Anda di halaman 1dari 149

NORMA K3

PENANGGULANGAN KEBAKARAN

DISAMPAIKAN OLEH
F. RATIH SETYA AMBARWATI

DALAM KEGIATAN
PEMBINAAN DAN SERTIFIKASI PERSONIL K3
PENANGGULANGAN KEBAKARAN
DIKLAT PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3
PENANGGULANGAN KEBAKARAN
PERTAMINA HSE TRAINING CENTER
SUNGAI GERONG, BANYUASIN, SUMSEL
NORMA K3
NORMA KETENAGAKERJAAN

NORMA KERJA & NORMA K3


JAMSOSTEK

1. NORMA K3 PESAWAT UAP


1. NORMA PELATIHAN DAN 2. NORMA BEJANA BERTEKANAN
PENEMPATAN DAN TANGKI TIMBUN
2. NORMA HUBUNGAN KERJA 3. NOEMA K3 KESEHATAN KERJA
3. NORMA WAKTU KERJA DAN 4. NORMA K3 LINGKUNGAN KERJA
WAKTU ISTIRAHAT 5. PEKERJAAN PADA KETINGGIAN
4. NORMA PENGUPAHAN 6. NORMA K3 PENANGGULANGAN
5. NORMA JAMSOSTEK KEBAKARAN
6. NORMA TKI 7. NORMA K3 LISTRIK
7. NORMA TKA 7. NORMA K3 PAA
8. Norma K3 PTP
KEBAKAR
AN
Suatu peristiwa bencana yang berasal dari api yang tidak
dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian materi,
maupun non materi.

Suatu peristiwa oksidasi bertemunya 3 (tiga) unsur yaitu bahan,


oksigen dan panas yangdapat menimbulkan kerugian material atau
bahkan kematian manusia.

Nyalanya api kecil maupun besar


pada tempat, situasi ataupun wktu
yang tidak dikendaki yang bersifat
merugikan, dan umumnya sulit
dikendalikan.
,
Bentuk energi yang tidak terkendali
DI TEMPAT KERJA ANDA

► Bagaimana kemungkinan untuk terjadi


kebakaran
► Apa konsekuensinya bila terjadi
kebakaran
► Upaya apa yang telah dilakukan
DASAR HUKUM :
1. UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN
1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA;
2. PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970;
3. STANDAR TEKNIS DI BIDANG
PENANGGULANGAN KEBAKARAN.
PERSONIL YANG BERTUGAS MELAKUKAN
PENGAWASAN PELAKSANAAN NORMA K3
UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Pasal 5
(1) Pegawai Pengawas dan Ahli Keselamatan Kerja ditugaskan
menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-
Undang ini dan membantu pelaksanaannya.
(2) Wewenang dan kewajibannya diatur dengan peraturan perundangan.

UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


Pasal 1 ayat (5) dan (6) :
1. Pegawai pengawas ialah Pegawai teknis berkeahlian khusus dari
Departemen Tenaga Kerja, yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
2. Ahli Keselamatan Kerja Adalah Tenaga teknis berkeahlian khusus dari
luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja.
PRINSIP PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 :

UNDANG UNDANG NO. 1 TH 1970


Pasal 3 ayat (1).
Dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat syarat keselamatan
kerja untuk :
b. mencegah, mengurangi, dan memadamkan
kebakaran,
c. mencegah, mengurangi peledakan
d. memberikan kesempatan jalan menyelamatkan
diri dalam bahaya kebakaran
g. pengendalian penyebaran asap, gas dan suhu

Pasal 9 ayat (3).


Pengurus wajib membina K3 penanggulangan kebakaran
Kepmenaker No. 186/Men/1999 ttg Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
DASAR HUKUM
K3 Pasal 1 huruf c
Penanggulangan kebakaran ialah
PENANGGULANGAN segala upaya untuk mencegah timbulnya
KEBAKARAN kabakaran dengan berbagai upaya pengendalan
setiap perwujudan energi, pengadaan sarana
proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan
serta pembentukan organisasi tanggap darurat
untuk memberantas kebakaran.

UU NO. 1 TH 1970 Pasal 1 huruf d


beserta Peraturan – Unit penanggulangan kebakaran ialah
unit kerja yang dibentuk dan ditugasi untuk
peraturan menangani masalah penanggulangan kebakaran di
tempat kerja yang meliputi kegiatan administrasi,
pelaksanaannya identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaan,
pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi
kebakaran.
Kepmenaker No. 186/Men/1999 ttg Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
DASAR HUKUM
K3 Pasal 2
(1) Pengurus atau Pengusaha wajib mencegah,
PENANGGULANGAN mengurangi dan memadamkan kebakaran,
KEBAKARAN latihan penganggulangan kebakaran di tempat
kerja.
(2) Kewajiban mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran di tempat kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi::
a. pengendalian setiap bentuk energi;
UU NO. 1 TH 1970 b. penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam
kebakaran dan sarana evakuasi;
beserta Peraturan – c. pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d. pembentukan unit penanggulanan kebakaran di
peraturan tempat kerja
pelaksanaannya e. penyelenggaraan latihan dan gladi
penanggulangan kebakaran secara berkala;
f. memilki buku rencana penanggulangan keadaan
darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang
mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang
tenaga kerja dan atau tempat yang berpotensi
bahaya kebakaran sedang dan berat
DASAR HUKUM Kepmenaker No. 186/Men/1999 ttg Unit
K3 Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
PENANGGULANGAN
KEBAKARAN Pasal 2
(3) Pengendalian setiap bentuk energi.
Penyediaan sarana deteksi, alarm, ,
pemadam kebakaran dan sarana evakuasi
serta pengendalian penyebaran asap,
UU NO. 1 TH 1970 panas, dan gas sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c
beserta Peraturan – dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
peraturan
pelaksanaannya
Kepmenaker No. 186/Men/1999 ttg Unit
DASAR HUKUM Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
K3 Pasal 2
PENANGGULANGAN (4) Buku rencana penanggulangan keadaan
KEBAKARAN darurat kerbakaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf f, memuat
antara lain:
a. informasi tentang sumber potensi
bahaya kebakaran dan cara
UU NO. 1 TH 1970 pencegahannya;

beserta Peraturan – b. jenis, cara pemeliharaan dan


penggunaan sarana proteksi kebakaran
peraturan di tempat kerja;
pelaksanaannya c. prosedur pelaksanaan pekerjaan
berkaitan dengan pencegahan bahaya
kebakaran;
d. prosedur dalam menghadapi keadaan
darurat bahaya kebakaran.
K3 PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
PENERAPAN/PELAKSANAAN K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI
TEMPAT KERJA

PENGENDALIAN
ENERGI
PERATURAN
K3
PENANGGULANG
PENYEDIAAN
AN KEBAKARAN SARANA PROTEKSI
KEBAKARAN

UU NO 1 TH 1970 PENERAPAN
MANAJEMEN K3
PERATURAN
PERATURANDAN
DANSTANDAR
STANDARTEKNIS
TEKNIS
K3
K3PENANGGULANGAN
PENANGGULANGANKEBAKARAN
KEBAKARAN
• Kepmenakertrans No.: Kep.75/Men/2002 diganti dg
Peraturan Menaker No. 12 Tahun 2015 ttg K3 Listrik di
Tempat Kerja, dan Peraturan Menaker No. 33 Tahun 2015
ttg Perubahan atas Peraturan Menaker No. 12 Tahun 2015.

• Permenaker No. : Per.02/Men/1989 ttg Pengawasan Inst.


Penyalur Petir, dan Peraturan Menaker No. 31 Tahun 2015
ttg Perubahan atas Permenaker No. Per.02/Men/1989
PENGENDALIAN • UU Uap 1930
ENERGI • Permenakertrans NomorPer. 01/Men/1982 ttg Bejana
Tekanan, tidak berlaku dengan dikeluarkannya
Peraturan Menaker Nomor 37 Tahun 2016 ttg Bejana
Tekanan dan Tangki Timbun

• Permenakertrans Nomor Per.04/Men/1985 ttg Pesawat


Tenaga dan Produksi, tidak berlaku dengan dikeluarkannya
Peraturan Menaker Nomor 38 Tahun 2016 ttg K3 Pesawat
Tenaga dan Produksi.

