Anda di halaman 1dari 27

kelas A-1, A-2 dan A-3

Sosiologi
Politik Global
Drs. Pra Adi Sulistiyono, MSi
Jum’at , 11 November 2022
Tema Perkuliahan

Sosiologi Reflektif Pierre Bourdieu


untuk
Humanisasi Kapitalisme
Permasalahan
Kapitalisme merupakan fenomena Global. Sebagai
ideologi, nilai-nilai intrinsik Kapitalisme seperti:
Individualisme dan
Pertumbuhan Tanpa Batas telah mendorong
dehumanisasi tatanan kehidupan.
Kerangka pemikiran Bourdieu menawarkan perubahan
humanis melalui strategi: Heterodoxa =
Habitus + Doxa
Pierre Bourdieu (1930 -2002)
Sosiolog, Filosof, dan Antropolog
dari Prancis
memiliki kesamaan pandangan
dengan Anthony Giddens
bahwa
Relasi antara Struktur dengan Agen
bersifat
Dialektika bukan Dualisme
Perbedaan Dialektika dengan Dualisme
Dalam Dialetika Struktur <------> Agen
Struktur tidak mengekang/men-Determinasi tindakan
Agen, tetapi memfasilitasi dan membuka peluang
Agen memperbaiki posisi dirinya di dalam Struktur.
Sebaliknya, di dalam Dualisme
Struktur mengekang/mendeterminasi tindakan Agen
pada posisi yang ditempati dalam
suatu Struktur
Antara Giddens dan Bourdieu
Memahami perangkat Konseptual-Teoretis
yang diperkenalkan Giddens dan Bourdieu
dalam memahami realitas sosial,
Giddens membuka perspektif kita, bahwa Struktur di
era modernitas akhir tidak mengekang, melainkan
memfasilitasi untuk bertindak/melakukan Praktik
Sosial yang memungkinkan Agen/Aktor
memanfaatkan Sumber Daya yang dimiliki (Agency)
Selanjutnya Bourdieu memberi penguatan,
jika Agen/Aktor
ingin memperbaiki posisinya dalam
ber-INTERAKSI pada suatu
Ranah/field (Struktur Sosial)
Agen/Aktor bisa membentuk HABITUS
baru dengan
memanfaatkan MODAL (Ekonomi, Sosial,
Budaya dan Simbolik) yang dimiliki.
Pandangan Bourdieu melengkapi Giddens.

Bila Giddens menyediakan perangkat bagaimana


Status-Quo/Perubahan Sosial melalui Agensi
(Praktik Sosial)

Bourdieu melengkapi dengan Strategi HABITUS


dengan memanfaatkan salah satu jenis modal
(ekonomi, sosial, budaya, simbolik) yang dimiliki
Artinya,
bila di dalam suatu Ranah/field (Sosial, Ekonomi atau
Politik) terjadi relasi Dominatif-Eksploitatif, maka
Agen/Aktor yang ter-SUBORDINASI dapat melakukan
HETERODOXY (strategi
subversif terhadap relasi dominatif) dengan
membentuk
HABITUS BARU
Perangkat konseptual yang dikembangkan
oleh Bourdieu untuk menganalisis masyarakat,
antara lain:

Habitus, Ranah/field, Strategi,


Modal (Sosial, Budaya, Simbolik),
Doxa dan Heterodoxa
Field/ranah
Menurut Bourdieu, Ranah/field adalah arena
permainan (‘games’) yang memiliki suatu aturan
main tertentu untuk mengatur interaksi para aktor.
Contoh:
Mekanisme pasar merupakan aturan main dalam
masyarakat kapitalis. Kemampuan finansial menjadi
keyakinan (doxa) bagi mereka untuk menentukan
posisi/status sosialnya
Proposisinya,
“Orang yang memiliki modal finansial
akan memiliki Daya Kuasa lebih besar dan posisi
sosial lebih kuat daripada yang
tidak memiliki”

dalam masyarakat kapitalis


Modal Finansial menjadi Daya Kuasa yang utama
dibanding dengan sumber daya lain.
Namun keyakinan ini (Doxa) dipatahkan
oleh argumen Bourdieu
bahwa
Modal finansial bukanlah satu-satunya bentuk
modal, bentuk modal lainnya
adalah
Modal Sosial, Modal Budaya, dan Modal Simbolik
Modal Sosial ?
merupakan jalinan interaksi pertemanan
(Solidaritas Sosial)
yang diikat oleh nilai dan norma untuk mencapai tujuan
bersama atau individual.
Modal Sosial, seperti modal finansial, juga bisa
diinvestasikan.
Modal Sosial bisa berfungsi sebagai pengikat (bonding) dan
jembatan (bridging) bagi individu dan
komunitas mencapai tujuannya.
Modal Sosial menurut Bourdieu

“Keseluruhan Sumber Daya, aktual maupun potensial, yang


terbentuk sebagai akibat jalinan interaksi yang berpijak
pada prinsip nilai saling kenal, saling tahu, saling percaya
dan saling dukung”.
Contoh:
Mahasiswa FISIP dari Prodi HI. Institusi Unej bukan
sekedar tempat belajar. Jumlah civitas academika yang
besar akan menjadi Modal Sosial bagi Individu yang
memiliki suatu tujuan. Misalnya: mencalonkan diri
menjadi anggota DPR/DPRD
Menurut Bourdieu, Modal Sosial yang dimiliki
oleh Agen bisa berfungsi sebagai wahana
Perubahan Sosial.

