Anda di halaman 1dari 21

Fish anf Fisheries Journal

Perikanan berkelanjutan sangat


penting tetapi tidak cukup
untuk memastikan
kesejahteraan bagi nelayan
Alfredo, et all 2021
Latar Belakang
Potensi Perikanan dan Kelautan di Dunia

Allison et all., 2020 Sangat penting dalam kehidupan budaya dan mata pencaharian

Cisneros Montemayor et al., 2019


Pemberi kerja terbesar dalam ekonomi kelautan

Sekitar 230 juta orang mendapat manfaat dari perikanan dan kelautan

Manfaat langsung  51 juta orang bekerja di penangkapan ikan


The & Sumaila, 2013

Manfaat tidak langsung  179 juta orang bekerja di sektor pengelolaan,


pengemasan, perdagangan dan pariwisata

Namun Penangkapan Ikan Sering dikaitkan dengan Kemiskinan (Bone & Friend 2011)

Teh et al., 2020 Menyatakan setidaknya sepertiga Nelayan dari negara pesisir hidup di bawah garis kemiskinan
Tantangan Global di Dunia Perikanan

Perubahan iklim Polusi


01 Barange et al., 2018;
Sumaila et al., 2011
02 Hughes et al., 2003

Degradasi habitat Kegiatan ilegal


03 Hughes et al., 2003 04 Rudd & Branch, 2016

Kelebihan Distribusi akses dan


Kapasitas manfaat yang tidak adil
05 Pauly, 1990 06 Montemayor et al., 2019;
Finkbeiner et al., 2017)
Diperlukan Strategi Pengelolaan yang tepat
Pengelolaan Bersama
(Gutierrez et al., 2011)
Meningkatkan ekonomi
jangka panjang
Pengelolaan berbasis
hak (Aceves & Halpern,
2018) Penyediaan pangan
Tujuan
melalui pemulihan stok
Pengelolaan berbasis
kuota (Mora et al., 2009)
Pemulihan ekosistem
Kawasan Konservasi
(Halpern et al., 2009)
Gaines et al., 2018 ; Hibron et al., 2020 berasumsi
Untuk mencapai MSY
perikanan yang
adalah salah satu cara dalam
berkelanjutan secara biologis dapatsumberdaya perikanan
pengelolahan
dilakukan dengan pengelolaan
yang dapat dilakukan dengan
Maximum Sustainable Yield (MSY)
mengetahui hasil maksimum lestari Maka perikanan
bersamaan

atau pengelolaan tangkapan lestari


(MSY) berkelanjutan diharapkan
atau Maximum Sustainable
Secara

masximum
dapat menghasilkan
Yield, dengan mengetahui nilai
tersebut maka dapat ditentukan pendapatan
jumlah yang cukup
untuk mendukung nelayan
tangkapan yang diperbolehkan untuk
Akan mencapai kesejahteraan ekonomi dan keluarga mereka
nelayan agar potensi ikan tetap lestari.
yang lebih luas dengan meningkatkan
(Rochmah dan Ridho Mustika, 2015)
MLW (Minimum Living Wage/upah
minimum) Nelayan
Faktor utama rendahnya pendapatan Nelayan karena
“TERLALU BANYAK NELAYAN”?
Perikanan Skala Kecil di dunia
• Akses hukum diberikan melalui izin penangkapan ikan
• Pemegang izin kemudian menyewakannya kepada nelayan, dengan
bunga tinggi.

Perikanan yang dikelola dengan baik


• Kuota yang dapat diperdagangkan dibeli oleh perusahan kaya,
kemudian hanya menyewakan peluag penangkapan ikan kepada
nelayan yang kurang mampu

Dalam contoh-contoh yang serupa, distribusi akses atau kuota penangkapan ikan,
bukan jumlah nelayan yang merupakan pendorong utama distribusi pendapatan
perikanan yang tidak merata
Semakin banyak penelitian telah menyoroti bahwa masalah :
• kurangnya akses teknologi, pasar, atau peluang penangkapan ikan
• marjinalisasi yang lebih luas dari masyarakat pesisir,
• dinamika kekuatan yang tidak merata antara nelayan, pembeli, dan pembuat
keputusan,
Semua itu yang berperan mendasar dalam menentukan kesejahteraan nelayan dan
masyarakat pesisir

Fokus penelitian ini:


• Kesenjangan antara kelestarian hayati dan kesejahteraan ekonomi
• Dengan hipotesis “Jika kita mampu mengelola setiap stok ikan untuk mencapai
MSY, dengan target perikanan berkelanjutan dan upah yang didistribusikan secara
merata di antara para nelayan di setiap negara, makaberapa banyak nelayan yang
akan mendapatkan setidaknya upah minimum di negara mereka masing-masing?”
Metode Penelitian
Pengumpulan data MLW (Minimum Upah)

• Dokumen resmi dari negara Skenario MLW:


yang menyatakan MLW baik • Seorang nelayan adalah
per orang atau rumah satu-satunya anggota
tangga keluarga
• Mengunakan database • Seorang nelayan adalah
public tentang jumlah orang satu-satunya anggota yang
yang bekerja di sector berkontribusi terhadap
perikanan per negara pendapatan rumah tangga
Metode Penelitian
Pengumpulan data masing-masing negara dari database Sea Around Us :
• perkiraan nilai lahan perikanan pada tahun 2018,
• biaya penangkapan ikan pada tahun 2014
• Dari informasi ini, kami memperkirakan persentase pendapatan yang
digunakan untuk biaya tenaga kerja (yaitu upah), yang kami gunakan
untuk menghitung upah perikanan rata-rata saat ini per negara.
• Kami juga memperoleh data tentang perubahan pendapatan yang
diharapkan yang akan dihasilkan per negara jika semua perikanan
dikelola di MSY (skenario kasus hipotetis terbaik) dari hasil model yang
dipublikasikan
Tren Upah Penangkapan Ikan Rata-Rata Saat Ini

Untuk menguci apakah


kelangkaan sumber daya
dapat menjelaskan pola
yang di amati dalam
CMFW dan
perbandingannya dengan
MLS, kami menggunakan
jumlah total nelayan per
negara dan rata-rata stok
ikan
Hasil
Mean fishing income
compared to HASIL
minimum living wage
Gambar 1. Kesenjangan upah rata-rata saat ini yang diperkirakan sebagai upah nelayan
rata-rata saat ini dibagi dengan upah hidup minimum per negara (CMFW/MLW).

Indonesia, dibawah
Upah minimum

Nilai di bawah satu mewakili negara


dengan CMFW di bawah MLW (Upah
minimum), dan nilai di atas satu mewakili
negara dengan CMFW di atas MLW. Putih =
Tidak ada data.
Tren Upah Penangkapan Ikan Rata-Rata Saat Ini

Berdasarkan pendaratan perikanan global dari 2018 (Pauly & Zeller, 2016):
• upah rata-rata nelayan di 43 – 93 (36%–67%) dari 138 negara dan wilayah yang datanya
tersedia berada di bawah MLW
• 36 – 66 negara (26%–48%) jauh di bawah (<50%) MLW mereka (Tabel 1).
• Dengan mempertimbangkan jumlah total nelayan di negara-negara di bawah MLW, sebanyak
35 – 48 juta dari 51 juta (69%–95%) nelayan di seluruh dunia diperkirakan pendapatannya di
bawah MLW nasional masing-masing negara. Contohnya : Cina dan India saja terhitung 24 juta
nelayan di bawah MLW.
• Sebaliknya, ada 6–31 negara dari 138 negara (4,3%–22,5%), di mana CMFW lima kali atau lebih
dari MLW masing-masing (“Penghasilan tinggi”); negara-negara ini mewakili 238 ribu—1,6 juta
nelayan, sekitar 3% nelayan secara global
Kami juga mengevaluasi korelasi antara kesenjangan upah rata-rata saat ini(CMFW/MLW), jumlah nelayan per
negara dan rata-rata status stok ikan (B/BMSY). Hasilnya kesenjangan upah rata-rata saat ini memiliki korelasi
negatif yang signifikan tetapi sangat lemah dengan jumlah nelayan per negara (R2 = 0,092, p < 0,01; Gambar 2a),
dan korelasi positif yang signifikan tetapi sangat lemah dengan rata-rata ikan status stok (R2 = 0,089, p <0,01;
Gambar 2b).
Perbandingan rata-rata upah minmum (MLW) dalam kondisi saat ini

• CMFW/MLW : Garis hitam


• MSY : Garis abu-abu
Indonesia
= Improve
Kesimpulan
• Analisis kami relatif sederhana dalam hal ini menunjukkan
bahwa ada bukti statistik tentang hubungan antara jumlah
nelayan dan kesenjangan upah rata-rata (Gambar 2a) dan
status stok rata-rata (Gambar 2b), tetapi kedua hubungan ini
sangat lemah (R2 < .1).
• Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun mungkin ada
kebenaran intuitif pada narasi tentang kelangkaan sumber
daya, faktor yang mendasari kemiskinan dan pemerataan
dalam perikanan jauh lebih kompleks daripada jumlah
nelayan, atau ikan biasa.
Kesimpulan
• Kami menemukan bahwa jika perikanan dapat dikelola secara
hipotetis untuk mencapai MSY untuk semua spesies, dan upah
didistribusikan secara merata, jumlah nelayan yang berpenghasilan
kurang dari MLW akan berkurang sebesar 12,8–30,0 juta
• Hasil penelitian ini membuktikan pendapatan penangkapan ikan,
bahkan di sektor perikanan yang dikelola secara berkelanjutan dan
adil, tidak akan cukup untuk memastikan upah hidup minimum bagi
semua nelayan saat ini dan keluarga mereka oleh karena itu
dorongan yang berkembang untuk Ekonomi Biru yang berfokus
pada keadilan sosial dapat menciptakan jalan baru untuk
mendukung kesejahteraan masyarakat pesisir
Rekomendasi
• Hasil penelitian ini dapat langsung digunakan untuk
membantu perencanaan strategi nasional atau lokal yang
tepat.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai