Anda di halaman 1dari 37

Manajemen

Keuangan
Dalam Islam
Manajemen keuangan adalah kegiatan
perencanaan, pengelolaan, penyimpanan,
serta pengendalian dana dan aset yang

en g e rt ian dimiliki suatu perusahaan. Pengelolaan


P
men
keuangan harus direncanakan dengan matang
M an a j e agar tidak timbul masalah di kemudian hari.

e ua n gan
K
Pengertian Manajemen
Keuangan menurut para Ahli :

Prawironegoro
Bambang Riyanto
Manajemen keuangan ialah aktivitas pemilik Manajemen keuangan ialah keseluruhan
dan manajemen perusahaan untuk memperoleh aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan
modal yang semurah-murahnya dan usaha mendapatkan dana yang diperlukan
menggunakan seefektif, seefisien, dan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat
seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba. yang paling menguntungkan beserta usaha untuk
menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.

JF Bradley
Manajemen keuangan ialah bidang manajemen
bisnis yang ditujukan untuk penggunaan model
secara bijaksana dan seleksi yang saksama dari
sumber modal untuk memungkinkan unit
pengeluaran untuk bergerak ke arah mencapai
tujuannya.
Tujuan Adanya Management
Keuangan

1. Menjaga Arus Kas 6. Mengoptimalkan Kekayaan


Perusahaan

2. Memaksimalkan Keuangan Perusahaan


7. Mengurangi Resiko Operasional
3. Mempersiapkan Struktur Modal
8. Memastikan Kelangsungan
Kehidupan Perusahaan
4. Memaksimalkan Keuntungan

9. Mengurangi Biaya Modal


5. Meningkatkan Efisiensi
Fungsi Manajemen Keuangan

Planning Budgeting Controlling


Merencanakan keuangan dalam Budgeting merupakan kegiatan Controlling adalah melakukan
sebuah perusahaan sangat lah mengalokasikan dana untuk semua pengontrolan atau evaluasi terhadap
penting. Perencanaan keuangan keperluan perusahaan. keuangan yang sedang berjalan.
meliputi mengatur uang kas,
menghitung rugi laba,
merencanakan arus kas.

Auditing Reporting
Auditing adalah proses pemeriksaan Reporting adalah melaporkan
keuangan. keuangan.
Perbedaan dari Manajemen konvensional
dan manajemen dalam islam

Manajemen konvensional adalah suatu


manajemen yang dimiliki para pekerja berasal
dari warisan dari nenek moyang disebarkan
melalui mulut ke mulut dan selalu diwariskan Manajemen Syari’ah adalah suatu
kepada generasi selanjutnya serta pengelolaan untuk memperoleh hasil
berkembang karena gagasan-gagasan yang optimal yang bemuara pada pencarian
pernah ada. Dalam manajemen konvensional keridhaan Allah. Langkah yang diambil
tidak pernah ditemukan suatu prinsip. Oleh dalam menjalankan manajemen tersebut
karena itu, Manajemen konvensional sering harus berdasarkan aturan-aturan Allah.
disebut manajemen yang tradisional. Aturan-aturan yang tertuang di dalam Al-
Quran, hadis dan beberapa contoh yang
dilakukan oleh para sahabat.
Perbedaan Manajemen konvensional dan
manajemen dalam islam berdasarkan :
Fungsi dan Kegiatan Bank
1 Dalam menjalankan kegiatannya, bank konvensional berfungsi menyediakan jasa keuangan dan
sebagai intermediasi. Sementara itu, untuk bank syariah, selain menjadi intermediasi, jenis bank yang
satu ini juga memiliki fungsi sebagai manajer investasi, investor sosial, dan tentu saja penyedia
layanan keuangan.