• Kepmenaker Nomor Kep. 187/MEN/1999 ttg Pengendalian


Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
• Permenakertrans No. Per.04/Men/1980 ttg Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan APAR.
• Permenaker No.Per. 02/Men/1983 ttg Alarm
Kebakaran Otomatik .
• Inst. Menaker No. Inst. 11/M/BW/1997 ttg Pengawasan
PENYEDIAAN Khusus K3 PK
SARANA • Standar Teknis :
PROTEKSI - Permen PU No. 26/PRT/M/2008 ttg Persyaratan Teknis
KEBAKARAN Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.
- SNI 03-1745-2000. SNI 03-6574-2001
- NFPA 101
- Manual book/ spesifikasi pabrikan

• Permenaker Nomor Per.04/Men/1987 ttg P2K3


serta Tata cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja,dan
Permenaker Nomor Per.02/Men/1992 ttg Tata Cara
Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan
PENERAPAN dan, Kesehatan Kerja.
• Permenaker Nomor Per. 05/Men/1996 ttg SMK3 tdk berlaku
MANAJEMEN K3
dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
RI Nomor 26 Tahun 2014 ttg Penyelenggaraan Penilaian
Penerapan SMK3
PP No. 50 Tahun 2012 ttg Penerapan SMK3
• Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 ttg
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
PENGENDALIAN
PERATURAN ENERGI

K3
PENANGGULANGAN
KEBAKARAN

UU NO 1 TH 1970
Pencegahan kebakaran adalah pengendalian setiap perwujudan energi (listrik,
mekanik, fisika, kimia )

• Kepmenakertrans No.: Kep.75/Men/2002 diganti dg


Peraturan Menaker No. 12 Th 2015 tentang K3
Listrik di Tempat Kerja dan Nomor 33 Th 2015
tentang Perubahan atas Peraturan Menaker No. 12
Th 2015.
• Permenaker Nomor Per.02/Men/1989 dan
Peraturan Menaker Nomor 31 Th 2015 tentang
PENGENDALIAN Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
ENERGI
• UU Uap Tahun 1930
Permenakertrans No. : Per.01/Men/1982 diganti
dg Peraturan Menaker Nomor 37 Th 2016 tentang
Bejana Tekanan dan Tangki Timbun.
• Permenaker No. Per.04/Men/198 diganti dg
Peraturan Menaker Nomor 38 Th 2016 tentang K3
Pesawat Tenaga dan Produksi.
• Kepmenaker Nomor Kep. 187/MEN/1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat
Kerja.
PENGENDALIAN
ENERGI
Pengendalian energi di Tempat Kerja dengan melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan, standar teknis yang diwajibkan., dan
petunjuk/ manual book/ spesifikasi pabrikan.
Langkah-langkah dalam pengendalian energi di Tempat Kerja :
1. Penerapan persyaratan K3 sejak dari perencanaan, pembuatan,
pemasangan atau perakitan , pengisian , pengangkutan, pemakaian atau
pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, perubahan atau modifikasi
peralatan K3.
2. Pembuatan dan pemasangan peralatan K3 sesuai dengan gambar purna
bangun (As built drawing)
3. Pemeriksaan dan Pengujian peralatan/obyek K3 :
a. Awal/ pertama. c. Khusus
b. Berkala d. Ulang
4. Pemeliharaan rutinterhadap peralata//obyek K3
5. Penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB)/ MSDS/SDS dan
label.
6. Membuat dokumen pengendalian potensi bahaya bahan kimia di Tempat
Kerja
7. Pemenuhan kompetensi personil K3.
8. Pemenuhan rekomendasi dan mandatori dalam hasil pemeriksaan dan
pengujian.
PENYEDIAAN
PERATURAN SARANA PROTEKSI
KEBAKARAN

K3
PENANGGULANGAN
KEBAKARAN

UU NO 1 TH 1970
• Permenakertrans No. Per.04/Men/1980 ttg Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan APAR.
• Permenaker No.Per. 02/Men/1983 ttg Alarm
PENYEDIAAN Kebakaran Otomatik .
• Inst. Menaker No. Inst. 11/M/BW/1997 ttg Pengawasan
SARANA
Khusus K3 PK
PROTEKSI • Standar Teknis :
KEBAKARAN - Permen PU No. 26/PRT/M/2008 ttg Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.
- SNI 03-1745-2000. SNI 03-6574-2001
- NFPA 101
- Manual book/ spesifikasi pabrikan
PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF
Penerapan suatu desain sistem atau instalasi deteksi, alarm &
pemadam kebakaran pada suatu bangunan tempat kerja yg
sesuai & handal shg pada bangunan tempat kerja tsb
mandiri dalam hal sarana untuk menghadapi bahaya
kebakaran.
PROTEKSI KEBAKARAN PASIF
Suatu teknik desain tempat kerja untuk membatasi/ menghambat
penyebaran api, panas & gas baik secara vertikal maupun
horizontal dengan mengatur jarak antar bangunan, memasang
dinding pembatas tahan api, menutup setiap bukaan dengan
media tahan api dg suatu mekanisme tertentu.
SARANA PROTEKSI KEBAKARAN
® DETEKSI /DETEKTOR (panas, asap, nyala)
AKTIF
® ALARM (AUDIBEL, VISIBEL)
® APAR
® SPRINKLER
® HIDRAN
PASSIF

® MEANS OF ESCAPE
® KOMPARTEMEN
® SMOKE CONTROL (PENGENDALI ASAP)
® FIRE DAMPER (BAHAN TAHAN API)
® FIRE RETARDANT (PELAPISAN BAHAN TAHAN API)
ALAT PEMADAM API RINGAN
PORTABLE FIRE EXTINGUISHER
Permenakertrans No
Per-04/Men/1980
Penempatan
Perencanaan tepat
Petugas
kompeten
Pengadaan
Sertifikat

Kebijakan

Fire risk
Assessment
•Efektif
Jenis dan •Aman
Pemeliharaan ukuran •Tidak Merusak
teratur tepat
Penggolongan Kelas Kebakaran
Kelas A - Bahan padat mudah terbakar
yang bukan logam.
Kelas B – Cairan atau gas mudah
terbakar
Kelas C – Listrik : peralatan listrik
yang bertegangan
Kelas D – Bahan logam

Permenakertrans No. Per.04/Men/1980


JENIS MEDIA PEMADAM

JENIS BASAH JENIS KERING


- CAIR - DRY POWDER
- CO2
- BUSA
- HALLON
STANDAR APAR
Alat Pemadam Api Ringan
Dirancang dengan tekanan > 14kg/cm2
dapat mendorong seluruh medianya
(sisa mak 15%) dalam waktu min. 8 detik

Syarat :
- Angka keamanan min 4,13 x WP (65 oC)
- Test pressure 1,5 x WP(65 oC)
- Pengujian ulang tiap 5 tahun

APAR SEBAGAI SARANA K3 (SAFETY


EQUIPMENT)
PENGANDUNG POTENSI BAHAYA
PEMASANGAN APAR
Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan
pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan
diambil
Dlengkapi dengan pemberian tanda pemasangan, dengan tinggi 125
cm dari dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam
api ringan bersangkutan..
Untuk APAR yang dipasang pada dinding, tanda pemasangan
berupa berupa segitiga sama sisi berwarna merah, sesuai dengan
ketentuan.
Untuk APAR yang dipasang pada tiang kolom, tanda pemasangan
berupa tiang kolom benbenuk segi empat atau lingkaran.
Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau
kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali
ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan Kerja.
PEMASANGAN APAR
Digantung pada dinding dengan penguat sengkang , atau
ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak terkunci.
Ruang atau di mana APAR ditempatkan dengan suhu – 44º C
s.d 49º C
Bagian puncak APAR berada 1, 2 m dari dasar lantai
APAR jenis CO2 dan tepung kering (dry chemical) diletakkan 15
cm dari dasar lantai ke dasar APAR
APAR di alam terbuka harus dilindungi dengan tutup pengaman
Petunjuk cara-cara pemakaian alat pemadam api ringan
harus dapat dibaca dengan jelas.
TEMP - 440 C s/d 490C

