PENANGGULANGAN KEBAKARAN
DISAMPAIKAN OLEH
F. RATIH SETYA AMBARWATI
DISAMPAIKAN DALAM
PEMBINAAN DAN SERTIFIKASI
PETUGAS PERAN KEBAKARAN/ KELAS D
NORMA K3
NORMA KETENAGAKERJAAN
3
DASAR HUKUM :
1. UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN
1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA;
2. PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970;
3. STANDAR TEKNIS DI BIDANG
PENANGGULAN KEBAKARAN.
PENGAWASAN NORMA
K3
UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Pasal 5
(1) Pegawai Pengawas dan Ahli Keselamatan Kerja ditugaskan
menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-
Undang ini dan membantu pelaksanaannya.
(2) Wewenang dan kewajibannya diatur dengan peraturan perundangan.
K3
PENANGGULANGAN SARANA
PROTEKSI
KEBAKARAN KEBAKARAN
MANAJEMEN K3
UU NO 1 TH 1970
PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
K3
PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
UU NO 1 TH 1970
Pencegahan kebakaran adalah pengendalian setiap perwujudan energi (kimia,
mekanik, listrik, fisika)
K3
PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
UU NO 1 TH 1970
SARANA PROTEKSI KEBAKARAN
® DETEKSI /DETEKTOR (panas, asap, nyala)
AKTIF
® ALARM (AUDIBEL, VISIBEL)
® APAR
® SPRINKLER
® HIDRAN
PASSIF
® MEANS OF ESCAPE
® KOMPARTEMEN
® SMOKE CONTROL (PENGENDALI ASAP)
® FIRE DAMPER (BAHAN TAHAN API)
® FIRE RETARDANT (PELAPISAN BAHAN TAHAN API)
PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF
Penerapan suatu desain sistem atau instalasi deteksi, alarm &
pemadam kebakaran pada suatu bangunan tempat kerja yg
sesuai & handal shg pada bangunan tempat kerja tsb
mandiri dalam hal sarana untuk menghadapi bahaya
kebakaran.
Kebijakan
Fire risk
Assessment
•Efektif
Jenis dan •Aman
Pemeliharaan ukuran •Tidak Merusak
teratur tepat
Penggolongan Kebakaran
Kelas A - Bahan padat mudah terbakar
yang bukan logam.
APAR
Dirancang dengan tekanan > 14kg/cm2
dapat mendorong seluruh medianya
(sisa mak 15%) dalam waktu min. 8 detik
Syarat :
- Angka keamanan min 4,13 x WP (65 oC)
- Test pressure 1,5 x WP(65 oC)
- Pengujian ulang tiap 5 tahun
APAR
Sebagai sarana K3 (Safety Equipment)
Pengandung Potensi Bahaya
PEMASANGAN APAR
Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan
pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan
diambil
Dlengkapi dengan pemberian tanda pemasangan, dengan tinggi 125
cm dari dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam
api ringan bersangkutan..
Untuk APAR yang dipasang pada dinding, tanda pemasangan
berupa berupa segitiga sama sisi berwarna merah, sesuai dengan
ketentuan.
Untuk APAR yang dipasang pada tiag kolom, tanda pemasangan
berupa iang kolom benbenuk segi empat atau lingkaran.
Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau
kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali
ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan Kerja.
PEMASANGAN APAR
1,2 m
1,2 m
15 cm
PEMERIKSAAN APAR
Tabung APAR sebaiknya berwarna merah
Tabung APAR tidak berlubang-lubang atau cacat karena karat
Tekanan dalam tabung tidak berkurang (pada daerah hijau)
Handel dan label harus selalu dalam keadaan baik
Mulut pancar tidak tersumbat dan pipa pancar tidak retak atau
menunjukan tanda-tanda rusak
Untuk alat pemadam api jenis carbon dioxida (CO2) harus
diperiksa dengan cara menimbang serta mencocokkan beratnya
dengan berat yang tertera pada alat pemadam api tersebut,
apabila terdapat kekurangan berat sebesar 10% tabung
pemadam api itu harus diisi kembali sesuai dengan berat yang
ditentukan.
JENIS MEDIA PEMADAM KEBAKARAN DAN APLIKASINYA
Clean
Air Busa Powder
Kl
Agent
VVV V VV V*)
Klas A Bahan spt (kayu, kertas, kain dsb.
Bahan berharga XX XX VV**) VVV
Bahan cair XXX VVV VV V*)
Klas B
Bahan gas X X VV V *)
Keterangan :
• tidak trampil
INSTALASI ALARM
TANDA BAHAYA KEBAKARAN
TUJUAN
PEMASANGAN INSTALASI ALARM
KEBAKARAN OTOMATIK BERTUJUAN UNTUK
MENDETEKSI KEBAKARAN SEAWAL MUNGKIN,
Flashover
3 - 10 menit
TH
W
mel i
(600-1000 o C)
O
and
GR
Awal mula
a
WAKTU
Sumber daya
energi
BI
Kerusakan
Adanya Korban
Penyimpangan Jiwa
Dampak
Standar K3 Lingkungan 38
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA RI
NO. PER-02/MEN/1983
TENTANG
INSTALASI ALARM KEBAKARAN OTOMATIK
Ruang lingkup
- Perencanaan
- Pemasangan,
- Pemeriksaan
- Pengujian
- Pemeliharaan
INSTALASI ALARM KEBAKARAN
OTOMATIK
TUJUAN
AGAR KEBAKARAN DAPAT TERDETEKSI SEDINI
MUNGKIN, SEHINGGA TINDAKAN YANG
DIPERLUKAN DAPAT SEGERA DILAKUKAN.
40
DETEKTOR
ASAP
41
1 11 1 11 1
2 12 2 12 2
3 13 3 13 3
4 14 4 14 4
5 15 5 15 5
6 16 6 16 6
7 17 7 17 7
8 18 8 18 8
9 19 9 19 9
10 20 10 20 10
2. Mimic Panel
11
MCFA 12
13
14
Merk : 15
Model : 16
Instalatir : 17
Pengesahan No : 18
Tgl :
19
3. Anounciator Panel 20
JENIS DAN TIPE DETEKTOR
•ULTRA VIOLET
Nyala
•INFRA RED
•FIXED TEMPERATURE
Panas
•RATE OF RISE
Asap •IONIZATION
•OPTIC
Manual
•Push bottom
•Full down
•break glass
ZONA DETECTION
Nyala 20 titik
EOL
Panas 40 titik
EOL
Asap 20 titik
EOL
SPRINKLER LIFT
(FS) Off
PRESS FAN
POMPA On
HYDRANT
MCFA
supply daya
FIRE HYDRANT
Jaringan instalasi pipa air
untuk pemadam kebakaran
yang dipasang secara permanen
Seamiest
Connection
RESERVOAR
PERENCANAAN HYDRANT
KLASIFIKASI HUNIAN
Tingkat resiko bahaya kebakaran
3
2
min. (H3) = 4.5 kg/cm
68o C
182o C
79o C
201o C
260o C
93o C
Dasar perencanaan sprinkler
Kepadatan pancaran dibagian hidrolik tertinggi dan terjauh
Yaitu :
Debit air yang dipancarkan oleh empat kepala sprinkler
dirancang mampu menyerap energi kalor (beban api)
yang ada dalam area yang dibatasi oleh empat kepala sprinkler
PERENCANAAN SPRINGKLER
KLASIFIKASI TINGGI PENGGUNAAN
BANGUNAN JUMLAH LANTAI SPRINKLER
TIDAK KETINGGIAN S.D 8 METER SATU TIDAK
LANTAI DIHARUSKAN
BERTINGKAT
TIDAK KETINGGIAN S.D 8 METER TIDAK
ATAU DUA LANTAI DIHARUSKAN
BERTINGKAT
BERTINGKAT KETINGGIAN S.D 14 METER TIDAK
ATAU 4 LANTAI DIHARUSKAN
RENDAH
BERTINGKAT KETINGGIAN S.D 40 METER DIHARUSKAN
TINGGI ATAU 8 LANTAI MULAI DARI
LANTAI SATU
BERTINGKAT KETINGGIAN LEBIH DARI 40 DIHARUSKAN
METER ATAU DI ATAS 8 LANTAI MULAI DARI
TINGGI
LANTAI SATU
PERENCANAAN SPRINGKLER
Kepadatan pancaran
Kapasitas aliran
Q , gpm
Kepala Springkler
Tekanan
Psi 3/8 in 1/2 in 17/32 in
10 9 18 25
15 11 22 32
20 13 25,5 36
25 14,5 28,5 40
35 17 34 47
50 20 40 56,5
75 25 49,5 69
100 28,5 57 80
Jumlah kepala springkler
1 2 1 2
1¼ 3 2 3
1½ 5 5 5
2 10 8 10
2½ 20* 15 30
3 40* 27 60
3½ 65* 40 100
4 100 55 275
5 160 120
6 275 200*
8 400
a. Ketahanan Struktur
Agar Konstruksi Bangunan mampu menciptakan Kestabilan Struktur selama terjadi
Kebakaran, sehingga memberi kesempatan pd Penghuni untuk menyelamatkan diri &
bagi Petugas Pemadam Kebakaran untuk melakukan Operasi Pemadaman Kebakaran.