Prinsip Dasar
2 Pada kegiatan usaha, pastinya ada prinsip dasar yang menjadi pegangan dalam menjalankan roda
kegiatan. Begitu pula yang terjadi baik pada bank konvensional maupun bank syariah.
Prinsip pertama menyangkut nilai. Bank konvensional berprinsip bebas nilai, sedangkan bank syariah
menjunjung prinsip syariah Islam yang menyatakan tidak ada pembebasan nilai.
Prinsip kedua yaitu mengenai pandangan terhadap uang. Bank konvensional melihat uang sebagai
komoditas. Artinya, uang dipandang sebagai barang yang dapat diperjual-belikan. Sementara itu, bank
syariah memandang uang sebagai alat tukar. Jadi, dalam bank syariah, uang tidak dapat diperjual-belikan,
namun dapat ditukarkan kepada bentuk lain sesuai kebutuhan.
Prinsip ketiga menyangkut tentang pertumbuhan dana yang disimpan nasabah di kedua jenis bank
tersebut. Di bank konvensional, uang akan bertumbuh dengan adanya pemberian bunga yang didapat dari
pengelolaan pihak bank. Namun, bank syariah menolak sistem bunga tersebut, Untuk menumbuhkan
uang nasabahnya, bank ini menerapkan sistem bagi hasil
Perbedaan Manajemen konvensional dan
manajemen dalam islam berdasarkan :
Sumber Likuiditas Jangka Pendek
3 Kedua jenis bank ini sama-sama memperoleh likuiditasnya dari dua sumber, yakni pasar uang dan bank
sentral. Di Indonesia, yang dimaksud dengan bank sentral adalah Bank Indonesia. Hal yang membedakan
antara likuiditas bank konvensional dengan bank syariah terletak di pasar uang. Likuiditas bank
konvensional dari pasar uang bebas didapatkan dari emiten mana saja. Sementara itu, bank syariah hanya
mengambil sumber dari pasar uang yang menerapkan prinsip-prinsip syariah.

Risiko Usaha
4 Bank syariah menerapkan poin “ringan sama dijinjing, berat sama dipikul” antara bank dan
nasabah. Hal ini membuat semua hal yang terjadi ditanggung secara bersama-sama, baik
berupa keuntungan maupun kerugian.
Sementara itu pada bank konvensional biasa, pihak bank tidak berurusan dengan risiko yang
mungkin dihadapi nasabahnya. Pihak nasabah juga tidak perlu memikirkan risiko yang
mungkin terjadi kepada bank tempatnya melakukan transaksi keuangan ataupun menyimpan
dana.
Perbedaan Manajemen konvensional dan
manajemen dalam islam berdasarkan :

Struktur Pengawas
5 Di bank konvensional, struktur pengawas dijabat oleh dewan komisaris. Namun
di bank syariah, Anda akan menemui struktur pengawas yang lebih kompleks,
mulai dari dewan komisaris, dewan pengawas syariah, hingga dewan syariah
nasional.
Sistem Manajemen
Keuangan Syariah
Sistem manajemen keuangan syariah merupakan suatu langkah yang
digunakan untuk mengelola keuangan dengan menggunakan metode Islami
atau syariah sebagai acuannya. Di sisi lain, juga menggunakan dasar hukum
ajaran agama Islam sebagai pedoman.

Segala aktifitas keuangan pada sistem ini harus sesuai dengan prinsip syariah
sebagaimana sudah diatur melalui Al-Quran dan sunnah. Termasuk juga
melarang adanya jual beli barang haram ataupun adanya riba yang bisa
merugikan salah satu pihak.
Berdasarkan Al-Qur’an dan As-sunnah, prinsip sistem
keuangan Islam adalah sebagai berikut:

1. Larangan Riba
Riba merupakan pelanggaran atas sistem keadilan sosial, persamaan, dan hak atas barang. Sistem
riba hanya menguntungkan para pemberi pinjaman dengan membebani penetapan keuntungan
yang diperoleh pemberi pinjaman di awal perjanjian. Padahal “untung” dapat diketahui setelah
berlalunya waktu bukan hasil penetapan di muka.

2. Pembagian Risiko
Risiko merupakan konsekuensi dari adanya larangan riba dalam suatu sistem kerja sama antara
pihak yang terlibat. Risiko yang timbul dari aktivitas keuangan tidak hanya ditanggung oleh
penerima modal tetapi juga pemberi modal. Pihak yang terlibat tersebut harus saling berbagi
risiko sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati.

3. Uang sebagai Modal Potensial


Dalam Islam, uang tidak diperbolehkan apabila dianggap sebagai komoditas yaitu uang
dipandang memiliki kedudukan yang sama dengan barang yang dijadikan sebagai objek transaksi
untuk memperoleh keuntungan. Sistem keuangan Islam memandang uang boleh dianggap sebagai
modal yaitu uang bersifat produktif, dapat menghasilkan barang atau jasa bersamaan dengan
sumber daya yang lain untuk memperoleh keuntungan.
Berdasarkan Al-Qur’an dan As-sunnah, prinsip sistem
keuangan Islam adalah sebagai berikut:

4. Larangan Spekulatif
Hal ini selaras dengan larangan transaksi yang memiliki tingkat ketidakpastian
yang sangat tinggi, misalnya seperti judi.

5. Kontrak/Perjanjian
Dengan adanya perjanjian yang disepakati di awal oleh pihka-pihak yang terlibat
dapat mengurangi risiko atas informasi yang asimetri atau timbulnya moral
hazard.

6. Aktivitas Usaha harus Sesuai Syariah


Usaha yang dilakukan merupakan kegiatan yang diperbolehkan menurut syariah,
seperti tidak melakukan jual-beli minuman keras atau mendirikan usaha
peternakan babi.
Prinsip Sistem Keuangan Syariah Berdasarkan
Prinsip Sebagai Berikut :

1. Rela sama rela (antaraddim minkum).


2. Tidak ada pihak yang menzalimi
dan dizalimi (la tazhlimuna wa la
tuzhlamun).
3. Hasil usaha muncul bersama
biaya (al-kharaj bi al dhaman).
4. Untung muncul bersama risiko (al
ghunmu bi al ghurmi).
Transaksi Yang di Perbolehkan Dalam Islam
1. Berhutang dengan Akad 2. Akad Jual Beli Bisnis
dan Tanpa Riba Online Presentation

Melakukan hutang atau peminjaman pada orang Pada bisnis jual beli online proses akad juga
atau lembaga tentu adalah hal yang harus dilakukan. Misalnya dengan pembuatan
diperbolehkan oleh islam. Hutang adalah form pernyataan dari penjual dan pembeli, tidak
meminjam harta orang lain untuk dipergunakan menutupi keadaan barang atau produk yang
oleh kita dan dibayarkan kembali pada dijual, membayar sesuai pernjanjian, mengirim
peminjam pada jangka waktu tertentu. barang dan mengirim uang sesuai jumlah yang
Sedangkan riba adalah hal yang diharamkan telah disepakati. Tanpa proses seperti ini tentu
oleh islam. Riba juga mencekik orang miskin, saja akan merugi dan membuat manusia akan
terutama mereka yang meminjammnya untuk mendapatkan dampak mudharatnya.
kebutuhan primer kesehariannya. Untuk itu, Seiring perkembangan zaman tidak hanya jual
berhutang dalam islam adalah salah satu contoh beli barang saja yang dilakukan online, akan
transaksi ekonomi yang diperbolehkan asalkan tetapi penipuan, judi, taruhan, dsb juga bisa
tanpa riba dan dengan perjanjian atau akad yang dilakukan online, dan islam tetap melarang hal
jelas. tersebut.
 
3. Simpan Pinjam di Bank
Syariah 4. Jual Beli Produk Halal

Islam sendiri memiliki prinisp bahwa Contoh transaksi ekonomi dalam islam
transaksi ekonomi harus dijalankan sesuai lainnya adalah dengan jual beli produk
dengan syariah. Transaksi ekonomi sesuai halal. Jual beli adalah bagian dari
syariah ini dikembangkan dengan adanya transaksi dalam islam. Jual beli tentu saja
bank moderen berbentuk syariah. diperbolehkan oleh islam dan yang Allah
Di dalamnya bisa melakukan simpan pinjam larang adalah melakukan penipuan, judi,
tanpa adanya riba. Adanya lembaga bank atau mengundi nasib dengan proses yang
syariah yang dibuat umat islam tentu akan tidak jelas.
mempermudah umat islam dalam
bertransaksi dan prinsip-prinsip ekonomi
islam dapat dilakukan dengan baik dan
massif di banyak umat islam.
5. Pembuatan Billing
atau Invoice
● Pembuatan billing atau invoice adalah pembuatan bukti
transaksi. Hal ini perlu dilakukan untuk memperjelas proses jual
beli dan sebagai bukti transaksi ekonomi. Dalam zaman moderen
sekarang ini transaksi yang tanpa billing atau invoice dapat
dituntut dan bahkan diatur oleh pemilik bisnis. Jika tanpa bukti
transaksi maka penipuan, kecurangan, ataupun lainnya dapat
terjadi dan merugikan satu pihak.
● Tentu saja hal ini dengan syarat yaitu pembuatan billing atau
invoice juga didukung oleh sistem dan proses yang baik. Tidak
ada penipuan mislanya membuat bukti transfer palsu, pembuatan
invoice palsu, dan sebagianya. Sebagai umat islam tentu
kejujuran adalah hal utama. Untuk itu tidak perlu dilakukan
kebohongan karena dampak dari hal tersebut kita yang akan
menanggung. Kehilangan pelanggan, ketidakpercayaan, dan juga
tuntutan dari orang lain bisa saja akan terjadi.
Maisyir, Grahar, Riba, Dhulm dalam
manajemen etika keuangan dalam islam