ALAT
20 Cm
ALAT
PEMADAM API PEMADAM API
CO2 & Dry Chemical

1,2 m
1,2 m
15 cm
PEMERIKSAAN APAR

 Tabung APAR sebaiknya berwarna merah


 Tabung APAR tidak berlubang-lubang atau cacat karena karat
 Tekanan dalam tabung tidak berkurang (pada daerah hijau)
 Handel dan label harus selalu dalam keadaan baik
 Mulut pancar tidak tersumbat dan pipa pancar tidak retak atau
menunjukan tanda-tanda rusak
 Untuk alat pemadam api jenis carbon dioxida (CO2) harus
diperiksa dengan cara menimbang serta mencocokkan beratnya
dengan berat yang tertera pada alat pemadam api tersebut,
apabila terdapat kekurangan berat sebesar 10% tabung pemadam
api itu harus diisi kembali sesuai dengan berat yang ditentukan.
JENIS MEDIA PEMADAM KEBAKARAN DAN APLIKASINYA

Jenis media pemadam

i
kas Jenis kebakaran Tipe basah Tipe kering
ifi
as

Clean
Air Busa Powder
Kl

Agent
Bahan spt (kayu, kertas, kain dsb) VVV V VV V*)
Klas A
Bahan berharga XX XX VV**) VVV
Bahan cair XXX VVV VV V*)
Klas B
Bahan gas X X VV V *)

Klas C Panel listrik, XXX XXX VV VVV

Klas D Kalium, litium, magnesium XXX XXX Khusus XXX

Keterangan :

VVV : Sangat efektif X : Tidak tepat


VV : Dapat digunakan XX : Merusak
V : Kurang tepat / tidak dianjurka XXX : Berbahaya
n
*) : Tidak efisien **) : Kotor / korosif
KEGAGALAN APAR

Jenis tidak sesuai

Ukuran tidak sesuai Tidak bertekanan


- bocor
Macet/tidak berfungsi
Menggumpal
Salah penempatan -menunda refill
• belum ditunjuk
Petugas

• tidak trampil
KEGAGALAN APAR
Daya pemadamannya (fire ratting)
lebih rendah dari volume api/kebakaran
(Fire load)

STANDAR
STANDARKLASIFIKASI
KLASIFIKASIDAYA
DAYAPEMADAMAN
PEMADAMAN
Notasi
Notasi::Nilai
Nilai&&Klas
Klas
A B C

Notasi
NotasiFire
Fireratting
rattingdidasarkan
didasarkandari
darihasil
hasilpengujian
pengujian
laboratories
laboratories
STANDAR UJI

A. : Tumpukan kayu dengan volume


tertentu dibakar 10 menit

B. : Premium dengan jumlah dan luas


tertentu dibakar 3 menit

C. : Sasaran bertegangan 10.000 Volt


Penempatan APAR
Ref : NFPA Klasifikasi hunian
Ringan Sedang Berat
Ratting Jarak Luas Luas Luas
ft sq ft sq.ft sq.ft

1A 75 3000 X X
2A 75 6000 3000 X
3A 75 11250 4500 3000
4A 75 11250 6000 4500
6A 75 11250 9000 6000
10A 75 11250 11250 9000
20A 75 11250 11250 11250
40A 75 11250 11250 11250

1 sq.ft = 0,09 m ²
PERKIRAAN RATTING (APAR)
JENIS UKURAN JARAK WAKTU RAT TING
(LITER) PANCARAN (DETIK)
(METER)

AIR 5 L 10-13 M 45 1 A
10 L 10-13 M 60 2 A
15 L 10-13M 120 3 A
ASAM 5 L 10-13 M 30 1 A
SODA 10 L 15 M 60 2 A
65 L 15 M 120 10 A
PERKIRAAN RATTING (APAR)
JENIS UKURAN JARAK WAKTU RATTING
PANCARAN (DETIK)
(METER)

BUSA 5 L 10-13 M 45 1 A, 1B
10 L 10-13 M 60 2 A, 2B
15 L 10-13 M 120 3 A,3B
CO2 2 KG 3 M 30 1 B,C
7KG 3 M 30 2B,C
10 KG 3 M 30 2B,C
25 KG 4 M 30 10B,C
PERKIRAAN RATTING (APAR)
JENIS UKURAN JARAK WAKTU RATTING
(KG) PANCARAN (DETIK)
(METER)

DRY 0,5 3 10 1 B,C


POWDER 1 3 10 2 B,C
2 3 10 4B,C
5 7 20 7B,C
15 15 25 20B,C
PERKIRAAN RATTING (APAR)

JENIS UKURAN JARAK WAKTU RATTING


(KG) PANCARAN (DETIK)
(METER)
DRY 0,5 2 8 1 B,C
POWDER 2 4 10 2 B,C
AMMONIUM
4 4 12 3B,C
PHOSPATE 5 7 13 1A,5B,C
10 7 20 2A,10B,C
(ABC)
15 7 20 4A,20B,C
37,5 10 30 8A,40B,C
PERATURAN
PERATURANMENTERI
MENTERITENAGA
TENAGAKERJA
KERJARI
RI
NO.
NO.PER-02/MEN/1983
PER-02/MEN/1983 TENTANG
TENTANG
INSTALASI
INSTALASIALARM
ALARMKEBAKARAN
KEBAKARANAUTOMATIK
AUTOMATIK

INSTALASI
INSTALASIALARM
ALARMKEBAKARAN
KEBAKARANAUTOMATIK
AUTOMATIK::
SISTEM
SISTEM ATAU
ATAU RANGKAIAN
RANGKAIAN ALARM
ALARM KEBAKARAN
KEBAKARAN YANG
YANG
MENGGUNAKAN
MENGGUNAKAN DETEKTOR
DETEKTOR PANAS,
PANAS, ASAP,
ASAP, NYALA
NYALA API
API DAN
DAN
TITIK
TITIK PANGGIL
PANGGIL MANUAL
MANUAL SERTA
SERTA PERLENGKAPAN
PERLENGKAPAN LAINNYA
LAINNYA
YANG
YANGDIPASANG
DIPASANGPADA
PADASISTEM
SISTEMALARM
ALARMKEBAKARAN
KEBAKARAN

Ruang lingkup
- Perencanaan
- Pemasangan,
- Pemeriksaan
- Pengujian
- Pemeliharaan
INSTALASI ALARM KEBAKARAN AUTOMATIK

TUJUAN
AGAR KEBAKARAN DAPAT TERDETEKSI SEDINI
MUNGKIN, SEHINGGA TINDAKAN YANG
DIPERLUKAN DAPAT SEGERA DILAKUKAN.
INSTALASI ALARM
TANDA BAHAYA KEBAKARAN

TUJUAN
TUJUAN
PEMASANGAN
PEMASANGANINSTALASI
INSTALASIALARM
ALARM
KEBAKARAN
KEBAKARANOTOMATIK
OTOMATIKBERTUJUAN
BERTUJUAN
UNTUK
UNTUKMENDETEKSI
MENDETEKSIKEBAKARAN
KEBAKARAN
E SEAWAL
SEAWALMUNGKIN,
MUNGKIN,SEHINGGA
PENGAMANAN
PENGAMANANYANG
SEHINGGATINDAKAN
TINDAKAN
YANGDIPERLUKAN
DIPERLUKANDAPAT
DAPAT
SEGERA
SEGERADILAKUKAN.
DILAKUKAN.

Tindakan dalam keadaan darurat kebakaran


harus sudah berhasil diatasi sebelum 3 menit s.d
sebelum 10 menit sejak penyalaan
INTENSITAS Fenomena kebakaran

Flashover
3 - 10 menit

H T
OW

mel i
(600-1000 o C)
GR

an
Awal mula

da
WAKTU
Sumber daya
energi
BI

Kerusakan

Adanya Korban
Penyimpangan Jiwa
Dampak
Standar K3 Lingkungan 3
DETEKTOR
ASAP
1 11 1 11 1
2 12 2 12 2
3 13 3 13 3
4 14 4 14 4
5 15 5 15 5
6 16 6 16 6
7 17 7 17 7
8 18 8 18 8
9 19 9 19 9
10 20 10 20 10

Mimic Panel
11
MCFA 12
13
14
Merk : 15
Model : 16
Instalatir : 17
Pengesahan No : 18
Tgl :
19
Anounciator Panel 20
JENIS
JENIS &
& TIPE
TIPE DETEKTOR
DETEKTOR
•ULTRA VIOLET
Nyala
•INFRA RED

•FIXED TEMPERATURE
Panas
•RATE OF RISE

Asap •IONIZATION
•OPTIC
Titik Panggil Manual

•Push bottom
•Full down
•break glass
ZONA
ZONADETECTION
DETECTION
Nyala 20 titik
EOL

Panas 40 titik
EOL

Asap 20 titik
EOL

•ZONE 3 Luas tiap zone deteksi


•ZONE 2 - ruang tanpa sekat mak. 2000 m2
•ZONE 1 - terdapat sekat mak. 1000 m2
INTERCONECTION
INTERCONECTION

DETEKTOR FIRE
FIREALARM
ALARM SYSTEM
SYSTEM
KEBAKARAN
AC
Off

SPRINKLER
(FS) LIFT
Off

POMPA PRESS FAN


HYDRANT On
supply daya
MCFA
FIRE HYDRANT
Jaringan instalasi pipa air
untuk pemadam kebakaran
yang dipasang secara permanen
Komponen sistem Hydrant
- Sistem persediaan air :
• potensi bahaya kebakaran ringan 45 menit 1 1/2 Inc
• potensi bahaya kebakaran sedang & berat
60 menit
- Sistem Pompa :
(Jockey/ Pacu, Utama & Cadangan) 2 1/2 Inc
- Jaringan pipa 2 1/2 Inc
- Kopling outlet / Pilar / Landing valve
- Slang dan nozle
- Sistem kontrol tekanan & aliran
Out door

Seamies Connection

RESERVOAR
PERENCANAAN HYDRANT

KLASIFIKASI HUNIAN
Tingkat resiko bahaya kebakaran

Resiko Ringan Luas 1000-2000 M2


2 titik hydran, tambahan 1 titik
Tiap 1000M2

Resiko Sedang Luas 800-1600 M2


2 titik hydran, tambahan 1 titik
Tiap 800M2

Resiko Berat Luas 600-1200 M2


2 titik hydran, tambahan 1 titik
Tiap 600M2
KARAKTERISTIK
KARAKTERISTIK TEKANAN
TEKANAN HYDRANT
HYDRANT

Standar tekanan pada


m

1 nozle teringgi & terjauh :


2 mak. (H1) = 7.0 kg/cm
2
H=

3
2
min. (H3) = 4.5 kg/cm

Diuji dengan membuka


3 titik nozle :
Q = US GPM 1. Nozle terjauh
2. Nozle pertengahan
3. Nozle terdekat
Data input :
Klasifikasi hunian : Ringan
Sedang I, II, III,
Berat
Khusus

Variabel : Peruntukan bangunan


Jumlah dan sifat penghuni
Konstruksi bangunan
Flammability dan Quantity Material
(Fire loads)

Standard klasifikasi sistem : Ukuran kepala sprinkler


Kepadatan pancaran
Standar kode warna dan suhu kerja kepala
sprinkler :
KODE WARNA SUHU KERJA
JINGGA 53° C
MERAH 68° C
KUNING 79° C
HIJAU 93° C
BIRU 141° C
UNGU 182° C
HITAM 201°C - 260° C
WARNA & SUHU
PECAH KEPALA
SPRINKLER
53o C
141o C

68o C
182o C

79o C
201o C
93o C 260o C
Dasar perencanaan sprinkler
Kepadatan pancaran dibagian hidrolik tertinggi dan terjauh
Yaitu :
Debit air yang dipancarkan oleh empat kepala sprinkler
dirancang mampu menyerap energi kalor (beban api)
yang ada dalam area yang dibatasi oleh empat kepala sprinkler
PERENCANAAN SPRINKLER
KLASIFIKASI TINGGI PENGGUNAAN
BANGUNAN JUMLAH LANTAI SPRINKLER
TIDAK KETINGGIAN S.D 8 METER SATU TIDAK
LANTAI DIHARUSKAN
BERTINGKAT
TIDAK KETINGGIAN S.D 8 METER TIDAK
ATAU DUA LANTAI DIHARUSKAN
BERTINGKAT
BERTINGKAT KETINGGIAN S.D 14 METER TIDAK
ATAU 4 LANTAI DIHARUSKAN
RENDAH
BERTINGKAT KETINGGIAN S.D 40 METER DIHARUSKAN
ATAU 8 LANTAI MULAI DARI
TINGGI
LANTAI SATU
BERTINGKAT KETINGGIAN LEBIH DARI 40 DIHARUSKAN
METER ATAU DI ATAS 8 LANTAI MULAI DARI
TINGGI
LANTAI SATU
PERENCANAAN SPRINGKLER
Kepadatan pancaran

Resiko Ringan 2,25 mm/men


Luas mak. 84 m2

Resiko Sedang 5 mm/men


I 72 m2
II 144 m2
III 360 m2

Resiko Berat 7,5 - 12,5 mm/men


Luas mak. 260 m2
Ukuran kepala sprinkler
Klas hunian :
• Ringan: 10 mm - 3/8 in
• Sedang : 15 mm - ½ in
• Berat : 20 mm - 17/32 in

Kapasitas aliran
Q , gpm

Kepala Springkler
Tekanan
Psi 3/8 in 1/2 in 17/32 in

10 9 18 25
15 11 22 32
20 13 25,5 36
25 14,5 28,5 40
35 17 34 47
50 20 40 56,5
75 25 49,5 69
100 28,5 57 80
Jumlah kepala springkler

Jumlah kepala springkler


Ukuran
pipa Ringan Sedang Berat

1 2 1 2
1¼ 3 2 3
1½ 5 5 5
2 10 8 10
2½ 20* 15 30
3 40* 27 60
3½ 65* 40 100
4 100 55 275
5 160 120
6 275 200*
8 400
a. Ketahanan Struktur
Agar Konstruksi Bangunan mampu menciptakan Kestabilan Struktur selama terjadi
Kebakaran, sehingga memberi kesempatan pd Penghuni untuk menyelamatkan diri
& bagi Petugas Pemadam Kebakaran untuk melakukan Operasi Pemadaman
Kebakaran.

b. Dinding Tahan Api


Suatu bangunan harus mempunyai elemen bangunan yg pd tingkat tertentu dp
memperthankan Stabilitas Struktur selama terjadi Kebakaran.
Dinding Luar, Dinding Biasa & Bahan Lantai serta Rangka lantai harus dari bahan
yg tidak dapat terbakar.
Sifat Bahan Bangunan & Komponen Bangunan pd Bangunan harus mampu menahan
Penjalaran Api Kebakaran & membatasi timbulnya asap agar kondisi ruang di dalam
Bangunan Tetap Aman bagi penghuni sewaktu melaksanakan evakuasi.

c. Pintu Tahan Api & Penahan Asap


Pintu Tahan Api harus sesuai dg Standar Pintu Kebakaran & tidak rusak akibat
adanya radiasi panas.
Pintu Penahan Asap harus dibuat sedemikian rupa sehingga asap tidak akan
melewati pintu dari satu sisi ke sisi lainnya.
d. Kompartemenisasi
 Merupakan suatu upaya mencegah Penjalaran Api & Asap Kebakaran dg cara
membatasi dinding, lantai kolom, balok yg tahan thd api untuk waktu yg sesuai
dg Kelas Bangunan.
 Menurut Ketentuan, Kompartemen Kebakaran adalah keseluruhan ruang yg
ada dalam suatu Bangunan yg didalamnya dipisahkan menjadi bagian ruang
dalam Bangunan oleh Penghalang Api & Asap Kebakaran yg mempunyai
ketahanan thd Penyebaran Api dg Bukaan yg dilindungi secara baik.
 Kompartemen Kebakaraan antara lain meliputi : Dinding Koridor, Pintu-pintu
Ruang, Dinding Pelindung yg menyelubungi Tangga Keluar, Penutup-penutup
pd Bukaan Vertikal (Shaft Mechanical & Electrical), Dinding Pembatas Antar
Ruang, dll.
EMERGENCY
EXIT

