Anda di halaman 1dari 19

ANTIFUNGI POLIEN &

antibiotic makrolida
Makrolida digunakan untuk menyembuhkan infeksi
yang disebabkan oleh
bakteri Gram positif seperti Streptococcus Pnemoniae dan
Haemophilus influenzae.
Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-
paru,mengobati infeksi saluran nafas bagian  atas seperti infeksi
tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian
bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak,
untuk sifilis, dan sering pula
digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. 
Spektrum antimicrobial
makrolida sedikit lebih luas dibandingkan penisilin. 
SUMBER ANTIBIOTIK MAKROLIDA

 AntibiotikMakrolida dihasilkan oleh beberapa bakteri yaitu :


 Eritromisin berasal dari
Streptomyces erythreus, Saccharopolyspora erythraea dan S
arcina lutea.
Oleandomisin berasal dari Streptomycesantibioticus, karba
misin berasal dari Streptomyces halstedii dan
Spiramisin berasal dari Streptomyces ambofaciens
BIOSINTESIS ANTIBIOTIK MAKROLIDA
Adapun biosintesa cincin makrolakton
dari kondensasi asetat dan atau
propionat melalui malonil CoA dan 2-
metilmalonil CoA.
MACAM-MACAM OBAT ANTIBIOTIK MAKROLIDA
ERYTHROMICIN
Antibiotik eritromisin yang termasuk dalam golongan antibiotik makrolida adalah
antibiotik spektrum luas yang sangat efektif, mempunyai toksisitas yang
rendah pada manusia untuk pengobatan penyakit akibat bakteri gram positif 
khususnya
Staphylococcus dan Diphtheroids, serta beberapa bakteri yang sudah resisten terhada
penisilin.
Eritromisin dapat mengalami resistensi dalam 3 tipe:
- Menurunnya permeabilitas dinding sel kuman.
- Berubahnya reseptor obat pada ribosom kuman
 Hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh kuman tertentu.
 Spiramisin
Antibiotika golongan Makrolida yang dihasilkan oleh
streptomyces ambofaciens. Secara in vitro (tes laboratorium) 
aktivitas antibakteri spiramisin lebih rendah dari pada
Eritromisin.
Sediaan yang tersedia dari spiramisin adalah bentuk 
tablet 500 mg. 
Seperti Eritromisin, Spiramisin digunakan untuk terapi infeksi
rongga mulut dan saluran nafas.
a makanan dalam lambung. Kadar
ggi dari  Eritromisin. Bentuk sediaan
Roksitromisin

150 oral. Obat ini lebih jarang menimbulkan iritasi lambung dibandin
mg dan 300 mg.Indikasinya
Derivat Eritromisin yang diserap dengan baik pada pemberian

g kan dengan
uran Eritromisin. Bioavailabilitas atau kadar obat yang tersedia juga 
nafas
tidak banyak 
bagian atas dan
k, penumonia,
terpengaruh oleh adanya uretritis
makanan dalam(selain
lambung. Kadar obat
dalam darah dan plasma lebih tinggi dari Eritromisin.
seperti pioderma, impetigo, dermatitis
sorpsinya tidak banyak dipengaruhi ol
fek sampingnya adalah iritasi saluran
Klaritromisin

ganiritasi saluran cerna dan


Digunakan untuk indikasi yang sama denga Eritromisin.
Secarain vitro (di laboratorium), obat ini adalah Makrolida yang paling aktif 
Terhadap Chlamydia trachomatis. Absorpsinya tidak banyak dipengaruhi oleh