Etika Islam dalam manajemen keuangan yang sempat diramu dari


sumber ajaran Islam, baik yang bersumber dari al-Qur’an, as-Sunnah,
pemikiran tokoh dan pencermatan atas pemikiran tokoh dan realitas
ekonomi. Pada prinsipnya, Ekonomi dan manajemen keuangan syariah
dipahami sebagai khazanah dan karya para ekonom muslim sebagai
pengejawantahan nilai-nilai ajaran ekonomi al-Qur’an dan Hadis dalam
tataran kehidupan kemasyarakatan, seperti nilai harta benda, nilai
kepemilikan, nilai pembagian kerja, sistem harga, harga yang adil,
kekuatan permintaan dan penawaran, konsumsi dan produksi,
pertambahan penduduk, pengeluaran dam perpajakan pemerintah,
peranan negara, lintas perdagangan, monopoli, pengendalian harga dan
lain-lain
Kata Maisir dalam bahasa Arab arti secara harfiah
adalah memperoleh sesuatu dengan sangat mudah
tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa
Maisyir
bekerja. Yang biasa juga disebut berjudi. Istilah
lain yang digunakan dalam al-Quran adalah kata
`azlam` yang berarti perjudian.
Definsi lain maysir atau Qimar yaitu suatu bentuk
permainan yang didalamnya dipersyaratkan, jika
salah seorang pemain menang, maka ia akan
mengambil keuntungan dari pemain yang kalah
dan sebaliknya.
Contoh dari maysir ini adalah judi, sedangkan
beberapa aktivitas yang termasuk dalam kategori
judi yang telah dilarang misalnya seperti SMS
berhadiah sesuai dengan Fatwa MUI No. 9 Tahun
2008 Tentang SMS Berhadiah dan kuis berbasis
telepon.
Pendapat Ulama Tentang
Maisyir
Zarqa
Syafi'i antonio
mengatakan bahwasanya adanya unsur gharar
mengatakan bahwa bahwa unsur maisir judi menimbulkan al-qumar, sedangkan al-qumar sama
artinya adanya salah satu pihak yang untung dengan almaisir (perjudian).
namun justru di lain pihak mengalami kerugian. Artinya ada salah satu pihak yang untung dan ada
Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis pula pihak lain yang rugi.
dengan sebab-sebab tertentu membatalkan
kontraknya sebelum masa (reversing period),
biasanya tahun ke tiga maka yang bersangkutan Husain hamid
tidak akan menerima kembali uang yang telah di
bayarkan kecuali sebagian kecil saja. Juga adanya berpendapat mengenai akad judi. Menurutnya
unsur keuntungan yang di pengaruhi oleh akad judi adalah akad gharar, karena masing-
pengalaman(underwriting) dimana untung rugi di masing pihak yang berjudi dan yang bertaruh
peroleh dari unsur ketetapan. menentukan pada waktu akad jumlah uang yang di
ambil atau jumlah uang yang ia berikan itu bisa di
tentukan nanti, tergantung pada suatu peristiwa
yang tidak pasti, yaitu jika menang maka ia
mengetahui jumlah yang di ambil, jika ia kalah
maka ia mengetahui jumlah yang ia berikan.
Gharar
Arti gharar secara bahasa yakni ‘tidak jelas’. Salah satu contoh gharar adalah ketika
membeli tanah menggunakan lemparan batu. Gharar diharamkan karena ada unsur
kebathilan sebagaimana yang disebutkan dalam surat An-Nisa ayat 29. Gharar adalah
ketidakjelasan, tipuan; transaksi yang mengandung ketidakjelasan dan/atau tipuan dari
salah satu pihak; seperti ba’i ma’dum (jual beli yang belum ada barangnya); sesuatu yang
mengandung keraguan, tipuan atau tindakan yang bertujuan merugikan orang lain. Gharar
yang terbesar adalah tidak adanya kepastian mengenai rincian objek, cara penyerahan dan
cara pembayaran. Dalam transaksi Islam harus ada i’tikad baik sehingga tidak boleh ada
gharar yang mengakibatkan kerugian akibat adanya i’tikad tidak baik tersebut; transaksi
yang mengandung tipuan dari salah satu pihak sehingga yang lain dirugikan; transaksi yang
objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaanya, atau tidak dapat
diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam Syariah. Gharar terjadi
bila kita mengubah sesuatu yang harusnya bersifat pasti menjadi tidak pasti.
Gharar

1. Jual beli ma’dum.


Yaitu jual beli barang yang belum
berwujud. Contohnya adalah jual
beli janin yang masih dalam Berdasarkan hukumnya, gharar dikategorikan dalam beberapa jenis, yaitu
kandungan. Karena janin yang a. Gharar yang disepakati larangannya
dikandung tidak diketahui jelas adalah gharar yang jelas dan gharar yang besar. Gharar jenis ini mutlak
diharamkan tanpa adanya khilafiyah.
kondisinya saat dilahirkan.
b. Gharar yang diperbolehkan
2. Jual beli barang majhul. yaitu gharar yang sudah menjadi satu kesatuan dengan objek transaksi dan tidak
Yakni jual beli barang yang tidak dapat dipisahkan. Ibnu Taimiyah menyatakan gharar yang kecil diperbolehkan.
jelas. Contohnya adalah jual beli Contoh gharar yang masuk dalam kategori ini adalah pondasi rumah (ketika
mobil tanpa deskripsi. membeli rumah, pembeli tidak mengetahui spesifikasi pondasi yang dipakai dalam
3. Jual beli barang yang tidak pembangunan rumah).
c. Gharar yang diperselisihkan.
dapat diserahterimakan.
Yang termasuk dalam kategori gharar ini adalah jual beli tanaman yang masih
Contohnya, jual beli ikan yang ada berada dalam tanah. Ada beberapa ulama yang membolehkan dan ada yang tidak
di laut. memperbolehkan. Salah satu solusi mencegah keghararan dalam kategori ini adalah
dengan merujuk kepada historical panennya.
Riba
1. Surat Ar-Rum ayat 39. Konsep bunga (interest) yang
diterapkan oleh orang Yahudi di Vatikan pada hakikatnya
bertujuan untuk membantu orang lain. Namun, dibantah oleh
Allah SWT bahwa sesungguhnya itu bukanlah bantuan
kecuali zakat.
2. Surat An-Nisa ayat 160-161. Pendapat yang mengatakan
Arti riba secara bahasa yakni jual-beli dan pinjam-meminjam itu sama. Yahudi
menyamakan konsep jual-beli (profit based) dan pinjam-
‘bertumbuh’ (az-ziyadah). Secara
meminjam. Dalam pinjaman yang mereka berikan kepada
istilahi, riba bermaksud penambahan orang lain, mereka meminta upah yang diakui sebagai profit.
atas harga pokok tanpa adanya bisnis Namun, hal ini dibantah oleh Allah SWT dalam surat ini.
riil. Para ulama sepakat mengatakan 3. Surat Ali Imran ayat 130. Terkait dengan pinjaman yang
bahwa hukum riba adalah haram dan berlipat ganda. Para Yahudi berkilah bahwa yang dilarang
tidak ada perbedaan khilafiyah terhadap adalah nominal yang dibayarkan berlipat ganda. Padahal,
hukum riba. Adapun riba tidak serta- perjanjian mereka juga diharamkan.
4. Surat Al-baqarah ayat 278-279. Ayat ini menerangkan
merta diharamkan dalam satu tahap,
bahwasanya dalam riba terdapat kedzaliman yang nyata
akan tetapi melalui beberapa tahap, untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Dalam tahap
yakni: terakhir ini, praktek ribawi telah diharamkan secara mutlak.
Berdasarkan hadits, barang-barang yang termasuk
dalam barang ribawi ada 6 kategori, yaitu emas,
perak, gandum, sya’ir, kurma dan garam. 6 barang
ini harus ditukar secara sejenis dan kontan.
Adapun barang ribawi ini dikategorikan dalam 2
kategori secara umum.
• Kategori pertama adalah alat tukar transaksi
yang termasuk didalamnya emas dan perak.
• Kategori kedua adalah makanan pokok yang Secara bentuknya, ada 2 jenis riba, yaitu riba
terdiri dari gandum, sya’ir, kurma dan garam. Alat nasi’ah (riba ad-dayn) dan riba fadl (riba al–bai’).
tukar transaksi harus ditukarkan secara tunai dan • Riba nasi’ah yakni riba yang terdapat dalam
sama nilai.Namun, antara alat tukar dan makanan pinjaman uang. Contohnya adalah ketika seseorang
pokok boleh ditransaksikan tanpa mengikut meminjamkan uang kepada orang lain dan pemberi
ketentuan dalam hadits, yaitu boleh tidak secara pinjaman mewajibkan peminjam untuk
tunai dan tidak sama nilai. mengembalikan uangnya lebih banyak dari apa
yang dipinjam jika melebihi tempo waktu yang
ditetapkan.
• Riba fadl terdapat dalam transaksi, mata uang, dan
sebagainya. Contoh riba fadl adalah ketika 1kg
beras ditukarkan dengan 1kg beras dan tidak secara
tunai.
“Dhulm” atau “Zhulm” adalah transaksi yang
menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya.
Yang secara lengkapnya merupakan suatu
perbuatan yang merugikan, mengambil atau
menghalangi hak orang lain yang tidak
Dhulm