EXIT
1. Sarana evakuasi
• Bagian dari konstruksi bangunan yang dirancang
aman untuk digunakan pada waktu keadaan
darurat

2. Evakuasi
Tindakan menyelamatkan diri sendiri masing
masing tanpa dibantu orang lain
EXIT
FAKTOR PERENCANAAN
MEANS OF ESCAPE

KLASIFIKASI RESIKO WAKTU PANJANG


BAHAYA KEBAKARAN EVAKUASI JARAK TEMPUH

RESIKO RINGAN 3 Menit 36 meter


RESIKO SEDANG 2,5 Menit 30 meter
RESIKO BERAT 2 Menit 24 meter

TEMPAT TEMPAT
JALUR AMAN AMAN
BERBAHAYA
FAKTOR PERENCANAAN MEANS OF ESCAPE

LEBAR UNIT EXIT


DALAM KONDISI DARURAT
- RATE OF FLOW 40 orang/menit

- UNIT OF XIT WIDTH 21”

1 “ = 2,54 Cm
FAKTOR PERENCANAAN MEANS OF ESCAPE

JUMLAH UNIT EXIT


JUMLAH PENGHUNI
= ….. UNIT
40 X WAKTU

1 UNIT OF EXIT WIDTH = 21”


2 UNIT OF EXIT WIDTH = 21” + 21”
3 UNIT OF EXIT WIDHT = 21” + 21” + 18”
4 UNIT OF EXIT WIDHT = 21” + 21” + 18” + 18”
dst. + 18”
PERSYARATAN SARANA EVAKUASI
TIDAK TERHALANG :
- Aman sementara, terjamin kedap asap dan panas;
- Tidak dikunci;
- Tidak terhalang oleh benda apapun;
- Memiliki lampu darurat;
- Bukaan pintu kearah pelarian;
- Pintu keluar darurat/ emergency exit harus diberi tanda
tulisan yang dapat dibaca dalam keadaan gelap.
- Mudah dijangkau (pajang jarak tempuh sependek mungkin)
- Ada petunjuk arah yang dapat dilihat dalam keadaan gelap.
Gambar : Petunjuk Arah Jalan Keluar
Gambar : Detail Tanda Arah Keluar
PENERAPAN
PERATURAN MANAJEMEN K3

K3
PENANGGULANGAN
KEBAKARAN

UU NO 1 TH 1970
MANAJEMEN K3

Pengertian
Manajemen : usaha untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan
cara mengelola dan mengawasi melalui kegiatan perencanaan, koordinasi,
serta pengaturan sumber daya yang ada.

K3 : segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan


kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.

Manajemen K3 dapat diartikan sebagai usaha untuk mencapai tujuan secara


efektif dan efisien dengan cara mengelola dan mengawasi segala kegiatan
guna menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
• UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 10
• Permenakertranskop No. Per.03/Men/1978 ttg
Persyaratan Penunjukan dan Wewenang serta Kewajiban
PENERAPAN Pegawai pengawas Keselamatan Kerja dan Ahli
MANAJEMEN K3 Keselamatan Kerja (sudah tidak berlaku) Permenaker
Nomor Per.04/Men/1987 ttg P2K3 serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja, dan Permenaker No.
Per-02/Men/1992
• Permenaker Nom Permenaker Nomor Per. 05/Men/1996
ttg SMK3 tdk berlaku dengan dikeluarkannya Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 26 Tahun 2014 ttg
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan SMK3
• Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 ttg Penerapan
SMK3
• Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 ttg Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 10


(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membertuk Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan
partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat
kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan dan
kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya
ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerj
PENERAPAN MANAJEMEN K3

• Permenaker Nomor Per.04/Men/1987 ttg P2K3 serta Tata cara


Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
Pasal 1
d. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut
P2K3 ialah badan pembantu di tempat kerja yang meruakan wadah kerjasama
antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling
pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan
kerja.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

• Permenaker Nomor Per.04/Men/1987 ttg P2K3 serta Tata cara


Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.

Pasal 2
(1) Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus
wajib membentuk P2K3.
(2) Tempat kerja dimaksud ayat (1) ialah:
a. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100
orang atau lebih;
b. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan
kurang dari 100 orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan
instalasi yang mempunyai risiko yang besar akan terjadinya
peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

• Permenaker Nomor Per.04/Men/1987 ttg P2K3 serta Tata cara


Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.

Pasal 3
(1) Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya
terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
(2) Sekretaris P2K3 ialah ahli Keselamatan Kerja dari perusahaan yang
bersangkutan.
(3) P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya atas usul dari
pengusaha atau pengurus yang bersangkutan.

Pasal 4
(1) P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta
maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah
keselamatan dan kesehatan kerja.
PENERAPAN MANAJEMEN K3

• Permenaker Nomor Per.04/Men/1987 ttg P2K3 serta Tata cara


Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.

Pasal 4
(2) Untuk melaksanakan tugas tersebut ayat (1), P2K3 mempunyai fungsi:
a. Menghimpun dan mengolah data tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di tempat kerja;
b. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:
1) Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan
gangguan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya
kebakaran dan peledakan serta cara penanggulangannya.
2) Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja;
3) Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
4) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya;
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

• Permenaker Nomor Per.04/Men/1987 ttg P2K3 serta Tata


cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
Pasal 4
(2) Untuk melaksanakan tugas tersebut ayat (1), P2K3 mempunyai fungsi:
c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:
1) Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja;
2) Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik;
3) Mengembangkan sistem pengendalian bahaya
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja;
4) Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit
akibat kerja serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan;
5) Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di
bidang keselamatan kerja, hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan
ergonomi;
6) Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan
menyelenggaraka makanan di perusahaan;
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

• Permenaker Nomor Per.04/Men/1987 ttg P2K3 serta Tata cara


Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.

Pasal 4
7) Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;
8) Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja;
9) Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja, melakukan
pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil
pemeriksaan;
10) Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene perusahaan dan
kesehatan kerja.
d. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan
pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higene
perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi tenaga kerja.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

• Permenaker Nomor Per.02/Men/1992 ttg Tata Cara


Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
a.Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah Tenaga Teknik berkeahlian
khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yan ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-Undang Keselamatan Kerja.
b. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu
tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
c. Tempat kerja adalah tiap ruangan,, atau lapangan, tertutup, ataqu terbuka,
bergerak, atau tetap, dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

- Permenaker Nomor Per.02/Men/1992

Pasal 2
(1) Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk berwenang menunjuk ahli
keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kerja dengan kriteria tertentu
dan pada perusahaan yang memberikan jasa dibidang keselamatan dan
kesehatan kerja.
(2) Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:
a. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja
lebih dari 100 orang;
b. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja
kurang dari 100 orang akan tetapi menggunakan bahan, proses, alat
dan atau instalasi yang besar risiko bahaya terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja;
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

Permenaker Nomor Per.02/Men/1992

Pasal 7
(1) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja berlaku
untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun.
(2) Keputusan penunjukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
dimintakan perpanjangan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat
yang ditunjuk.

Pasal 8
(1) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja tidak
berlaku apabila yang bersangkutan:
a. pindah tugas ke perusahaan atau instansi lain;
b. mengundurkan diri;
c. meninggal dunia.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3
Pasal 8
2) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja dicabut
apabila yang bersangkutan terbukti :
a. tidak memenuhi peraturan perundang-undangan keselamatan dan
kesehatan kerja;
b. melakukan kesalahan dan kecerobohan sehingga menimbulkan
keadaan berbahaya;
c. dengan sengaja dan atau karena kehilafannya menyebabkan
terbukanya suatu rahasia perusahaan/instansi yang karena
jabatannya wajib untuk dirahasiakan.

