pada analisis kebutuhan elemen melintang jalan (lajur, median, talud, saluran tepi, trotoir,
kerb, damaja, damija, dawasja, dll)
• Lebar elemen harus sesuai dan mampu mengakomodasi lalu lintas / beban selama umur rencana.
• Pada belokan / tikungan diperlukan atau tidak adanya pelebaran dan perlu kemiringan yang memadai.
• Pada bagian timbunan perlu dibuatkan pagar pengaman (guard rail) dan patok pengarah (guard post).
• Pada pendakian yang panjang / curam perlu dibuat lajur pendakian / tanjakan (Climbing Lane).
5. Pada jalan timbunan dan galian perlu analisis stabilitas dan pelindung lereng bila perlu, saluran penangkap
dan saluran tepi yang memadai.
6. Perlu adanya pelindung erosi pada saluran yang terletak pada tanjakan / turunan dan pelindung elemen
penampang melintang jalan lainnya.
PERANCANGAN PERSIMPANGAN

Perancangan geometri persimpangan perlu memperhatikan prinsip – prinsip :

1. Mengurangi jumlah titik konflik


2. Mengurangi luasan wilayah konflik
3. Memprioritaskan pergerakan pada jalan utama / major road
4. Mengontrol kecepatan kendaraan memasuki persimpangan
5. Menyediakan daerah perlindungan (refuge area)
6. Menyediakan tempat untuk perangkat kontrol lalu lintas dan
7. Menyediakan dimensi / kapasitas yang memadai

Dengan dasar tersebut rancangan awal geometri persimpangan dilakukan.


.
PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN

Catatan : LER x 3650 = N


KESIMPULAN BENKLEMAN BEAM
(Metode HRODI)

Lebar
Lenduta ESA Tebal
Jalan Tebal Chamber
Panjang n ( 10^6 RC Levelling AC ATB ATBL
STA Rata- Ekivalen yang ada Keterangan
( km ) Mewakili ) I Perlu T ( cm ) ( cm ) ( cm )
rata tc ( cm ) (%)
D ( mm ) L ( cm )
(m)

0+000 - 6.5495
10,000 7.00 1,26 4.4 6 2 5.640 5 0 5.640
10+000 2 Umur rencana : 10 th
Data lalulintas : 2004
10+000 - 6.5495 RCI : Nasra
10,000 7.00 1.51 7.02 6 2 5.640 7 0 7.660 Chamber :
20+000 2
asumsi
Gandar : 8.20
20+000 - 6.5495 T
4,928 7.00 1.07 2.05 6 2 5.640 4 0 5.640
24+928 2

CATATAN : ADT tc AC ATB ATBL


tc = tebal ekivalen (cm)
2.303logD  0.408(1  logL) D = lendutan mewakili (mm) tc < 5
tc 
0.08  0.013logL L = nilai ESA (10^6) 5<tc< 4 0 T
Pd = lebar jalan (m) 8 4 0 tc+T-5
(Pd.Cham) < 800
T  0.001(9  RCI)^4.5  2 Cham= chamber yang ada
8<tc< 4 5 T
4 RCI = nilai RCI yang ada
T = tebal levelling perlu (cm)
9 4 tc - 5 T
tc>9
RESUME DATA LENDUTAN BALIK SURVEY BENKLEMAN BEAM

Nama Panjang Jumlah Lendutan Balik Simpang Lendutan FK (%)


Ruas Ruas Data an Balik
(yang (STD) yang
diperiksa)
Mewakili
Maximu Minimu Rata-
m m rata

Jerukleg 0 + 000 30 2,06 0,69 1,00 0,26 1,26 26,36%


i- s/d
Sidareja 10 +000
Panjang Jumlah Lendutan Balik Simpang Lendutan FK (%)
Nama Ruas Data an Balik
Ruas (yang (STD) yang
diperiksa)
Mewakili
Maximu Minimu Rata-
m m rata

Jerukleg 10+000 101 2,06 0,64 1,22 0,30 1,51 26,64


i- s/d %
Sidareja
Nama 20+000
Panjang Jumlah Lendutan Balik Simpang Lendutan FK (%)
Ruas Ruas Data an Balik
(yang (STD) yang
diperiksa)
Mewakili
Maximu Minimu Rata-
m m rata

Jerukleg 20+000 101 1,37 0,21 0,85 0,22 1,07 26,00%


i- s/d
Sidareja 23+382
Gambar Irisan Penampang Lapis perkerasan.

Susunan perkerasan lapis permukaan terdiri dari :

- Laston MS 744 =15 cm

- Batu pecah kelas A =25 cm

- Sirtu kelas B =40 cm

Aspal beton > MS 744 = 15 cm


Agregat Base kelas A CBR 100% = 25 cm

Agregate Sub base kelas B CBR 50% = 40 cm

Anda mungkin juga menyukai