Anda di halaman 1dari 16

BJT DIFFERENTIAL AMPLIFIER

Disusun oleh :
Eva Yolanda Gazali
(2140302002)
PENGERTIAN

Differential amplifier sering juga disebut penguat, biasanya


dibuat dengan sistem transistor yang dirangkai secara rangkaian
emitter-biased. Dua buah tipe semikonduktor yang hampir
sama, yaitu BJT (Bipolar junction transistor) dan FET (field
effect transistor) diperlukan untuk aplikasi pembuatan penguat
diferensial. Semua komponen ini dalam dua rangkaian emmiter
biased. Yang kedua komponennya harus memiliki karakteristik
yang sesuai. Termasuk sumber tegangan (power supply) +VCC
dan VEE harus mempunyai level amplitudo yang sama besar.
Untuk desain penguat yang multitingkahnya, dengan
mendapatkan penguatan tegangan yang besar, maka dapat
digunakan sebuah rangkaian searah yang langsung antara
semua tingkat dari penguat diferensial tersebut.

Kelemahan sebuah penguatan dengan umpan balik arus


searah seperti contoh pada rangkaian penguat tunggak emitor
bersama (common emitter) adalah terjadinya pergeseran titik DC
akibat perambatan panas antara basis-emitor, sehingga
menyebabkan titik kerja penguat menjadi tidak stabil akibat dari
kenaikan temperatur pada sistem bias transistor tersebut (tingkat
faktor kestabilan menurun).
Differential Amplifier atau Penguat Diferensial adalah penguat
atau amplifier yang menguatkan selisih dua tegangan input dimana
penguatan ini mempunyai ciri-ciri :

1.Memiliki dua terminal input dan satu terminal output, sehingga


membutuhkan dua Bipolar Junction Transistor
2.Memiliki tegangan bias negatif pada terminal Emitter.
PENGUAT DIFERENSIAL DUAL INPUT
BALANCE OUTPUT
Penguat diferensial umumnya menggunakan tegangan bias negatif pada
terminal Emitter sehingga pa-da terminal Base tidak membutuhkan tegangan
bias positif atau diatas 0 volt, hal ini disebabkan karena tegangan bias negatif
pada terminal Emitter sudah memenuhi syarat dimana setengah gelombang
negatif sinyal input tidak terpotong. Jika dilihat dari rangkaian pada satu sisi
ransistor saja, maka rangkaian ini mirip dengan common emitter sehingga
dapat disimpulkan penguat diferensial memiliki penguatan atau gain cukup
besar.

Terminal output penguat diferensial dual input balance output diletakan pada
masing-masing termi-nal Collector transistor dimana hal ini menyebabkan
fasa sinyal output terbalik 180 derajat dari fasa sinyal input. Dengan
diletakannya terminal output pada terminal Collector kedua transis-tor Tr1
dan Tr2, maka besarnya tegangan diferensial output merupakan selisih dari
tegangan pada masing-masing terminal Collector transistor.
ANALISIS DC

Analisis dc diperlukan dalam menentukan titik kerja dc


penguat diferensial dengan menentukan besarnya arus
dc ICQ dan VCEQ saat tidak ada sinyal input atau
sinyal input sama dengan 0, dengan kata lain analisis ini
bertujuan untuk menyetel arus listrik sekecil mungkin pada
transistor saat tidak ada sinyal input serta membuat bentuk
sinyal output tidak terpotong pada salah satu sisi dengan
menyetel tegangan kerja VCE setengah sumber tegangan.
Gambar analisis dc dapat diilustrasikan seperti Gambar 2.
Rangkaian penguat diferensial ini menggunakan transistor identik
satu sama lain dan memiliki nila beta (β) yang sama, selain itu
juga memiliki nilai resistor yang identik pada setiap terminal : 

Sehingga arus mengalir pada resistor RE merupakan penjumlahan


antara IE masing-masing transistor (2IE)  sehingga rangkaian
ekivalen analisis dc dapat digambarkan seperti Gambar 2. 
ANALISIS COMMOM
MODE DAN DIFFERENTIAL MODE

Analisis ini mirip sekali dengan analisis ac dan memang


merupakan analisis ac karena semua sumber tegangan diganti
menjadi simbol ground untuk memudahkan analisis arus
sinyal, hanya saja level dc tetap diperhitungakan karena
mempengaruhi besarnya (magnitute) sinyal. Untuk lebih
mudah memahami tentang Common Mode dan Differential
Mode, dapat melihat penjelasan pada Gambar 3 di bawah.
Gambar 3 menunjukan tiga sinyal yaitu sinyal input Vin1,  Vin2 dan
tegangan sinyal dc Common Mode (VCM). Penguat diferensial ini dapat
dihubungkan langsung (direct coupled, tanpa kapasitor) dengan sumber
sinyal maupun tidak, sehingga pada sinyal mungkin saja terdapat level
dc. 

Untuk mempermudah analogi mengenai sinyal ac yang ditumpangkan ke


sinyal dc diberikan dua contoh sinyal ac yang memiliki komponen dc
seperti di bawah ini ;
Vin1 = 1V + 0,25V sin (ω.t) dimana  1V merupakan level tegangan dc
dan 0,25V adalah amplitudo tegangan sinyal ac pada Vin1.
Vin2 = 1V - 0,25V sin (ω.t) dimana  1V merupakan level tegangan
dc dan 0,25V adalah amplitudo tegangan sinyal ac pada Vin2. Dengan fasa
berbeda 180 derajat dari Vin1.
Tegangan Common Mode merupakan rata-rata dari tegangan komponen
dc pada dua input sinyal. Sehingga besarnya tegangan Commom
Mode (VCM) dapat dicari dengan persamaan :

Tegangan Differential Mode (VDM) Gambar 3 merupakan rata-rata selisih dari dua


sinyal ac Vin1 dan Vin2. Sehingga besarnya tegangan Differensial Mode dapat dicari
dengan persamaan sebagai berikut :
Sehingga hasil superposisi dua sinyal input dengan frekuensi yang sama
pada Gambar 3 dapat dicari dengan persamaan  :

Terdapat dua persamaan VCM + VDM dan VCM - VDM  yang keduanya 


menggambarkan bentuk sinyal hasil superposisi dua sinyal Gambar 3.
Gambar 4 menunjukan persamaan VCM + VDM, untuk gambar VCM-
VDM adalah kebalikan fasa dari gelombang Gambar 4.
“TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYA,
KARENA DI SINI KAMI PEREMPUAN
SEMUA JADI KAMI TIDAK MEMINTA
MAAF APABILA ADA KESALAHAN,
KARENA PEREMPUAN SELALU BENAR”.

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai