Anda di halaman 1dari 56

KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA DI
FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN
Oleh :
Dr. Agus Gunawan, M.Kes.
Dasar HuKum
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG
KESELAMATAN KERJA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHI.IN 2012 TENTANG
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2OI9 TENTANG
KESEHATAN KERJA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENYAKIT
AKIBAT KERJA
ERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2018
TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2022
TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
Pengertian:
◦ Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan/ K3 di
Fasyankes: segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi sumber daya
manusia fasilitas pelayanan kesehatan, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun masyarakat di sekitar lingkungan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan agar sehat, selamat, dan bebas dari gangguan kesehatan dan
pengaruh buruk yang diakibatkan dari pekerjaan, lingkungan, dan aktivitas
kerja.
◦ Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan / SMK3 di Fasyankes adalah bagian dari system manajemen
Fasilitas Pelayanan Kesehatan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan aktivitas proses kerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan guna terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat, aman dan
nyaman.
Tujuan:
◦ Menciptakan Fasyankes yang sehat, aman, dan nyaman bagi
SDM Fasyankes, pasien, pengunjung, maupun lingkungan
Fasyankes melalui penyelenggaraan K3 secara optimal, efektif,
efisien dan berkesinambungan, sehingga proses pelayanan
berjalan baik dan lancar.
Sasaran :
1. Pimpinan dan/atau manajemen Fasyankes
2. SDM Fasyankes
3. Pasien
4. Pengunjung/pengantar pasien
Setiap fasyankes wajib menyelenggarakan
K3
Membentuk dan/mengembangkan Sistem Manajemen
K3 ( SMK3 ) Menerapkan Standar K3
1. Pengenalan potensi bahaya dan pengendalian risiko K3;
1. Penetapan Kebijakan K3; 2. Penerapan kewaspadaan standar;
2. Perencanaan K3; 3. Penerapan prinsip ergonomi;
4. Pemeriksaan kesehatan berkala;
3. Pelaksanaan rencana K3; 5. Pemberian imunisasi;
6. Pembudayaan PHBS;
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja 7. Pengelolaan sarana dan prasarana dari aspek K3;
K3; 8. Pengelolaan peralatan medis dari aspek K3;
9. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat/bencana,
5. Peninjauan dan peningkatan tmsk kebakaran;
10. Pengelolaan B3 dan limbah B3;
kinerja K3.
11. Pengelolaan limbah domestik.
STANDAR K3 FASYANKES (PMK 52/2018)

Pengenalan Potensi Bahaya Dan


Pengendalian Risiko K3
01

KEWASPADAAN STANDAR
02

ERGONOMI
03

PEMERIKSAAN BERKALA
04
STANDAR K3 FASYANKES (PMK 52/2018)

IMUNISASI
05

PHBS
06

Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Fasyankes


07

Pengelolaan Peralatan Medis


08
STANDAR K3 FASYANKES (PMK 52/2018)
KESIAPSIAGAAN KONDISI DARURAT & BENCANA /
KEBAKARAN
09

Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun Dan


10

Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun


Pengelolaan Limbah Domestik
11

PENGELOLAAN B3 & LIMBAH


DOMESTIK
1. Pengenalan Potensi Bahaya
Dan Pengendalian Risiko K3

A. IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA

1) BAHAYA FISIK
2) BAHAYA KIMIA
3) BAHAYA BIOLOGI
4) BAHAYA PSIKOSOSIAL
5) BAHAYA ERGONOMI
Contoh Potensi Bahaya di Fasyankes Berdasarkan
Ruangan
Contoh Potensi Bahaya di Fasyankes Berdasarkan
Ruangan
Contoh Potensi Bahaya di Fasyankes Berdasarkan
Ruangan
Contoh Potensi Bahaya di Fasyankes Berdasarkan
Ruangan
Contoh Potensi Bahaya di Fasyankes Berdasarkan
Ruangan
Contoh Potensi Bahaya di Fasyankes Berdasarkan
Ruangan
Contoh Potensi Bahaya di Fasyankes Berdasarkan
Ruangan
Contoh Potensi Bahaya di Fasyankes Berdasarkan
Ruangan
B. PENILAIAN RISIKO

RISIKO = EFEK X PROBABILITAS


Kategori Dampak/Konsekuensi
Dampak/ Efek Pada Pekerja
Konsekuensi

Ringan Sakit atau cedera yang hanya membutuhkan P3K dan tidak terlalu
mengganggu proses kerja

Sedang Gangguan kesehatan dan keselamatan yang lebih serius dan membutuhkan
penanganan medis, seperti alergi, dermatitis, low back pain, dan
menyebabkan pekerja absen dari pekerjaannya untuk beberapa hari

Berat Gangguan kesehatan dan keselamatan yang sangat serius dan kemungkinan
terjadinya cacat permanen hingga kematian, contohnya amputasi,
kehilangan pendengaran, pneumonia, keracunan bahan kimia, kanker
Kategori Kemungkinan/Probabilitas
Kemungkinan Deskripsi
/Probabilitas

Tidak Tidak terjadi dampak buruk terhadap kesehatan dan keselamatan


mungkin

Mungkin Ada kemungkinan bahwa dampak buruk terhadap kesehatan dan


keselamatan tersebut terjadi saat ini

Sangat Sangat besar kemungkinan bahwa dampak buruk terhadap kesehatan dan
Mungkin keselamatan terjadi saat ini
Skala Tingkat Risiko
Tingkat Risiko Deskripsi Pengendalian
Risiko Ada kemungkinan rendah bahwa cedera atau Prioritas 3
rendah gangguan kesehatan minor terjadi saat
ini, dengan dampak Kesehatan yang ringan hingga
sedang

Risiko Konsekuensi atau keparahan dari cedera dan Prioritas 2


sedang gangguan kesehatan tergolong kategori
serius meskipun probabilitas kejadiannya rendah

Risiko Kemungkinan besar terjadi gangguan kesehatan dan Prioritas 1


tinggi cedera yang moderate atau serius atau bahkan
kematian.
Contoh Kategori Risiko Berdasarkan Ruangan
Contoh Kategori Risiko Berdasarkan Ruangan
Contoh Kategori Risiko Berdasarkan Ruangan
Contoh Kategori Risiko Berdasarkan Ruangan
Contoh Kategori Risiko Berdasarkan Ruangan
Contoh Kategori Risiko Berdasarkan Ruangan
C. PENGENDALIAN RISIKO K3

Hierarki Pengendalian Risiko K3 dari NIOSH


(National Institute For Occupational Safety and
Health)
2. KEWASPADAAN STANDAR

Kebersihan
APD
Tangan

Pengelolaan
Penatalaksanaan
jarum & alat
Peralatan
tajam

Pengelolaan
limbah dan
sanitasi ruangan
3. Ergonomi

a. Penanganan beban manua (manual


handling)

b. Postur kerja

c. Cara kerja dengan gerakan berulang

d. Shift kerja

e. Durasi kerja

f. Tata letak ruang kerja by SATURN


a. Penanganan Beban Manual
(Manual Handling)
contoh kegiatan memindahkan
pasien di tempat tidur sesuai dengan
prosedur sebagai berikut:

