Anda di halaman 1dari 12

‫ُ‬ ‫هللا‬ ‫ل‬

‫َّ‬ ‫ح‬
‫َ‬ ‫َأ‬ ‫ا‬‫م‬‫َ‬ ‫ت‬
‫ِ‬ ‫ا‬‫ب‬‫َ‬ ‫ِّ‬
‫ي‬ ‫َّ‬
‫الط‬ ‫ُوا‬
‫م‬ ‫رِّ‬ ‫ح‬
‫َ‬ ‫ُ‬
‫ت‬ ‫َ‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫و‬‫ْ‬ ‫ُ‬
‫ن‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫آ‬ ‫ْن‬
‫َ‬ ‫ي‬‫ذ‬‫ِ‬ ‫َّ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ه‬‫َ‬ ‫ي‬
‫ُّ‬ ‫َأ‬ ‫َيا‬
‫هللا الَ ُي ِحبُّ المُعْ َت ِدي َْن؛ َو ُكلُ ْوا‬ ‫َ‬ ‫نَّ‬ ‫ِإ‬ ‫ا‬‫و‬‫ْ‬ ‫ُّ‬
‫د‬ ‫َ‬
‫ت‬ ‫عْ‬ ‫َ‬
‫ت‬ ‫َ‬ ‫ال‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫م‬
‫ْ‬ ‫ُ‬
‫ك‬ ‫َ‬
‫ل‬
‫هللا الَّ ِذيْ َأ ْن ًُت ْم ِب ِه‬
‫َ‬ ‫ا‬ ‫و‬‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ق‬‫ت‬‫َّ‬ ‫ا‬‫و‬‫َ‬ ‫ا‬ ‫ً‬
‫ب‬ ‫ِّ‬
‫ي‬ ‫َ‬
‫ط‬ ‫ً‬ ‫ال‬‫َ‬ ‫ال‬ ‫ح‬‫َ‬ ‫ُ‬ ‫هللا‬ ‫م‬
‫ُ‬ ‫ك‬‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ِممَّا َر َزق‬
‫مُْؤ ِم ُن ْو َن (المائدة‪)88-87 :‬‬
1. Artinya:
 QS. Al-Maidaah: 87: (Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa
yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu,
dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang melampaui batas).
 QS. Al-Maidaah: 88: (Dan makanlah makanan
yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada
Allah yang kamu beriman kepada-Nya ).
‫ َما َأ َح َّل هللاُ ِفيْ ِك َت ِاب ِه َفه َُو َحالَ ٌل َو َما َحرَّ َم َفه َُو َح َرا ٌم‬
‫هللا‬
َ َّ‫ن‬‫ِإ‬ َ
‫ف‬ ‫ه‬
ُ َ
‫ت‬ ‫ي‬
َ ‫ف‬
ِ ‫ا‬ ‫ع‬
َ ‫هللا‬
ِ ‫ن‬
َ ‫م‬
ِ ‫ا‬ ‫و‬ْ ُ ‫ل‬‫ب‬ِ ْ
‫ق‬ ‫ا‬ َ
‫ف‬ ٌ
‫ة‬ ‫ت َع ْن ُه َفه َُو َعا ِف َي‬
َ ‫َو َما َس َك‬
‫َل ْم َي ُكنْ لِ َي ْن َسى َش ْيًئ ا‬
HR. Hakim : (Apa yang Allah halalkan dalam kitab-Nya,
maka dia adalah halal; dan apa saja yang Ia haramkan,
maka ia adalah haram; sedang apa yang ia diamkannya,
maka hal itu dibolehkan (dimaafkan). Oleh karena itu,
terimalah dari Allah kemaafan-Nya itu, sesungguhnya Allah
tidak akan lupa sedikitpun)
2. Kosakata:
a. Halal (al-halal): adalah kebolehan (al-
muthlaq) atau secara mutlak diijinkan
secara syara’;
b. Haram (al-haram): adalah larangan (al-
man’u) atau sesuatu yang dijadikan haram
tidak boleh dilakukan.
3. Sebab Nuzul:
 HR. Bukhari dari Anas menyatakan bahwa: (ada tiga
orang datang ke rumah isteri Rasulullah saw,
mereka menanyakan tentang ibadah Rasulullah
saw. Ketika diberitahukan kepada mereka, mereka
berkata: kita sangat jauh dari ibadah Rasulullah,
padahal beliau sudah diampuni dosa-dosanya.
Salah seorang diantara mereka kemudian berkata:
Saya akan terus berpuasa tnpa pernah berbuka;
Yang ketiga berkata: Kalian telah mengatakan
ucapan tadi, sedangkan adalah orang yang paling
takut kepada Allah dan paling takwa, tetapi aku
puasa dan juga berbuka, aku salat, tidur dan
menikah (inilah sunnahku). Barangsiapa tidak
senang dengan sunnahku, bukan dari golonganku)
4. Tafsir:
 Ayat 87: Ayat ini menjelaskan hal yang berkenaan