Klaritromisin jugameningkatkan
adanya makanan dalam lambung. Efek sampingnya adalah iritasi saluran
cerna (lebih jarang dibandingkan dengan iritasi saluran cerna dan
peningkatan enzim sementara di hati. Klaritromisin juga meningkatkan kadar

diberikan bersama obat-obattersebut


Teofilin dan Karbamazepin bila diberikan bersama obat-obat tersebut.
Azitromisin
Azitromisin digunakan untuk mengobati infekti tertentu yang dis
ebabkan oleh bakteri seperti bronkitis, pneumonia, penyakit
akibat hubungan seksual dan infeksi dari telinga, paru-paru, kulit
dan tenggorokan. Azitromisin tidak efektif untuk pilek,flu atau
infeksi yang disebabkan oleh virus.
ANTIFUNGAL
Antifungal dapat disebut juga antijamur adalah suatu golongan obat yang
bersifat fungisida atau fungistatic yang dapat digunakan untuk mengobati dan
mencegah mikosis seperti kutu air, kurap, kandidiasis, infeksi sistemik serius
seperti meningitis kriptokokus, dan lain-lain.
Mekanisme Aksi
Antijamur bekerja dengan memanfaatkan perbedaan antara sel hewan dan jamur untuk
membunuh organisme jamur dengan sedikit efek samping pada pasien. Tidak
seperti bakteri, jamur dan manusia merupakan eukariota. Dengan demikian, sel jamur dan
manusia mempunyai kemiripian pada tingkat biologis. Hal ini membuat sulitnya
menemukan obat untuk jamur tanpa mempengaruhi sel-sel manusia. Karena itu, banyak
obat-obatan antijamur memberikan efek samping. Beberapa efek samping dapat
membahayakan manusia jika obat-obatan tersebut tidak digunakan dengan benar.
Antijamur Poliena
Poliena merupakan molekul yang memiliki banyak ikatan ganda
terkonjugasi. Antijamur poliena berupa poliena makrosiklik dengan bagian cincin yang
terhidroksilasi pada sistem yang terkonjugasi. Hal ini membuat antijamur poliena
bersifat ampifilik.
Antijamur ini berikatan dengan sterol di membran sel jamur, terutama ergosterol. Hal
ini menyebabkan perubahan transisi suhu dari membran sel, dengan demikian
membran dalam yang kurang cair dan lebih berupa keadaan terkristalisasi. (Dalam
keadaan normal, membran sterol meningkatkan kekakuan dari phospholipid
bilayer sehingga membuat membran plasma lebih padat.) Sehingga, isi sel jamur
termasuk ion monovalen (K+, Na+, H+, dan Cl−), molekul organik berukuran kecil
keluar dari sel karena membran tersebut bocor dan hal ini merupakan cara agar sel
mati.
Sel hewan yang mengandung kolesterol dan bukan ergosterol sehingga sel
hewan tidak ditarget oleh obat. Namun, pada dosis terapi, beberapa
molekul amfoterisin B dapat berikatan dengan kolesterol pada membran sel
hewan, meningkatkan risiko toksisitas pada manusia. Amphoterisin B
bersifat nefrotoksik saat diberikan secara intravena. Dengan rantai hidrofobik
pada poliena memendek, aktivitas pengikatan dengan sterol meningkat. Oleh
karena itu, pemendekan rantai hidrofobik dapat mengakibatkan poliena dapat
mengikat kolesterol, sehingga toksik untuk hewan.
Amfoterisin B, Kandisidin, Filipin , Hamisin, Natamisin, Nistatin,
Rimosidin,

Antijamur golongan imidazol, triazol, dan tiazol

Obat antifungal golongan azol (kecuali abafungin) menghambat


enzim Lanosterol 14 α-demetilase, enzim yang diperlukan untuk
mengubah lanosterol menjadi ergosterol. Kekurangan ergosterol pada
membran di jamur merusak struktur dan fungsi membran di jamur dan
mengakibatkan penghambatan pertumbuhan jamur.

Imidazol
Bifonazol
Butokonazol
Klotrimazol
Ekonazol
Fentikonazol
Isokonazol
Ketokonazol
Lulikonazol
Mikonazol
Omokonazol
Oksikonazol
Sertakonazol
Sulkonazol
Tiokonazol
Triazol
Albakonazol
Efinakonazol
Epoksikonazol
Flukonazol
Isavukonazol
Itrakonazol
Posakonazol
Propikonazol
Ravukonazol
Terkonazol
Vorikonazol
Tiazol
Abafungin
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai