Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Reading :

Hubungan Antara Status Sosialekonomi


dan Keterlambatan Pengobatan pada
Pasien dengan Retinoblastoma di Rumah
Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya
Amirah Dumasari Fakhriyah Harahap
206100802046

Pembimbing:
dr. Rosmaryati Manalu, Sp.M

SMF ILMU KESEHATAN MATA


RSUD DR. DORIS SYLVANUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2022
Pendahuluan
• Keganasan intraokular yang sering terjadi pada anak : retinoblastoma.
• Kanker kedua yang paling sering menyebabkan kematian, setelah leukimia.
• Terjadi sejak dalam kandungan - usia 5 thn.
• Frekuensi: 1 dari 20.000 kelahiran.
• Sistem Registrasi Kanker Indonesia (SriKanDI) thn 2005-2007: insidensi pada anak 0-17 thn: 2,4 /
100.000.
• Th 2010-2012 terdapat 44 pasien retinoblastoma di RSUP Dr.Soetomo Surabaya dengan usia rata-
rata 44,64 bulan, 86,36% unilateral & 13,64% bilateral.
• Paling dominan: stadium III-a .
• Intervensi dini → keberhasilan pengobatan.
• Stadium lanjut → prognosis buruk.
• Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan untuk berobat: status sosial ekonomi
Metode
• Penelitian: observasional analitik.
• Desain penelitian: cross sectional.
• Populasi: seluruh pasien retinoblastoma di Poli
Onkologi Satu Atap (POSA) Rumah Sakit Umum
Dr.Soetomo Surabaya bulan Januari-September Jenjang pendidikan dikelompokkan: jenjang
2018. pendidikan rendah (tidak sekolah, tamat SD, tamat
• Sampel penelitian: total sampling. SMP), jenjang pendidikan menengah (tamat SMA),
dan jenjang pendidikan tinggi (lulus kuliah)

• Data primer = wawancara & pengisian


kuesioner.
• Data sekunder = rekam medis pasien. Tingkat pendapatan dikelompokkan: pendapatan tinggi
• Analisis data = univariat dan bivariat dg uji (>Rp2.500.000,00 / bulan), pendapatan sedang
korelasi Fisher Exact. (Rp1.500.000,00-Rp2.500.000,00 / bulan), dan
• Test taraf signifikansi 95% (α = 0,05). pendapatan rendah (<Rp .1.500.000,00 / bulan).

Klasifikasi Reese dan Ellsworth (1958) → penilaian


prognosis baik (stadium I, II, III) & prognosis buruk
(stadium IV, V, ekstraokular).
Hasil
Pasien bersedia menjadi responden = 33 sampel, 6 pasien (18,2%) prognosis baik & 27 pasien
(81,8%) prognosis buruk.
Diskusi
Pasien dg prognosis buruk terjadi pada tingkat pendidikan &
Sebagian besar pasien datang dengan st. ekstraokular: tumor telah
pekerjaan ayah yang rendah, tingkat pendidikan ibu yang
memenuhi seluruh bulbus okuli - menginfiltrasi nervus optikus
rendah, ibu yang tidak bekerja, & pendapatan keluarga yang
dan rongga orbita.
rendah.
Negara berkembang → retinoblastoma st. Lanjut →
(-) hubungan antara tingkat pendidikan ayah& ibu dengan
kelangsungan hidup rendah.
keterlambatan berobat.

Faktor keterlambatan berobat: biaya pengobatan pada tingkat Adanya program JKN sepatutnya dapat memenuhi kebutuhan
pendapatan rendah. kesehatan.

Orang tua menunggu & mengamati anaknya sebelum Biaya transportasi & akomodasi belum tercover selama di tempat
berkunjung puskesmas, sehingga kondisi anak saat di pelayanan perawatan menjadi pertimbangan keluarga untuk berobat.
kesehatan sudah parah.
Keterbatasan dalam penelitian ini: sampel yang kurang karena
Fasilitas kesehatan daerah harus ditingkatkan agar semakin rekam medis yang tidak lengkap dan responden yang tidak
dekat rumah sakit rujukan untuk berobat khususnya kasus setuju untuk diwawancarai menjadi kendala untuk mendapatkan
retinoblastoma serta penyediaan dan promosi shelter bagi data yang lebih akurat mengenai hubungan keterlambatan datang
peserta jaminan kesehatan. berobat pasien retinoblastoma.
Kesimpulan

Terdapat hubungan antara tingkat pekerjaan ayah & tingkat pendapatan keluarga
dengan keterlambatan pengobatan pasien retinoblastoma.

Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan ibu,
& tingkat pekerjaan ibu dengan keterlambatan pengobatan pasien retinoblastoma.
Thanks!
Does anyone have any
questions?

Anda mungkin juga menyukai