dengan beberapa orang sahabat yang keliru dalam


memahami dan melaksanakan ajaran Islam. Mereka
mengira bahwa untuk mendekatkan diri kepada
Allah harus melepaskan diri dari segala macam
kenikmatan duniawi, karena mereka berpendapat
bahwa kenikmatan itu hanya akan melalaikan
mereka beribadah kepada Allah. Padahal Allah telah
menciptakan dan menyediakan di muka bumi ini
hal-hal yang baik, yang dihalalkan-Nya untuk
mereka. Sekalipun Allah telah menyediakan dan
menghalalkan hal-hal yang baik bagi hamba-Nya,
namun tetap melarang dari hamba-Nya dari sikap
dan perbuatan yang melampaui batas.
 Perbuatan yang melampaui batas:
(1) seorang memakan makanan yang baik dan
halal, tetapi berlebihan makan makanan itu;
(2) seorang yang telah melampaui batas dalam
macam dan jenis makanan, demikian juga
minuman, tidak lagi terbatas pada makanan
yang baik dan halal, bahkan telah
melampauinya kepada yang merusak dan
berbahaya, yang telah diharamkan oleh
agama.
 Ayat 88: Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada
hamba-Nya agar mereka makan rezeki yang halal
dan baik, yang telah dikaruniakan-Nya kepada
mereka. “Halal” di sini mengandung pengertian,
halal bendanya dan halal yang cara
memperolehnya. Sedangkan “baik” adalah dari segi
kemanfaatannya, yaitu yang mengandung manfaat
dan mashlahat bagi tubuh, mengandung gizi,
vitamin, protein dan sebagainya. Makanan tidak
baik, selain tidak mengandung gizi, juga jika
dikonsumsi akan merusak kesehatan.
 Prinsip “halal dan baik” ini hendaknya
senantiasa menjadi perhatian dalam
menentukan makanan dan minuman yang
akan dimakan untuk diri sendiri dan untuk
keluarga, karena makanan dan minuman itu
tidak hanya berpengaruh terhadap jasmani,
melainkan juga terhadap rohani.
5. Landasan standar untuk menentukan halal-
haram:
a. Kaidah: (al-ashl fi al-asy-yaa al-ibahah)
Asal sesuatu yang diciptakan Allah adalah
halal dan mubah. Dengan demikian, tidak
ada satupun yang haram, kecuali karena
ada nash (teks al-Quran dan Sunnah) dan
tegas dari Syari’ yang mengharamkannya.
b. Menentukan halal-haram semata-mata
hak Allah;
c. Mengaharamkan yang halal dan
menghalalkan yang haram sama dengan
syirik;
d. Mengaharmkan yang halal akan berakibat
timbulnya kejahatan dan bahaya;
e. Setiap yang halal tidak memerlukan yang haram;
f. Apa saja yang membawa haram adalah haram;
g. Bersiasat terhadap hal yang haram, hukumnya
adalah haram;
h. Nilai baik tidak dapat melepaskan yang haram;
i. Menjauhkan diri dari sybhat kerena takut terlibat
dalam haram;
y. Sesuatu yang haram berlaku untuk semua
orang, tanpa kecuali;
k. Keadaan terpaksa membolehkan yang terlarang;
6. Kesimpulan:
a. Orang beriman tidak dibolehkan
mengharamkan bagi dirinya atau orang
lain, apa-apa yang telah dihalalkan Allah
dan juga tidak dibenarkan melampaui
batas dalam segala macam tindakan dan
perbuatannya;
b. Mereka diperbolehkan menikmati
bermacam-macam kenikamatan, seperti
makanan, minuman, pakaina dan lain-
lainnya, akan tetapi yang halal dan baik,
serta harus senantiasa bertaqwa kepada
Allah dalam segala perbuatan.

Anda mungkin juga menyukai