Pasal 9
(1) Ahli Keselamatanm dan Kesehatanb Kerja berkewajiban :
a. membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan
keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan bidang yang
ditentukan dalam keputusan penunjukannya;
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3
Permenaker Nomor Per.02/Men/1992
Pasal 9
b. memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang
ditunjuk mengenai hasil pelaksanaan tugas dengan ketentuan
sebagai berikut:
1). Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
satu kali dalam 3 (tiga) bulan, kecuali ditentukan lain;
2). Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan
yang memberikan jasa dibidang keselamatan dan kesehatan
kerja setiap saat setelah selesai melakukan kegiatannya;
c. merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/
instansi yang didapat berhubungan dengan jabatannya.

Pasal 10
(1) Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja berwenang untuk :
a. memasuki tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukan;
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

. Permenaker Nomor Per.02/Men/1992

Pasal 10
(1) Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja berwenang untuk :
b. meninta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja
sesuai dengan keputusan penunjukannya;
c. memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan
memberikan persyaratan serta pembinaan keselamatan dan
kesehatan kerja yang meliputi:
1. Keadaan dan fasilitas tenaga kerja.
2. Keadaan mesin-mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta
peralatan lainnya.
3. Penanganan bahan-bahan.
4. Proses produksi.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

. Permenaker Nomor Per.02/Men/1992

Pasal 10
(1) Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja berwenang untuk :
c. memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan
memberikan persyaratan serta pembinaan keselamatan dan
kesehatan kerja yang meliputi:
4. Proses produksi.
5. Sifat pekerjaan.
6. Cara kerja.
7. Lingkungan kerja.
(2) Perincian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dapat dirubah
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

Dengan ditetapkannya Permenaker Nomor Per. 02/Men/1992


tentang Tata cara Penunjukan, Kewajiban, dan Wewenang Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, maka Permenakertranskop
Nomor Per.03/Men/1978 dan Permenaker Nomor Per.
04/Men/1987 Pasal 1 huruf a,b dan c, Pasal 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11
dan 13, khususnya yang mengatur Ahli Keselamatan Kerja
dinyatakan tidak berlaku lagi.
PENERAPAN MANAJEMEN K3
• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 26 Tahun 2014 ttg
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan SMK3

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disebut SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
2. Penilaian Penerapan SMK3 yang selanjutnya disebut Audit SMK3 ialah
pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap pemenuhan
kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang
telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di
perusahaan.
3. Auditor SMK3 ialah tenaga teknis yang berkeahlian khusus dan
independen untuk melaksanakan audit SMK3 yang ditunjuk oleh Menteri
atau pejabat yang ditunjuk.
MANAJEMEN MANAJEMEN
PENERAPAN K3 K3
• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 26 Tahun
2014 ttg Penyelenggaraan Penilaian Penerapan SMK3

Pasal 1
4. Lembaga Audit SMK3 adalah badan hukum yang ditunjuk oleh
Menteri untuk melaksanakan audit eksternal SMK3.
5. Audit Eksternal SMK3 adalah audit SMK3 yang diselenggarakan oleh
Lembaga Audit dalam rangka penilaian penerapan SMK3 di
perusahaan..
6. Perusahaan adalah:
a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik
milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan
pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk
lain;
b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus
an mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan
dalam bentuk lain.
MANAJEMEN MANAJEMEN
PENERAPAN K3 K3

• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 26 Tahun


2014 ttg Penyelenggaraan Penilaian Penerapan SMK3

Pasal 1
7. Dinas Provinsi adalah instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan di provinsi.
8. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang membidangi
pembinaan pengawasan ketenagakerjaan.
9. Menteri adalah Menteri Ketenagakerjaan.
MANAJEMEN MANAJEMEN
PENERAPAN K3 K3

• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 26 Tahun


2014 ttg Penyelenggaraan Penilaian Penerapan SMK3

Pasal 2
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang terintegrasi
dengan sistem di perusahaan.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi
perusahaan:
a. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus)
orang; atau
b. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
PENERAPAN MANAJEMEN K3
• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 26 Tahun
2014 ttg Penyelenggaraan Penilaian Penerapan SMK3

Pasal 3
1) Perusahaan yang telah melaksanakan penerapan SMK3 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan penilaian penerapan SMK3
melalui Audit Eksternal SMK3 oleh Lembaga Audit SMK3 yang
ditunjuk oleh Menteri.
(2) Penilaian penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terhadap:
a. perusahaan yang secara sukarela mengajukan permohonan Audit
SMK3;
b. perusahaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi antara lain
perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, minyak dan
gas bumi;
c. perusahaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi berdasarkan
penetapan Direktur Jenderal dan/atau Kepala Dinas Provinsi.
MANAJEMEN MANAJEMEN
PENERAPAN K3 K3

• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 26 Tahun


2014 ttg Penyelenggaraan Penilaian Penerapan SMK3

Pasal 3
(3) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian di perusahaan oleh
pengawas ketenagakerjaan.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

PP No. 50 Tahun 2012 ttg Penerapan SMK3

Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

PP No. 50 Tahun 2012 ttg Penerapan SMK3

Pasal 2
Penerapan SMK3 bertujuan untuk:
a. meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
b. mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh; serta
c. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

PP No. 50 Tahun 2012 ttg Penerapan SMK3

Pasal 3
(1) Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3.
(2) Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertuang dalam Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

PP No. 50 Tahun 2012 ttg Penerapan SMK3

Pasal 4
(1) Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
sebagai pedoman perusahaan dalam menerapkan SMK3.
(2) Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan pedoman penerapan
SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3
PP No. 50 Tahun 2012 ttg Penerapan SMK3
Pasal 5
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi
perusahaan:
a. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau
b. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.

Penjelasan Pasal 5 ayat (2) huruf b :


Yang dimaksud dengan “tingkat potensi bahaya tinggi” adalah
perusahaan yang memiliki potensi bahaya yang dapat mengakibatkan
kecelakaan yang merugikan jiwa manusia, terganggunya proses produksi
dan pencemaran lingkungan kerja.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3
PP No. 50 Tahun 2012 ttg Penerapan SMK3

Pasal 6
(1) SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) meliputi:
a. penetapan kebijakan K3;
b. perencanaan K3;
c. pelaksanaan rencana K3;
d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
(2) Penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertuang dalam
pedoman yang tercantum dalam Lampiran I sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3
PP No. 50 Tahun 2012 ttg Penerapan SMK3

Pasal 16
(2) Untuk perusahaan yang memiliki potensi bahaya tinggi wajib melakukan
penilaian penerapan SMK3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Penjelasan Pasal 16 ayat (2) :


Yang dimaksud dengan perusahaan yang memiliki potensi bahaya tinggi
antara lain perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, minyak
dan gas bumi.
PENERAPAN MANAJEMEN K3

PP No. 50 Tahun 2012 ttg Penerapan SMK3

Lampiran II
Pelaksanaan penilaian dilakukan berdasarkan tingkatan penerapan SMK3 yang
terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
1. Penilaian Tingkat awal
Penilaian penerapan SMK3 terhadap 64 (enam puluh empat) kriteria
sebagaimana tercantum dalam kolom 3 pada Tabel 1.
2.Penilaian Tingkat Transisi
Penilaian penerapan SMK3 terhadap 122 (seratus dua puluh dua) kriteria
sebagaimana tercantum dalam kolom 3 dan kolom 4 pada Tabel 1.
3.Penilaian Tingkat Lanjutan
Penilian penerapan SMK3 terhadap 166 (seratus enam puluh enam) kriteria
sebagaimana tercantum dalam kolom 3, kolom 4, dan kolom 5 pada Tabel 1.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

• Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang


Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

• Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang


Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: :

Penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah


timbulnya kabakaran dengan berbagai upaya pengendalan setiap
perwujudan energi, pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana
penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap darurat untuk
memberantas kebakaran.

Unit penanggulangan kebakaran ialah unit kerja yang dibentuk dan


ditugasi untuk menangani masalah penanggulangan kebakaran di
tempat kerja yang meliputi kegiatan administrasi, identifikasi sumber-
sumber bahaya, pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem
proteksi kebakaran.
PENANGGUNG
PENANGGUNGJAWAB
JAWABUMUM
UMUM
(PENGURUS)
(PENGURUS)

DEPARTEMEN
DEPARTEMEN K3
K3

PENANGGUNG
PENANGGUNGJAWAB
JAWAB
UNIT
UNITPENANGGULANGAN
PENANGGULANGANKEBAKARAN
KEBAKARAN
18” REGU
PENANGGULANGA
N KEBAKARAN
KOORDINATOR
KOORDINATORSUB
SUBUNIT
UNIT
PENANGGULANGAN
PENANGGULANGANKEBAKARAN
KEBAKARAN

PETUGAS
PETUGAS
PERAN
PERANKEBAKARAN
KEBAKARAN
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

• Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang


Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: :
Petugas peran penanggulangan kebakaran ialah petugas yang ditunjuk
dan diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber bahaya
dan melaksanakan upaya penanggulangan kebakaran di unit kerjanya.

Regu penanggulangan kebakaran ialah satuan tugas yang mempunyai


tugas khusus Fungsional di bidang penanggulangan kebakaran.

Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung


suatu tempat kerja atau bagiannnya yang berdiri sendiri.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

• Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentabg


Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Pasal 2
(1). Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran, latihan penganggulangan
kebakaran di tempat kerja.
(2). Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran di tempat kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. Pengendalian setiap bentuk energi;
b. penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan
kebakaran dan sarana evakuasi;
c. pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d. pembentukan unit penanggulanan kebakaran di tempat
kerja
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

•Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang


Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Pasal 2
(2). Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran di tempat kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
e. penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan
kebakaran secara berkala;
f. memilki buku rencana penanggulangan keadaan darurat
kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih
dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat
yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3

. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang


Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Pasal 2
(4) Buku rencana penanggulangan keadaan darurat kerbakaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f, memuat antara
lain:
a. informasi tentang sumber potensi bahaya kebakaran dan
cara pencegahannya;
b. jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi
kebakaran di tempat kerja;
c. prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan
pencegahan bahaya kebakaran;
d. prosedur dalam menghadapi keadaan darurat bahaya
kebakaran.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3
. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Pasal 3

Pembentukan unit penanggulangan kebakaran sebagaimana


dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dengan memperhatikan jumlah
tenaga kerja dan atau klasifikasi tingkat potensi bahaya
kebakaran.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3
. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Pasal 4

1. Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran sebagaimana


dimaksud dalam pasal 3 terdiri :
a. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran ringan;
b. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang I
c. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II
d. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang III dan;
e. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran berat.

2. Jenis tempat kerja menurut klasifikasi tingkat resiko bahaya


kebakaran sebagaimana dimaksud ayat (1) seperti tercantum
dalam Lampiran I Keputusan Menteri ini.
Bahaya Kebakaran Ringan : Ancaman Bahaya Kebakaran yg mempunyai
nilai & kemudahan terbakar rendah & apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas rendah, shg penjalaran api lambat.
Bahaya Kebakaran Sedang 1 (satu) : Ancaman Bahaya Kebakaran
yg mempunyai jumlah & kemudahan terbakar sedang; penimbunan bahan
yg mudah terbakar dg tinggi tdk lebih dari 2,5 m & apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sedang, shg penjalaran api sedang.

Bahaya Kebakaran Sedang 2 (dua) : Ancaman Bahaya Kebakaran yg


mempunyai jumlah & kemudahan terbakar sedang; penimbunan bahan
yg mudah terbakar dg tinggi tdk lebih dari 4 m & apabila terjadi
kebakaran melepaskan panas sedang, shg penjalaran api sedang.

Bahaya Kebakaran Sedang 3 (tiga) : Ancaman Bahaya Kebakaran yg


mempunyai nilai & kemudahan terbakar agak tinggi & apabila terjadi
kebakaran menimbulkan panas agak tinggi, shg penjalaran api agak cepat.

Bahaya Kebakaran Berat / Tinggi : Ancaman Bahaya Kebakaran yg


mempunyai nilai & kemudahan terbakar tinggi & apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas tinggi.
MANAJEMEN MANAJEMEN
PENERAPAN K3 K3
. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran :


a. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran ringan;
Jenis tempat kerja :
• Tempat ibadah,
• Gedung/ruang Perkantoran
• Gedung/ruang Pendidikan
• Gedung/ruang Perumahan
• Gedung/ruang Perawatan
• Gedung/ruang Restoran
• Gedung/ruang Perpustakaan
• Gedung/ruang Perhotelan
• Gedung/ruang Lembaga
• Gedung/ruang Rumah sakit
• Gedung/ruang Museum
• Gedung/ruang Penjara
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3
. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran :


b. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang I
Jenis tempat kerja :
• Tempat Parkir
• Pabrik Elektronika
• Pabrik roti
• Pabrik barang gelas
• Pabrik minuman
• Pabrik permata
• Pabrik Pengalengan
• Binatu
• Pabrik susu
PENERAPAN
MANAJEMENMANAJEMEN
K3 K3
. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran :


c. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II

Jenis tempat kerja :


• Penggilingan padi
• Pabrik bahan makanan
• Percetakan dan penerbitan
• Bengkel mesin
• Gudang pendinginan
• Perakitan kayu
• Gudang perpustakaan
• Pabrik barang keramik
• Pabrik tembakau
MANAJEMEN MANAJEMEN
PENERAPAN K3 K3
. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran :


c. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II

Jenis tempat kerja :


• Pengolahan logam
• Penyulingan
• Pabrik barang kelontong
• Pabrik barang kulit
• Pabrik tekstil
• Perakitan kendaraan bermotor
• Pabrik kimia (kimia dengan kemudahan terbakar sedang)
• Pertokoan dengan pramuniaga kurang dari 50 orang
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3
. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran :


d. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang III

Jenis tempat kerja :


• Ruang pameran
• Pabrik permadani
• Pabrik makanan
• Pabrik sikat
• Pabrik Ban
• Pabrik Karung
• Bengkel mobil
• Pabrik sabun
• Pabrik tembakau
• Pabrik lilin
• Studio dan pemancar
• Pabrik barang plastik
PENERAPAN
MANAJEMENMANAJEMEN
K3 K3
. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran :


d. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang III

Jenis tempat kerja :


• Pergudangan
• Pabrik pesawat terbang
• Pertokoan dengan pramuniaga lebih dari 30 orang
• Penggergajian dan pengolahan kayu
• Pabrik makanan kering dari bahann tepung
• Pabrik minyak nabati
• Pabrik tepung terigu
• Pabrik pakaian
MANAJEMEN MANAJEMEN
PENERAPAN K3 K3
. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran :


e. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran berat
Jenis tempat kerja :
• Pabrik kimia dengan kemudahan terbakar tinggi
• Pabrik kembang api
• Pabrik korek api
• pabrik cat
• Pabrik bahan peledak
• Penggergajian kayu dan penyelesaannya menggunakan
bahan mudah terbakar
• studo film dan televisi
• Pabrik karet buatan
• Hanggar pesawat terbang
• Penyulingan minyak bumi
• Pabrik karet busa dan plastik busa.
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3
. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Pasal 5
Unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 terdiri dari:
a. Petugas peran kebakaran;
b. Regu penanggulangan kebakaran;
c. Koordinator unit penanggulangan kebakaran;
d. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai
penanggung jawab teknis.
Kepmennaker No186/Men/1999

Tk. Ahli
Tk. Ahli Madya
Pratama
Tk. Dasar II
Tk. Dasar I

PETUGAS REGU
KOORD. PENG.
PERAN PENANGG.
UNIT JAWAB
KEBAKARAN KEBAKARAN
PENANGG. TEKNIK K3
KEBAKARAN PENANGG.
KEBAKARAN
PENERAPAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 K3
. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Pasal 6
(1). Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf a, sekurangkurangnya 2 (dua) orang untuk
setiap jumlah tenaga kerja 25 (dua puluh lima) orang.
(2). Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis
penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 hurf b dan huruf d, ditetapkan untuk tempat kerja
tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I yang
mempekerjakan tenaga kerja 300 (tiga ratus) orang, atau
lebih, atau setiap tempat kerja tingkat resiko bahaya
kebakaran sedang II, sedang III dan berat.
PENERAPAN MANAJEMEN K3
. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Pasal 6
(3). Koordinator unit penanggulangan kebakaran sebagaimana
dimaksud Pasal 5 juruf c, ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran
ringan dan sedang I, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang
untuk setiap jumlah tenaga kerja 100 (seratus) orang.
b. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran
sedang II dan sedang III dan berat, sekurang-kurangnya
1 (satu) orang untuk setiap unit kerja.
PENANGGUNG JAWAB UMUM
(PENGURUS)

DEPARTEMEN DEPARTEMEN DEPARTEMEN


……………….. K3 ………………..

DIVISI FIRE 1/300


FIRE MENS
KOORDINATOR UNIT
------ 1/100

PETUGAS PEERAN
PETUGAS PEERAN
KEBAKARAN
KEBAKARAN
………………2/25
2/25

Ref. Kepmennaker No 186/1999


PENERAPAN MANAJEMEN K3
. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
Pasal 7
1. Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf a mempunyai tugas:
a. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor
yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran;
b. Memadamkan kebakaran pada tahap awal;
c. Mengarahkan evakuasi orang dan barang;
d. Mengadakan koordinasi dengan instasi terkait;
e. Mengamankan lokasi kebakaran.
2. Untuk dapat ditunjuk menjadi petugas peran kebakaran harus
memenuhi syarat:
a. sehat jasmani dan rohani;
b. pendidikan minimal SLTP
c. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran
tingkat dasar I.
PENERAPAN MANAJEMEN K3
.Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
Pasal 8
(1). Regu penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf b mempunyai tugas:
a. mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor
yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran;
b. melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran;
c. memberikan penyuluhan tentang penanggulangan
kebakaran pada tahap awal;
d. membantu menyusun buku rencana tanggap darurat
kebakaran;
e. memadamkan kebakaran;
f. mengarahkan evakuasi orang dan barang;
g. mengadakan koordinasi dengan instasi terkait;
h. memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan;
i. mengamankan lokasi tempat kerja;
j. melakukan koordinasi seluruh petugas peran kebakaran
PENERAPAN MANAJEMEN K3

.Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang


Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Pasal 8
(2). Untuk dapat ditunjuk menjadi Regu penanggulangan
kebakaran harus memenuhi syarat:
a. Sehat jasmani dan rohani;
b. Usia minimal 25 tahun dan maksimal 45 tahun;
c. Pendidikan minimal SLTA
d. Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran
tingkat dasar II.
PENERAPAN
MANAJEMENMANAJEMEN
K3 K3

.Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang


Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Pasal 9
(1). Koordinator unit penanggulangan kebakaran sebagaimana di
maksud dalam Pasal 5 huruf c mempunyai tugas :
a. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat
bantuan dari instansi yang berwenang;
b. Menyusun program kerja dan kegiatan tentang cara
penanggulangan kebakaran;
c. Mengusulkan anggaran, sarana, dan fasilitas
penanggulangan kebakaran kepada pengurus.
PENERAPAN
MANAJEMENMANAJEMEN
K3 K3

. Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang


Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Pasal 9
(2). Untuk dapat ditunjuk menjadi Koordinator unit
penanggulangan kebakaran penanggulangan kebakaran
harus memenuhi syarat:
a. sehat jasmani dan rohani;
b. pendidikan minimal SLTA;
c. bekerja pada perusahaan yanhg bersangkutan dengan
masa kerja minimal 5 tahun;
d. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran
tingkat dasar I, tingkat dasar II. dan Ahli K3 pratama
PENERAPAN MANAJEMEN K3
.Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
Pasal 10
(1). Ahli K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d
mempunyai tugas:
a. membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-
unadangan bidang penanggulangan kebakaran;
b. memberikan laporan kepada Menteri atau Pejabat yang
ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
c. merahasiakan segala keterangan tentang rahasia
perusahaan atau instansi yang berhubungan dengan
jabatannya;
d. memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat
bantuan dari instansi yang berwenang;
e. menyusun program kerja atau kegiatan penanggulangan
kebakaran;
f. melakukan koordinasi dengan instansi terkait
PENERAPAN MANAJEMEN K3
.Kepmenaker Nomor Kep. 186/Men/1999 tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja
Pasal 10
(2). Syarat-syarat ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran
adalah:
a. Sehat jasmani dan rohani
b. Pendidikan minimal D3 teknik;
c. Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan dengan masa
kerja minimal 5 tahun;
d. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran
tingkat dasar I, tingkat dasar II dan tingkat Ahli K3
Pratama dan tingkat Ahli Madya.
(3). Dalam melaksanakan tugasnya ahli K3 spesialis
penanggulangan kebakaran mempunyai wewenang:
a. memerintahkan menghentikan dan menolak pelaksanaan
pekerjaan yang dapat menimbulkan kebakaran atau
peledakan;
b. meminta keterangan atau informasi mengenai pelaksanaan
syarat-syarat K3 dibidang kebakaran di tempat kerja.
KETENTUAN HUKUM

KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 9 ayat (4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1970 :
PENGURUS DIWAJIBKAN MEMENUHI DAN
MENTAATI SEMUA SYARAT-SYARAT DAN
KETENTUAN YANG BERLAKU BAGI USAHA DAN
TEMPAT KERJA YANG DIJALANKANNYA.

SANKSI
PELANGGARAN TERHADAP PERATURAN DAN
PERSYARATAN K3 DIKENAKAN SANKSI SESUAI
PASAL 15 AYAT (2) UNDANG-UNDANG NOMOR 1
TAHUN 1970
FIRE PREVENTION
(Pengendalian kebakaran)

PRE FIRE POST FIRE


CONTROL IN CASE FIRE CONTROL CONTROL

FIRE SAFETY
FIRE SAFETY MANAGEMENT
MANAGEMENT
PRE FIRE CONTROL

Identifikasi potensi bahaya kebakaran


Perencanaan system proteksi kebakaran (Aktif/Pasif)
Perencanaan tanggap darurat kebakaran (FEP)
Penyusunan skenario penanggulangan kebakaran
Pembentukan organisasi tanggap darurat kebakaran/ unit
penanggulangan kebakaran
Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran
secara berkala
Pelatihan/Sertifikasi personil K3 penanggulangan kebakaran
IN CASE
FIRE CONTROL

FIRE EMERGENCY PLAN

MEMILIKI BUKU RENCANA PENANGGULANGAN


KEADAAN DARURAT KEBAKARAN
Berisi antara lain :
- Informasi sumber bahaya dan cara pencegahannya;
- Jenis sarana prot kebakaran, petunjuk pemeliharaan,
dan cara penggunaannya;
- Prosedur kerja aman
- Prosedur dalam keadaan darurat
IN CASE
FIRE CONTROL

FIRE EMERGENCY PLAN

Deteksi
Alarm
Padamkan-Lokalisir
Evakuasi
Rescue & P3K
Amankan
POST
FIRE CONTROL

•INVESTIGASI
• ANALISIS
• REKOMENDASI
• REHABILITASI
PENUTUP
► Kebakaran memiliki potensi resiko tinggi (people, property &
environment), karena itu penanganan K3 harus mendapat
perhatian serius.
► Kebakaran dapat diprediksikan, resikonya dapat
diperhitungkan, oleh karena itu upaya penanggulangannya
dapat direncanakan;
► Dalam situasi darurat, semua penghuni akan terlibat dalam
situasi ancaman bahaya, karena itu setiap tempat kerja wajib
membentuk organisasi tanggap darurat dan rencana tanggap
darurat, dan disosialisasikan serta dilakukan gladi simulasi
darurat secara berkala.
► Sarana proteksi kebakaran setiap saat harus handal/ siap pakai,
karena itu harus dilakukan pemeliharaan, pemeriksaan, dan
pengujian.
► Sarana evakuasi harus tetap dijamin tidak terhalang
► Manajemen harus memiliki komitmen terhadap K3
► Persyaratan teknis K3 Penanggulangan Kebakaran ada pada
UU Nomor 1 Tahun 1970 dan Peraturan-peraturan
Pelaksanaanya, serta standar teknis yang ada.
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

SALAM
K3

Anda mungkin juga menyukai