Anda di halaman 1dari 16

Urgensi

Diratifikasinya
Konvensi 1951
Tentang Pengungsi
Bagi Indonesia
KELOMPOK 2

Dody Setyawan Dwi Nugroho Krisna Aditya Putra


E0020153 E0020158 E0020263
LATAR
BELAKANG
LATAR BELAKANG

✘ Masalah pengungsi internasional dan pencari suaka sudah menjadi


bahasan bersama bagi komunitas internasional. Menurut data dari
reliefweb.int, pada tahun 2022, di Indonesia sendiri, jumlah
pengungsi dan pencari suaka yang tercatat adalah berkisar 13.700
jiwa di mana 7600 diantaranya berasal dari Afghanistan (etnis
minoritas Hazara), selebihnya berasal dari Somalia, Irak, Myanmar,
Sudah, Sri Lanka, Yaman, Palestina, Iran, Pakistan, Eritrea dan
Ethiopia.
✘ Pada tahun 1951, United Nations High Commissioner for Refugees
(UNHCR) membuat Konvensi Pengungsi 1951 disusul dengan
adanya Protokol 1967 yang antara lain mengatur hak pengungsi.
Namun sampai saat ini Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol 1967
tersebut belum diratifikasi oleh Indonesia.
4
LATAR BELAKANG
✘ Aturan yang diterapkan kepada para pengungsi yang ada di Indonesia
sampai saat ini adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian. Undang-undang tersebut masih belum mencakup masalah
penanganan pengungsi dan hak-hak yang harus didapatkan pengungsi. Jadi,
dapat dikatakan Indonesia masih belum ada instrumen hukum yang
mengatur dalam masalah penanganan pengungsi yang masuk di Indonesia.
Oleh karena permasalahan tersebut, kami ingin menulis artikel dengan
judul Urgensi Diratifikasinya Konvensi 1951 Tentang Pengungsi Bagi
Indonesia.

5
Pentingnya Konvensi
Pengungsi Tahun 1951
Bagi Suatu Negara
Pentingnya Konvensi Pengungsi Tahun 1951 Bagi
Suatu Negara

 Konvensi 1951 menyusun standar minimum bagi perlakuan terhadap hak-hak para
pengungsi.
 Dalam Konvensi 1951, mendefinisikan pengungsi sebagai seseorang yang dikarenakan
oleh ketakutan yang beralasan akan penganiayaan, yang disebabkan oleh alasan ras,
agama, kebangsaan, keanggotaan kelompok sosial tertentu dan keanggotaan partai
politik tertentu, berada diluar Negara kebangsaannya dan tidak menginginkan
perlindungan dari Negara tersebut
 Konvensi 1951 tentang Pengungsi mencantumkan daftar hak dan kebebasan asasi yang
sangat dibutuhkan oleh pengungsi.
 Konvensi Pengungsi 1951 dianggap penting untuk diratifikasi karena merupakan
konvensi internasional pertama yang mencakup aspek terpenting kehidupan
pengungsi.

7
Pentingnya Konvensi Pengungsi Tahun 1951 Bagi
Suatu Negara

Ketika suatu negara mengaksesi Konvensi 1951, maka:


✘ Hal tersebut menunjukan komitmennya untuk memperlakukan pengungsi sesuai
dengan standar hukum dan humaniter yang diakui secara internasional;
✘ Dapat memberikan sebuah kemungkinan bagi pengungsi untuk menemukan
keamanan;
✘ Dapat membantu menghindarkan pertikaian antar Negara menyangkut aturan
pengungsi, memberikan suaka adalah tindakan yang lebih mengarah pada hal yang
bersifat damai, kemanusiaan dan hukum dan bukan merupakan tindakan yang
mengancam dan harus dapat dipahami seperti demikian oleh Negara asal
pengungsi;
✘ Hal tersebut memperlihatkan kesediaan untuk berbagi tanggung jawab dalam
melindungi pengungsi dan membantu UNHCR untuk memobilisasi dukungan
dalam perlindungan terhadap pengungsi.

8
Alasan Indonesia
Belum Meratifikasi
Konvensi Pengungsi
Tahun 1951
Alasan Indonesia Belum Meratifikasi Konvensi
Pengungsi Tahun 1951
Dalam alasan secara yuridis, Indonesia masih merasa keberatan untuk meratifikasi
Konvensi Pengungsi 1951 dikarenakan ada beberapa pasal yang dinilai terlalu
memberatkan untuk dilaksanakan.
 Pada pasal 17 yang berisi “The Contracting State shall accord to refugees lawfully..., as
regards the right to engage in wage-earning employment”, pasal tersebut menuntut
negara penganut Konvensi tersebut untuk memberi pekerjaan bagi para pengungsi, hal
ini dinilai membebani pemerintah Indonesia, mengingat Indonesia masih termasuk
dalam negara berkembang dan memiliki angka pengangguran yang cukup tinggi,
pendapatan perkapita dari penduduk Indonesia sendiri juga dinilai masih cukup jauh
dari kata layak.
 Pasal 21 yang berisi “As regards housing, the Contracting States, in so far as the matter
is regulated by laws or regulations or is subject to the control of public authorities, shall
accord to refugees lawfully staying in their territory treatment as favourable as possible
and, in any event, not less favourable than that accorded to aliens generally in the same
circumstance”, dalam pasal tersebut memuat ketentuan untuk memberikan rumah bagi
para pengungsi, hal ini juga dirasa sangat berat untuk dilaksanakan oleh pemerintah
Indonesia.