1) Sesuaikan tinggi tempat tidur dengan


pinggang
2) Pastikan tempat tidur/brankar
terkunci
3) Badan tidak melintir sebagian dalam
menolong, putar badan secara
keseluruhan
4) Tekuk kaki untuk penyesuaian bukan
membungkukkan punggung (tulang
punggung posisi netral)
5) Ukur kemampuan untuk menolong, by SATURN
upayakan ada penolong atau bantuan.
b. Postur Kerja
Postur kerja dalam keadaan duduk: 4) Atur meja kerja supaya mendapatkan
pencahayaan yang sesuai. Hal ini untuk
menghindari silau, pantulan cahaya dan
1) Pada saat duduk, posisikan siku sama kurangnya pencahayaan dengan Nilai
tinggi dengan meja kerja, lengan Ambang Batas peruntukan pekerjaan yang
bawah horizontal dan lengan atas dilakukan.
menggantung bebas. 5) Pastikan ada ruang yang cukup di bawah
2) Atur tinggi kursi sehingga kaki Anda meja untuk pergerakan kaki.
bisa diletakkan di atas lantai dengan 6) Hindari tekanan berlebihan dari ujung
posisi datar. Jika diperlukan gunakan tempat duduk pada bagian belakang kaki
footrest terutama bagi SDM yang dan lutut.
bertubuh mungil. 7) Letakkan semua dokumen dan alat yang
3) Sesuaikan sandaran kursi sehingga diperlukan dalam jangkauan Anda.
punggung bawah Anda ditopang Penyangga dokumen (document holder),
dengan baik. alat dan bahan dapat digunakan untuk
by SATURN
menghindari pergerakan mata dan leher
yang janggal.
b. Postur Kerja
Postur kerja dalam keadaan berdiri :
4) Jaga punggung dalam posisi netral.
1) Postur berdiri yang baik adalah posisi 5) Jika pekerjaan berdiri dilakukan dalam
tegak garis lurus pada sisi tubuh jangka waktu lama, maka perlu ada foot
mulai dari telinga bahu pinggul dan step (pijakan kaki) untuk mengistirahatkan
mata kaki. salah satu kaki secara bergantian.
2) Posisi berdiri sebiknya berat badan 6) Perlu disediakan tempat duduk untuk
bertumpu secara seimbang dua kaki istirahat sejenak
3) Postur berdiri sebaiknya tidak
dilakukan dalam jangka waktu yang
lama ( ±<1 jam atau ≤4 jam sehari)
untuk menghindari kerja otot yang
statik, jika prostur kerja dilakukan
berdiri sebaiknya sedinamis mungkin.
by SATURN
b. Postur Kerja 6) Pada proses mengeluarkan bayi atau
postur kerja yang ergonomi bagi bidan jahit/hetching menggunakan bangku
atau tenaga Kesehatan penolong untuk footstep
persalinan 7) Guna bangku khusus/tangga untuk
menggapai benda dan alat kerja yang
1) Posisi penolong berdiri dengan fisiologi lebih tinggi.
2) Kaki rata dengan lantai 8) Minta bantuan asisten jika berat bayi atau
3) Gunakan sepatu tahan slip benda diangkat melebihi standar
4) Atur posisi berdiri dekat dengan 9) Lakukan olahraga seperti senam,
proses kelahiran berenang, joging secara teratur untuk
5) Jika harus menunduk harus kurang meningkatkan dan mempertahankan
20º dan dengan kaki menekuk dari kekuatan fisik.
pinggang sampai lutut bukan
punggung.

by SATURN
1) Pekerjaan manual handling dilakukan
jika >12x per menit dengan beban < 5 kg,
contoh: petugas kebersihan.
c. Cara Kerja Dengan Gerakan 2) Pekerjaan yang dilakukan dengan
menggunakan pergelangan tangan dan
Berulang
jari >20x permenit, contoh: petugas
administrasi, petugas farmasi, dokter
gigi, perawat.

by SATURN
 Shift kerja harus memperhatikan durasi kerja
yang sesuai dengan peraturan yaitu 40 jam per
minggu,
 shift kerja yang disarankan sebaiknya yang 3
shift dengan masing-masing shift 8 jam kerja
d. Shift Kerja selama 5 hari kerja per minggu atau sesuai
peraturan yang ada.

by SATURN
1) 7 (tujuh) jam 1 (hari) dan 40 (empat
puluh) jam 1 (satu) minggu untuk
6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu atau 8 (delapan) jam 1
(hari) dan 40 (empat puluh) jam 1
(satu) minggu untuk 5 (lima) hari
e. Durasi Kerja kerja dalam 1 (satu) minggu.
2) Jika terdapat kerja lembur harus
mendapat persetujuan sumber
daya manusia yang bersangkutan
dengan ketentuan waktu kerja
lembur paling banyak 3 (tiga) jam
dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat
belas) jam dalam by1SATURN
(satu) minggu.
f. Tata Letak Ruang Kerja 3) Pengelolaan Listrik dan Sumber Api
a) Dilarang berlari di ruang kerja.
1) Pelaksanaan Pemeliharaan dan Perawatan b) Semua yang berjalan di lorong ruang kerja dan di
Ruang Kerja Lantai bebas dari bahan licin, tangga diatur berada sebelah kiri.
cekungan, miring, dan berlubang yang c) Sumber daya manusia yang membawa tumpukan
menyebabkan kecelakan dan cidera pada barang yang cukup tinggi atau berat harus
SDM Fasyankes. menggunakan troli dan tidak boleh naik melalui
2) Desain Alat dan Tempat Kerja tangga tapi menggunakan lift barang bila tersedia.
a) Penyusunan dan penempatan lemari d) Tangga tidak boleh menjadi area untuk
peralatan dan material kerja tidak menyimpan barang, berkumpul, dan segala
mengganggu aktifitas lalu Lalang
aktivitas yang dapat menghambat lalu lalang.
pergerakan SDM Fasyankes.
b) Penyusunan dan pengisian lemari e) Bahaya jatuh dapat dicegah melalui
peralatan dan material kerja yang berat kerumahtanggaan Fasyankes yang baik, cairan
berada di bagian bawah. tumpah harus segera dibersihkan dan potongan
c) Dalam pengelolaan benda tajam, sedapat benda yang terlepas dan pecahan kaca harus
mungkin bebas dari benda tajam, serta segera diambil.
siku-siku lemari peralatan dan material f) Bahaya tersandung dapat diminimalkan dengan
kerja maupun benda lainnya yang segera mengganti ubinbyrusak
SATURNdan karpet usang.
menyebabkan SDM Fasyankes cidera. g) Menggunakan listrik dengan aman
4. Pemeriksaan
kesehatan berkala

 dilaksanakan minimal 1 (satu) tahun sekali.


 Penentuan parameter jenis pemeriksaan kesehatan berkala disesuaikan
dengan jenis pekerjaan, proses kerja, potensi risiko gangguan kesehatan
akibat pekerjaan dan lingkungan kerja.
5. Pemberian Imunisasi

 SDM Fasyankes harus mendapatkan imunisasi khusunya pada


SDM Fasyankes yang memiliki risiko tinggi.
 Pemberian imunisasi diprioritaskan untuk imunisasi Hepatitis
B, karena tingginya risiko penularan Hepatitis B pada SDM
Fasyankes.
6. BUDAYA PHBS

Makanan &
Penerapan Tidak minuman sehat
peraturan & merokok
prosedur kerja

01 02 03 04 05 06
Penggunaan Aktivitas fisik Penggunaan air
APD & olahraga bersih
6. BUDAYA PHBS

Tidak meludah
Kebersihan Penggunaan sembarang
tangan jamban tempat

07 08 09 10 11 12
Membuang Tidak Memberantas
sampah mengkonsumsi jentik nyamuk
Napza
7. PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA

Pemeliharaan Sarpras (penghawaan, pencahayaan,


air bersih,sanitasi & higiene, kelistrikan,komunikasi,
gas medik,proteksi kebakaran, sarana evakuasi,
pengendalian kebisingan)

 Inventaris alat medis sesuai ASPAK


 Uji fungsi dan uji coba peralatan medis
 Kalibrasi berkala
 Pemeliharaan alat medis
8. PENGELOLAAN PERALATAN MEDIS

 Inventaris alat medis sesuai ASPAK


 Uji fungsi dan uji coba peralatan medis
 Kalibrasi berkala
 Pemeliharaan alat medis

 Memastikan penyimpanan peralatan medis dan


penggunanya sesuai standar prosedur
operasional.
9. KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI KONDISI
DARURAT DAN BENCANA/KEBAKARAN

 Identifikasi risiko bencana  Identifikasi risiko kebakaran


 Hazard Vulnerability Assesment  Inspeksi, pengujian, pemeliharaan
 Tim Tanggap Darurat proteksi kebakaran
 Penyusunan Disaster Plan  Jalur evakuasi
 Simulasi Bencana  Simulasi
 Larangan merokok
10. Pengelolaan B3 dan limbah
B3

 Inventaris B3
 Penanganan tumpahan B3
 Pelabelan B3
 Pengelolaan Limbah B3
11. Pengelolaan Limbah Domestik
a. Penyediaan tempat sampah terpilah antara organik dan
non- organik dan dilengkapi oleh tutup.
b. Tempat sampah dilapisi oleh kantong plastik hitam.
c. Penyediaan masker, sarung tangan kebun/ Rubber
Gloves dan sepatu boots bagi petugas kebersihan.
d. Cuci tangan memakai sabun setelah mengelola sampah.
e. Apabila terkena benda tajam atau cidera akibat buangan
sampah, diharuskan untuk melapor kepada petugas
Kesehatan untuk dilakukan investigasi kemungkinan
terjadinya infeksi dan melakukan tindakan pencegahan
seperti pemberian vaksin Tetanus Toksoid (TT) kepada
petugas kebersihan.
INTEGRASI K3 DALAM
MUTU LAYANAN
FASYANKES
01

Permenkes 34 thn
02
2022 pasal 2, 3
dan 4

Dalam upaya
meningkatkan dan
menjamin mutu
pelayanan dan
keselamatan bagi pasien
dan masyarakat,
Puskesmas wajib
dilakukan Akreditasi
Kembali secara berkala
setiap 5 (lima) tahun
HUBUNGAN TIMBAL BALIK PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI,
KESELAMATAN PASIEN, K3 DAN MUTU

KESELAMATAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PASIEN
INFEKSI MUTU

K3

56

Anda mungkin juga menyukai