dibenarkan secara syariah, sehingga dapat


dianggap sebagai salah satu bentuk penganiayaan.
Contohnya seperti melakukukan korupsi disebuah
instansi, lembaga, ataupun perusahaan yang mana
korupsi tersebut mengakibatkan kerugian pada
suatu instansi dan terhambatnya hak-hak
kepmilikan orang lain. Perbuatan ini menuntut
etika yang tidak baik bagi suatu individu maupun
kelompok dikarenakan tidak sesuai dengan ajaran
dan nilai-nilai islam yang bersumber pada Al-
qur’an dan Hadits.
ANALISIS MASALAH PENGEMBANGAN PERBANKAN
SYARIAH DI INDONESIA

Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Bulan Desember 2015,
berdasarkan statistik perbankan syariah, jumlah perbankan syariah telah mencapai
12 Bank Umum Syariah, 22 Unit Usaha Syariah dan 163 Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah dengan total jaringan kantor sebanyak 2,301 kantor di seluruh Indonesia.
Dalam perkembangan terakhir, industri perbankan syariah ternyata mengalami
penurunan performa dibanding perbankan konvensional.
Eksistensi bank syariah di Indonesia belum didukung oleh faktor-faktor
pendukung yang memungkinkan perbankan syariah untuk terus
berkembang dan berjalan dengan baik.
Eksistensi perbankan syariah, jelas memiliki arti penting bagi pembangunan
ekonomi berwawasan syariah terutama dalam memberikan solusi bagi
pemberdayaan usaha kecil dan menengah serta menjadi inti kekuatan
ekonomi yang berbasis kerakyatan dan sekaligus menjadi penyangga utama
sistem perekonomian nasional.
Bank syariah tidak hanya befungsi dalam penyaluran modal tetapi juga
berfungsi untuk menangani kegiatan sosial.
METODE
Dalam penelitian ini, data yang digunakan merupakan data primer yang didapat dari hasil
wawancara (indepth interview) dengan dengan pakar dan praktisi, yang memiliki pemahaman
tentang permasalahan yang dibahas. Dilanjutkan dengan pengisian kuesioner pada pertemuan
kedua dengan responden.

Jumlah responden dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang pakar dan praktisi dengan
pertimbangan berkompeten. responden yang dipilih dalam survey ini adalah para
pakar/peneliti ekonomi Islam dan praktisi bank syariah.