10
Alasan Indonesia Belum Meratifikasi
Konvensi Pengungsi Tahun 1951
 Bentuk perwujudan hak untuk memperoleh pendidikan bagi pengungsi yang diatur dalam
Pasal 22, pemerintah Indonesia sebenarnya dapat mewujudkannya. Mengambil contoh, untuk
beberapa pengungsi anak-anak yang bermukim di Cianjur Jawa Barat, ada beberapa dari
mereka yang sudah mendapatkan pendidikan dasar di daerah tersebut, tetapi hanya sampai
tingkatan Sekolah Dasar. Tetapi kebijakan untuk memberikan pendidikan kepada pengungsi
hingga jenjang menengah atau bahkan hingga perguruan tinggi sangatlah tidak
memungkinkan untuk dilaksanakan, mengingat masyarakat Indonesia yang mampu
memperoleh pendidikan hingga perguruan tinggi juga tidak banyak, dan juga angka
pendidikan yang cukup mahal.
 Terkait pelaksanaan Pasal 4 yang membahas tentang Hak untuk kebebasan beragama bagi
para pengungsi, pemerintah Indonesia juga dapat menjalankan ketentuan tersebut, tetapi
untuk melaksanakannya terdapat beberapa hal yang harus ditelaah.5
 Alasan lain mengapa Indonesia belum meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951 adalah selain
adanya norma hukum nasional berupa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian, bahwa pemerintah Indonesia sudah mempersiapkan suatu Rancangan
Peraturan Presiden yang masih berupa Naskah Akademik dan masih belum ada diskusi
dengan DPR untuk tahap lanjutan yaitu proses legislasi dari rancangan tersebut.

11
Alasan Indonesia Belum Meratifikasi
Konvensi Pengungsi Tahun 1951
Berikutnya alasan secara non yuridis, yaitu ada ketentuan non yuridis yang dijadikan bahan
pertimbangan juga bahwa pemerintah Indonesia belum meratifikasi Konvensi 1951 tersebut.
 ada beberapa pihak yang tidak mendukung bahwa Indonesia harus meratifikasi konvensi ini,
secara umum opini para pihak tersebut yang pertama mereka beropini bahwa “konvensi 1951
tentang pengungsi adalah produk lama”.
 muncul anggapan bahwa kompleksitas perpindahan manusia secara irregular sekarang atau
biasa disebut irregular migration, dan aturan-aturan yang ada di dalam konvensi 1951 tersebut
dianggap sudah tidak cukup relevan lagi.
 Konvensi 1951 sudah tidak dapat memberi solusi atas kompleksitas irregular migration yang
terjadi pada masa kini, terutama kasus-kasus pengungsian di Indonesia.
 Meski sistem di Indonesia yang berjalan pada saat ini walaupun belum secara legal formal,
Indonesia termasuk sudah bisa menghormati prinsip-prinsip utama yang terdapat dalam
Konvensi 1951 seperti non-refoulment, tidak menghukum atau mengkriminalisasi eksistensi
para pengungsi yang masuk secara ilegal, dan juga prinsip non diskriminasi.
 jika Indonesia meratifikasi konvensi 1951, beberapa pihak berpendapat bahwa tindakan
tersebut akan menambah kewajiban bagi Indonesia, sedangkan manfaat dari ratifikasi
konvensi tersebut masih menjadi kontroversi.

12
KESIMPULAN &
SARAN
KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Konvensi Pengungsi 1951 dianggap
penting untuk diratifikasi karena standar minimum hak yang diperoleh pengungsi.
Selain itu, terdapat alasan mengapa Indonesia belum meratifikasi Konvensi Pengungsi
1951. Dalam alasan secara yuridis, Indonesia masih merasa keberatan untuk
meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951 dikarenakan ada beberapa pasal yang dinilai
terlalu memberatkan untuk dilaksanakan. Berikutnya alasan secara non yuridis, ada
beberapa pihak yang beropini bahwa “konvensi 1951 tentang pengungsi adalah produk
lama”, karena konvensi tersebut ditandatangani pada tahun 1951 dan pada awalnya
konvensi tersebut dibuat hanya untuk menangani peristiwa-peristiwa yang terjadi
sebelum tanggal 1 Januari 1951 yang terjadi di eropa, Konvensi 1951 tersebut lebih
difokuskan untuk menangani masalah residu dari Perang Dunia ke II.

14
SARAN

Pemerintah sebaiknya segera meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol


1967 karena sangat penting bagi jaminan penghormatan, pemenuhan, dan
perlindungan HAM para pengungsi dan pencari suaka. Di samping itu, upaya
meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol 1967 tersebut dapat menjadi
solusi atas jalan buntu yang dihadapi pemerintah dalam menangani pengungsi dan
pencari suaka yang jumlahnya terus bertambah. Langkah meratifikasi Konvensi
Pengungsi 1951 dan Protokol 1967 memberikan kesempatan lebih besar bagi
Pemerintah Indonesia untuk terlibat langsung dan berkontribusi sesuai dengan
kepentingan nasional dalam penanganan pengungsi dan pencari suaka.

15
Thank You
16

Anda mungkin juga menyukai