Pengolahan Makanan
Awetan dari Bahan
Nabati
Oleh Anita Soraya
No KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1 Kompetensi Pengetahuan Indikator Pengetahuan :
3.3 Menganalisis sistem pengolahan Dapat membedakan makanan hewani dan nabati
makanan awetan dari bahan pangan Memahami jenis dan karakteristik bahan pengolahan nabati
nabati dan pengemasan berdasarkan Mengetahui macam-macam makanan awetan nabati di
daya dukung yang dimiliki oleh daerah darerah
setempat Menentukan teknik pengolahan/pengawetan
Mengetahui tahapan proses pengolahan/pengawetan
• Menghayati, percaya diri, bertanggung jawab, kreatif dan inovatif dalam membuat analisis kebutuhan akan
adanya teknologi pengolahan yang baik dan tepat untuk setiap makanan awetan yang berbahan baku nabati
tersebut
• Mendesain dan membuat produk makanan awetan berbahan baku nabati, khas daerahnya masing-masing,
meliputi: teknik pengolahan, kemasan dan pelabelan, perhitungan biaya, sistem pemasaran, model promosi
• Mempresentasikan:
- Peluang dan perencanaan usaha sesuai pilihan makanan awetan yang dipilihnya dengan sungguh-
sungguh dan percaya diri.
- Pengembangan bisnis makanan awetan, meliputi teknik pengolahan, kemasan, promosi dan
pemasaran, sesuai dengan produk yang dipilihnya
• Menyajikan simulasi wirausaha pengolahan makanan awetan berbahan baku nabati, khas daerahnya masing-
masing, berdasarkan analisis keberadaan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar
“selama manusia masih makan, bisnis
makanan dan minuman tidak akan pernah
mati.”
Ir Soesarsono Wijandi, MSc (dosen kewirausahaan senior di Fakultas
Teknologi Pertanian IPB)
#QOTD
Pengertian Produk Makanan Awetan
Money 02 05 Material
Machine 03 06 Method
02
Teknik
Pengolahan/Pengawetan
Makanan dari Bahan Nabati
Teknik Pengolahan/Pengawetan Makanan dari Bahan Nabati
Pengawetan
Secara Fisik Pengawetan
Secara
Biokimia
Pengeringan Kemasan
Pengawetan
Secara Fisik Pendinginan(suhu rendah) Pembuatan Tepung
Pengasinan Pemanisan
mengawetkan makanan dengan mengawetkan makanan dengan
cara menambahkan garam pada cara menambahkan garam pada
bahan makanan. Kadar garam bahan makanan. Kadar garam
yang tinggi akan menghambat yang tinggi akan menghambat
mikroorganisme yang membuat mikroorganisme yang membuat
makanan cepat busuk. makanan cepat busuk.
Pengawetan
Secara Biokimia Penambahan Bahan Pengawet lain
a. Kemasan harus dapat melindungi isi dari pengaruh lingkungan dan saat distribusi.
Misalnya kripik akan lembek jika kemasannya tidak dapat menahan H2O yang masuk
melalui pori-pori.
b. Kemasan harus menjadi media penandaan terhadap barang yang dikemas sehingga
pelabelan harus tercetak dengan jelas dan komplit.
c. Kemasan harus mudah dibuka dan mudah ditutup kembali serta berdesain atraktif
d. Kemasan harus dapat mempromosikan diri sendiri bila dipajang di etalase toko atau
swalayan.
Label Kemasan
Undang-undang Pangan No.7 Tahun 1996 Pasal 30 Bab IV menyebutkan bahwa,
“Setiap orang yang memproduksikan atau memasukan ke dalam wilayah Indonesia,
pangan yang dikemas untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, di
dalam, dan atau di kemasan pangan.” Label yang dimaksud memuat sekurangnya
hal-hal berikut:
a. Nama produk
b. Nama dagang
c. Komposisi
d. Berat/isi bersih
e. Nama dan alamat prosedur
f. Nomor pendaftaran(PIRT/MD)
g. Tanggal/bulan dan tahun kadaluarsa
h. Kode produksi
Perhitungan Biaya Pengolahan Makanan
Awetan dari Bahan Nabati
• Biaya overhead
Biaya Bahan Baku
biaya bahan baku adalah biaya yang perlu Anda keluarkan untuk mendapatkan bahan baku untuk
memproduksi barang, termasuk juga biaya operasional, biaya angkut, biaya penyimpanan, dan
lain sebagainya.
Biaya Tenaga Kerja
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk tenaga kerja yang menangani proses produksi
secara langsung. (gaji yang perusahaan berikan kepada karyawannya.)
Biaya Overhead
Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan proses produksi atau pun jasa
pajak, biaya asuransi, biaya ATK, biaya sewa, biaya keamanan, dan sebagainya.
Biaya Tidak Tetap (Variabel)
Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi.
Disini biaya tidak tetap bisa berubah sesuai jumlah produksinya.
Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dan jumlahnya bersifat tetap setiap
bulannya, berapa banyak-pun jumlah produksinya.
Contoh menghitung
biaya produksi Usaha
Minuman Lidah Buaya
Total biaya adalah jumlah total atau keseluruhan dari biaya
tidak tetap dan biaya tetap.
Contoh
Total biaya = Rp 1.039.750 + Rp 369.200
Total biaya = Rp 1.408.950
Harga Pokok Produksi (HPP) adalah harga pokok suatu
produk. Jika dijual dengan harga tersebut, maka produsen tidak
memperoleh keuntungan dan juga tidak memperoleh kerugian
Contoh:
HPP= Rp 1. 408.950,- / 500 = Rp. 2.818,-
Harga Jual
Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan oleh pembeli untuk
memperoleh produk tersebut.
Harga jual dapat ditentukan melalui pertimbangkan HPP dan juga produk pesaing.
Contoh:
Produk lidah buaya berkemasan mangkok ini, memiliki HPP-nya sebesar Rp 2.818,- dan produk pesaing
dengan volume yang relatif sama dijual berkisar Rp 5.000,- hingga Rp 7.000,-. Ditetapkan harga jual
untuk minuman lidah buaya dari pabrik adalah Rp 4.000,-, dengan harapan di tingkat konsumen,
harganya akan berkisar Rp 4.500,- sampai Rp 6.000,-.