Penelitian ini merupakan penelitian analisis kualitatif-kuantitatif dimana bertujuan untuk


menangkap suatu nilai atau pandangan yang diwakili para pakar dan praktisi tentang
perbankan syariah di Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah metode ANP. Analytic
Network Process (ANP)
Hasil dan Pembahasan

Permasalahan dalam hal pengembangan perbankan


syariah di Indonesia dapat dibagi menjadi 4 aspek
yang terdiri dari aspek sumber daya manusia (SDM),
Teknikal, Legal/Struktural dan aspek Pasar/Komunal.
Berikut penjelasan pada slide selanjutnya :
1 Problem Sumber Daya Manusia

Lemahnya pemahaman praktisi bank syariah, baik sisi


pengembangan bisnis maupun sisi syariah. dalam
praktiknya perbankan syariah seringkali menyimpang
dari prinsip syariah. Kedua, supply oriented. Praktisi
hanya bisa menjelaskan apa yang mereka tahu tetapi
tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan oleh
masyarakat. Ketiga, belum memadainya sumber daya
manusia yang terdidik dan profesional, terutama teknis
manajerial.
2 Problem Technical

Pertama, permodalan (dana) bank syariah masih belum


memadai dan biaya dana yang mahal yang berdampak pada
keterbatasan segmen pembiayaan. Kedua, inovasi di bidang
produk dan layanan, pemasaran dan pengembangan bisnis
yang dimiliki bank syariah masih lemah, Ketiga, kurang
memadainya fasilitas atau infrastruktur teknologi informasi
(IT), padahal hal tersebut merupakan prasyarat penting
keberhasilan lembaga keuangan.
3 Problem Legal/Struktural

Pertama, belum selarasnya visi dan kurangnya


koordinasi antar pemerintah dan otoritas dalam
pengembangan perbankan syariah. Kedua,
pengaturan dan pengawasan yang masih belum
optimal. Ketiga, Kurangnya support dan dukungan
pemerintah terhadap pengembangan perbankan
syariah, terutama jika dibandingkan dengan negeri
Jiran.
4 Problem Pasar/Komunal

Pertama, salah satu permasalahan yang masuk dalam bagian ini


adalah masalah persaingan, baik persaingan antarbank syariah
sendiri maupun dengan lembaga keuangan lainnya. Kedua,
masalah pada tingkat kepercayaan adalah kurangnya minat
masyarakat dalam menyimpan dana di bank syariah karena rasa
tidak percaya kepada bank syariah atau karena return yang
rendah di banding bank konvensional. Ketiga, kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap keberadaan bank syariah,
baik dari sisi pelayanan yang diberikan, maupun pengetahuan

,
akad yang relatif lebih “rumit”.
Gambar 1. Prioritas Aspek Masalah
Gambar 2. Prioritas Kebijakan Strategis
Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan permasalahan muncul dalam


pengembangan bank syariah di Indonesia terdiri dari 4 aspek yaitu:
SDM, teknikal, aspek legal/struktural, dan aspek pasar/komunal.
Penguraian aspek masalah secara keseluruhan yaitu : pertama,
Belum memadainya permodalan bank syariah; kedua, Lemahnya
pemahaman praktisi bank syariah; ketiga, Kurangnya dukungan
pemerintah dan keempat, Trust & minat masyarakat terhadap bank
syariah cenderung rendah.

3
%
Sedangkan prioritas strategi kebijakan yang dianggap mampu menyelesaikan permasalahan
industri perbankan syariah di Indonesia terdiri dari: pertama, memperkuat permodalan dan
skala usaha serta memperbaiki tingkat efisiensi; kedua, memperbaiki kuantitas dan kualitas
sumber daya manusia bank syariah, berikut juga sistim informasi dan teknologi; ketiga,
perbaikan struktur dana bank syariah dan harmonisasi pengaturan dan pengawasan.
Beberapa saran dan rekomendasi yaitu Diharapkan adanya komitmen bersama dari pembuat
kebijakan dalam menunjang dan mendorong upaya pengembangan industri keuangan
syariah khususnya dalam hal ini bank syariah; Melalui penelitian ini, diharapkan dapat
memperluas kajian penelitian akademik terkait bank syariah; Penelitian selanjutnya dengan
pendekatan yang sama (ANP) disarankan agar dapat menambah jumlah responden dari
pihak-pihak terkait yang dipandang paham akan masalah bank syariah di Indonesia.
THANK
YOU!

Finish!

Anda mungkin juga menyukai