Contoh kasus klasik:


Perjuangan 28 orang buruh pabrik tekstil di kota
Rochdale mampu memperbaiki posisi ekonominya
tanpa harus meruntuhkan Sistem
KAPITALISME
Paradigma berpikir dan bertindak yang dominan pada
pertengan abad 19 sampai awal abad 20 adalah Dualisme.

Sistem Kapitalisme yang dominatif dan eksploitatif harus


diruntuhkan dan diganti sistem baru.

Dalam pandangan kaum marxis, sistem baru itu adalah


Sosialisme bukan lainnya.
Namun, 28 orang buruh yang pernah ikut dalam eksperimen
Robert Owen membentuk komunitas
Sosialis di New Lanark Skotlandia lebih mempercayai
Sistem Kapitalis dan
mekanisme Pasar.

Kegagalan eksperimen Sosialis di New Lanark memberi


pelajaran terdapat celah dari
mekanisme pasar yang bisa dikreasi.
Posisi tawar mereka di pasar tenaga kerja
sangat lemah saat mencoba bernegoisasi
dengan
pemilik pabrik untuk menaikan upah.

Dengan upah yang kecil, bila dikumpulkan,


bisa memperkuat posisi daya tawar
di pasar kebutuhan pokok.
Strategi yang mereka lakukan adalah
membentuk HABITUS baru.

Belanja kebutuhan pokok tidak dilakukan secara


individual, melainkan secara komunal.

Mereka memberi kepercayaan kepada wakilnya untuk


melakukan pembelian
Habitus baru yang dibangun di atas pondasi
nilai:
solidaritas (mengalami keadaan yang sama), kejujuran,
disiplin, dan terus belajar.

Modal awal 28 pound sterling yang dikumpulkan


secara patungan dari 28 orang
dalam waktu kurang dari 30 tahun
mereka mampu memiliki pabrik, lembaga pendidikan
dan pusat distribusi.
Konsep Doxa
Doxa, menurut Bourdieu, merupakan keyakinan atau nilai
dan norma yang terinternalisasi dan membentuk
aktor mematuhi aturan main di suatu ranah.

Para buruh yang menjadi anggota Koperasi Rochdale


mempercayai, sebagaimana kaum borjuis,
bahwa mekanisme pasar menjadi mekanisme yang efektif
dan efisien.
Yang membedakan, kaum borjuis tetap meyakini
habitus lama,
bahwa kekuatan finansial akan menjadi andalan untuk
mempertahankan posisi sosial mereka.

Sedang Habitus kaum buruh, uang tetap diperlukan


tetapi bisa dikombinasi dengan
sumber daya lainnya untuk memperkuat
posisi tawar dalam transaksi kebutuhan pokok.
Dalam pandangan Bourdieu, terdapat
dua strategi yang bisa digunakan Agen/Aktor di
dalam suatu ranah/field.

1. Strategi Reproduksi modal untuk mempertahan


posisi (hubungan dominatif)

2. Strategi Re-Konversi modal untuk merubah


relasi dominatif
1. Kaum borjuis terus melakukan reproduksi
habitusnya, yakin bahwa
hanya kekuatan modal finansial yang
menentukan posisi transaksi;
sebaliknya
2. Kaum buruh melakukan strategi
Re-Konversi Modal.
Uang yang sedikit bila dikumpulkan akan menjadi
banyak.
Dan Banyak dari yang sedikit akan menjadi kekuatan
pula.
Banyak dari yang sedikit tidak otomatis menjadi
andalan kekuatan kaum buruh.

Mereka perlu memperluas perspektif modal yang


dibentuk dari bahan dasar Solidaritas, Disiplin,
Kejujuran, dan Kepemimpinan.
Agar elemen di atas terikat (‘bonding’) menjadi
kekuatan Modal Sosial, kaum menjadikan unsur
Pendidikan sebagai bagian integral dalam perjuangan
mereka.
Strategi Re-Konversi modal dan pembentukan
Habitus baru
telah mengantarkan
kaum buruh pabrik tekstil di kota Rochdale
memiliki faktor produksi (pabrik) dan infrastruktur
sosial-ekonomi (jaringan koperasi primer di setiap
komunitas yang didukung kepemilikan pusat
distribusi yang dikenal: Cooperative
Wholesale Society

Anda mungkin juga menyukai