EXIT
1. Sarana evakuasi
• Bagian dari konstruksi bangunan yang dirancang
aman untuk digunakan pada waktu keadaan
darurat
2. Evakuasi
Tindakan menyelamatkan diri sendiri masing masing
tanpa dibantu orang lain
EXIT
FAKTOR PERENCANAAN
MEANS OF ESCAPE
TEMPAT TEMPAT
JALUR AMAN AMAN
BERBAHAYA
FAKTOR PERENCANAAN MEANS OF ESCAPE
K3
PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
UU NO 1 TH 1970
MANAJEMEN K3
Pengertian
Manajemen : usaha untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan
cara mengelola dan mengawasi melalui kegiatan perencanaan, koordinasi,
serta pengaturan sumber daya yang ada.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
a.Ahli Keselamatan dan Kesehatan Keerja adalah Tenaga Teknih Tempat
berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yan ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-Undang
Keselamatan Kerja.
b. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu
tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
c. Tempat kerja adalah tiap ruangan,, atau lapangan, tertutup, ataqu terbuka,
bergerak, atau tetap, dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya.
MANAJEMEN K3
Pasal 2
(1) Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk berwenang menunjuk ahli
keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kerja dengan kriteria tertentu
dan pada perusahaan yang memberikan jasa dibidang keselamatan dan
kesehatan kerja.
(2) Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:
a. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja
lebih dari 100 orang;
b. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja
kurang dari 100 orang akan tetapi menggunakan bahan, proses, alat
dan atau instalasi yang besar risiko bahaya terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja;
MANAJEMEN K3
Pasal 7
(1) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja berlaku
untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun.
(2) Keputusan penunjukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
dimintakan perpanjangan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat
yang ditunjuk.
Pasal 8
(1) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja tidak
berlaku apabila yang bersangkutan:
a. pindah tugas ke perusahaan atau instansi lain;
b. mengundurkan diri;
c. meninggal dunia.
MANAJEMEN K3
Pasal 8
2) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja dicabut
apabila yang bersangkutan terbukti :
a. tidak memenuhi peraturan perundang-undangan keselamatan dan
kesehatan kerja;
b. melakukan kesalahan dan kecerobohan sehingga menimbulkan
keadaan berbahaya;
c. dengan sengaja dan atau karena kehilafannya menyebabkan
terbukanya suatu rahasia perusahaan/instansi yang karena
jabatannya wajib untuk dirahasiakan.
Pasal 9
(1) Ahli Keselamatanm dan Kesehatanb Kerja berkewajiban :
a. membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan
keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan bidang yang
ditentukan dalam keputusan penunjukannya;
MANAJEMEN K3
Permenaker Nomor Per.02/Men/1992
Pasal 9
b. memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang
ditunjuk mengenai hasil pelaksanaan tugas dengan ketentuan
sebagai berikut:
1). Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
satu kali dalam 3 (tiga) bulan, kecuali ditentukan lain;
2). Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan
yang memberikan jasa dibidang keselamatan dan kesehatan
kerja setiap saat setelah selesai melakukan kegiatannya;
c. merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/
instansi yang didapat berhubungan dengan jabatannya.
Pasal 10
(1) Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja berwenang untuk :
a. memasuki tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukan;
MANAJEMEN K3
Pasal 10
(1) Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja berwenang untuk :
b. meninta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja
sesuai dengan keputusan penunjukannya;
c. memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan
memberikan persyaratan serta pembinaan keselamatan dan
kesehatan kerja yang meliputi:
1. Keadaan dan fasilitas tenaga kerja.
2. Keadaan mesin-mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta
peralatan lainnya.
3. Penanganan bahan-bahan.
4. Proses produksi.
MANAJEMEN K3
Pasal 10
(1) Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja berwenang untuk :
c. memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan
memberikan persyaratan serta pembinaan keselamatan dan
kesehatan kerja yang meliputi:
4. Proses produksi.
5. Sifat pekerjaan.
6. Cara kerja.
7. Lingkungan kerja.
(2) Perincian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dapat dirubah
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
MANAJEMEN K3
Pasal 2
(1) Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus
wajib membentuk P2K3.
(2) Tempat kerja dimaksud ayat (1) ialah:
a. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100
orang atau lebih;
b. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan
kurang dari 100 orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan
instalasi yang mempunyai risiko yang besar akan terjadinya
peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif.
MANAJEMEN K3
Pasal 3
(1) Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya
terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
(2) Sekretaris P2K3 ialah ahli Keselamatan Kerja dari perusahaan yang
bersangkutan.
(3) P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya atas usul dari
pengusaha atau pengurus yang bersangkutan.
Pasal 4
(1) P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta
maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah
keselamatan dan kesehatan kerja.
MANAJEMEN K3
Pasal 4
(2) Untuk melaksanakan tugas tersebut ayat (1), P2K3 mempunyai fungsi:
a. Menghimpun dan mengolah data tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di tempat kerja;
b. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:
1) Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan
gangguan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya
kebakaran dan peledakan serta cara penanggulangannya.
2) Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja;
3) Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
4) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya;
MANAJEMEN K3
Pasal 4
7) Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;
8) Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja;
9) Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja, melakukan
pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil
pemeriksaan;
10) Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene perusahaan dan
kesehatan kerja.
d. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan
pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higene
perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi tenaga kerja.
MANAJEMEN K3
Pasal 4
7) Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;
8) Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja;
9) Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja, melakukan
pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil
pemeriksaan;
10) Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene perusahaan dan
kesehatan kerja.
d. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan
pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higene
perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi tenaga kerja.
MANAJEMEN K3
Pasal 3
(1) Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus
orang atau ebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan
oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran,
pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem
Manajemen K3.
MANAJEMEN K3
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
MANAJEMEN K3
Pasal 2
Penerapan SMK3 bertujuan untuk:
a. meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
b. mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh; serta
c. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
MANAJEMEN K3
Pasal 3
(1) Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3.
(2) Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertuang dalam Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
MANAJEMEN K3
Pasal 4
(1) Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
sebagai pedoman perusahaan dalam menerapkan SMK3.
(2) Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan pedoman penerapan
SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
MANAJEMEN K3
PP No. 50 Tahun 2012 ttg Penerapan SMK3
Pasal 5
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi
perusahaan:
a. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau
b. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
Pasal 6
(1) SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) meliputi:
a. penetapan kebijakan K3;
b. perencanaan K3;
c. pelaksanaan rencana K3;
d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
(2) Penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertuang dalam
pedoman yang tercantum dalam Lampiran I sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
MANAJEMEN K3
PP No. 50 Tahun 2012 ttg Penerapan SMK3
Pasal 16
(2) Untuk perusahaan yang memiliki potensi bahaya tinggi wajib melakukan
penilaian penerapan SMK3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Lampiran II
Pelaksanaan penilaian dilakukan berdasarkan tingkatan penerapan SMK3 yang
terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
1. Penilaian Tingkat awal
Penilaian penerapan SMK3 terhadap 64 (enam puluh empat) kriteria
sebagaimana tercantum dalam kolom 3 pada Tabel 1.
2.Penilaian Tingkat Transisi
Penilaian penerapan SMK3 terhadap 122 (seratus dua puluh dua) kriteria
sebagaimana tercantum dalam kolom 3 dan kolom 4 pada Tabel 1.
3.Penilaian Tingkat Lanjutan
Penilian penerapan SMK3 terhadap 166 (seratus enam puluh enam) kriteria
sebagaimana tercantum dalam kolom 3, kolom 4, dan kolom 5 pada Tabel 1.
MANAJEMEN K3
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: :
Unit penanggulangan kebakaran ialah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi untuk
menangani masalah penanggulangan kebakaran di tempat kerja yang meliputi kegiatan
administrasi, identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaan, pemeliharaan dan
perbaikan sistem proteksi kebakaran.
PENANGGUNG JAWAB UMUM
(PENGURUS)
DEPARTEMEN K3
PENANGGUNG JAWAB
UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN
18” REGU
PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
KOORDINATOR SUB UNIT
PENANGGULANGAN KEBAKARAN
PETUGAS
PERAN KEBAKARAN
MANAJEMEN K3
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: :
Petugas peran penanggulangan kebakaran ialah petugas yang ditunjuk dan diserahi
tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber bahaya dan melaksanakan upaya
penanggulangan kebakaran di unit kerjanya.
Regu penanggulangan kebakaran ialah satuan tugas yang mempunyai tugas khusus
Fungsional di bidang penanggulangan kebakaran.
Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat kerja
atau bagiannnya yang berdiri sendiri.
MANAJEMEN K3
Pasal 2
(1). Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penganggulangan
kebakaran di tempat kerja.
(2). Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran di tempat kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. Pengendalian setiap bentuk energi;
b. penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana
evakuasi;
c. pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d. pembentukan unit penanggulanan kebakaran di tempat
kerja
MANAJEMEN K3
Pasal 2
(2). Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran di tempat kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
e. penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan
kebakaran secara berkala;
f. memilki buku rencana penanggulangan keadaan darurat
kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih
dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat
yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
MANAJEMEN K3
. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 ttg
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
Pasal 2
(4) Buku rencana penanggulangan keadaan darurat kerbakaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f, memuat antara lain:
a. informasi tentang sumber potensi bahaya kebakaran dan
cara pencegahannya;
b. jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi
kebakaran di tempat kerja;
c. prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan
pencegahan bahaya kebakaran;
d. prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan
pencegahan bahaya kebakaran;
e. prosedur dalam menghadapi keadaan darurat bahaya
kebakaran.
MANAJEMEN K3
. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 ttg
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 terdiri dari:
a. Petugas peran kebakaran;
b. Regu penanggulangan kebakaran;
c. Koordinator unit penanggulangan kebakaran;
d. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai
penanggung jawab teknis.
Kepmenaker No.186/Men/1999
Tk. Ahli
Tk. Ahli Madya
Pratama
Tk. Dasar II
Tk. Dasar I
Pasal 6
(1). Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud dlam Pasal 5 huruf a,
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 25 (dua
puluh lima) orang.
(2). Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan
kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 hurf b dan huruf d,
ditetapkan untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan
sedang I yang mempekerjakan tenaga kerja 300 (tiga ratus) orang, atau lebih,
atau setiap tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II, sedang III
dan berat.
MANAJEMEN K3
. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 ttg
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
Pasal 6
(3). Koordinator unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud Pasal 5
juruf c, ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I,
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 100
(seratus) orang.
b. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang
III dan berat, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap unit kerja.
PENANGGUNG JAWAB UMUM
(PENGURUS)
PETUGAS PEERAN
KEBAKARAN
……….2/25 118
Pasal 8
(2). Untuk dapat ditunjuk menjadi Regu penanggulangan kebakaran harus
memenuhi syarat:
a. Sehat jasmani dan rohani;
b. Usia minimal 25 tahun dan maksimal 45 tahun;
c. Pendidikan minimal SLTA
d. Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar II.
MANAJEMEN K3
Pasal 9
(1). Koordinator unit penanggulangan kebakaran sebagaimana di maksud dalam
Pasal 5 huruf c mempunyai tugas :
a. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari
instansi yang berwenang;
b. Menyusun program kerja dan kegiatan tentang cara penanggulangan
kebakaran;
c. Mengusulkan anggaran, sarana, dan fasilitas penanggulangan kebakaran
kepada pengurus.
MANAJEMEN K3
Pasal 9
(2). Untuk dapat ditunjuk menjadi Koordinator unit penanggulangan kebakaran
penanggulangan kebakaran harus memenuhi syarat:
a. sehat jasmani dan rohani;
b. pendidikan minimal SLTA;
c. bekerja pada perusahaan yanhg bersangkutan dengan masa kerja minimal 5
tahun;
d. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I,
tingkat dasar II. dan Ahli K3 pratama
MANAJEMEN K3
Pasal 10
(1). Ahli K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d mempunyai tugas:
a. membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-unadangan
bidang penanggulangan kebakaran;
b. memberikan laporan kepada Menteri atau Pejabat yang ditunjuk sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan atau instansi
yang berhubungan dengan jabatannya;
d. memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari
instansi yang berwenang;
e. menyusun program kerja atau kegiatan penanggulangan kebakaran;
f. melakukan koordinasi dengan instansi terkait
MANAJEMEN K3
Pasal 10
(2). Syarat-syarat ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran adalah:
a. Sehat jasmani dan rohani
b. Pendidikan minimal D3 teknik;
c. Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan dengan masa kerja minimal 5
tahun;
d. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I,
tingkat dasar II dan tingkat Ahli K3 Pratama dan tingkat Ahli Madya.
(3). Dalam melaksanakan tugasnya ahli K3 spesialis
penanggulangan kebakaran mempunyai wewenang:
a. memerintahkan menghentikan dan menolak pelaksanaan pekerjaan yang
dapat menimbulkan kebakaran atau peledakan;
b. meminta keterangan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat K3
dibidang kebakaran di tempat kerja.
KETENTUAN HUKUM
KEWAJIBAN PENGURUS
PENGURUS TEMPAT KERJA , WAJIB MEMENUHI
SEMUA KETENTUAN DAN PERSYARATAN K3
YANG BERLAKU
SANKSI
PELANGGARAN TERHADAP PERATURAN DAN
PERSYARATAN K3 DIKENAKAN SANKSI SESUAI
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
FIRE PREVENTION
(Pengendalian kebakaran)
Antara lain :
- Informasi sumber bahaya dan cara pencegahannya;
- Jenis sarana prot kebakaran, petunjuk pemeliharaan,
dan cara penggunaannya;
- Prosedur kerja aman
- Prosedur dalam keadaan darurat
129
IN CASE
FIRE CONTROL
Deteksi
Alarm
Padamkan-Lokalisir
Evakuasi
Rescue & P3K
Amankan
130
POST
FIRE CONTROL
•INVESTIGASI
• ANALISIS
• REKOMENDASI
• REHABILITASI
131
PENUTUP
► Kebakaran memiliki potensi resiko tinggi (people, property &
environment), karena itu penanganan K3 harus mendapat
perhatian serius.
► Kebakaran dapat diprediksikan, resikonya dapat
diperhitungkan, oleh karena itu upaya penanggulangannya
dapat direncanakan;
► Dalam situasi darurat, semua penghuni akan terlibat dalam
situasi ancaman bahaya, karena itu setiap tempat kerja harus
memiliki buku rencana tanggap darurat dan disosialisasikan
serta dilakukan gladi simulasi darurat secara berlaka.
► Sarana proteksi kebakaran setiap saat harus handal/ siap pakai,
karena itu harus dilakukan pemeliharaan, pemeriksaan, dan
pengujian.
► Sarana evakuasi harus tetap dijamin tidak terhalang
► Manajemen harus memiliki komitmen terhadap K3
► Persyaratan teknis K3 Penanggulangan Kebakaran ada pada
UU Nomor 1 Tahun 1970 dan Peraturan-peraturan
Pelaksanaanya, serta satndar teknis yang ada.
132
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT