Kelompok. 2
“Hak Saksi dan Korban Tindak Pidana”
02
HAK IKUT SERTA DALAM PROSES MEMILIH DAN MENENTUKAN
BENTUK PERLINDUNGAN DUKUNGAN KEAMANAN
Keadaan yang memberikan rasa aman adalah saksi atau korban sendiri yang tahu.
Keterlibatan saksi dan korban dalam pemilihan dan penentuan bentuk perlindungan akan
membantu penentuan bentuk perlindungan yang sesuai
03
HAK MEMBERI KETERANGAN TANPA TEKANAN
Sebagaimana halnya dengan tersangka/terdakwa, maka saksi atau korban juga harus dijamin
agar bisa memberikan keterangan baik di depan penyidik maupun di pengadilan tanpa tekanan
dari siapapun
04
HAK MENDAPAT PENERJEMAH
05
HAK BEBAS DARI PERTANYAAN MENJERAT
Pertanyaan bersifat menjerat akan mengarahkan saksi kepada jawaban tertentu yang dikehendaki pihak
yang mengajukan pertanyaan dan tentu menghalangi saksi memberi keterangan secara bebas. Pasal 166
KUHAP mengatur bahwa pertanyaan bersifat menjerat tidak boleh diajukan pada terdakwa maupun saksi.
06
HAK MENDAPAT INFORMASI MENGENAI
PERKEMBANGAN KASUS
07
HAK MENDAPAT INFORMASI MENGENAI PUTUSAN
PENGADILAN
Penting untuk diketahui saksi dan korban sebagai tanda penghargaan atas
ketersediaan saksi dan korban dalam proses pengadilan yang besangkutan
10
HAK MENDAPAT IDETITAS BARU
Dalam berbagai kasus, terutama yang menyangkut kejahatan terorganisasi, saksi dan korba dapat
terancam walaupun terdakwa sudah dihukum. Dalam kasus-kasus tertentu, saksi dan korban dapat diberi
identitas baru.
11
HAK MENDAPAT TEMPAT KEDIAMAN SEMENTARA
12
HAK MENDAPAT KEDIAMAN BARU
Apabila keamanan saksi dan korban sudah sangat mengkhawatirkan, pemberian tempat baru pada
saksi dan korban harus dipertimbangkan agar saksi dan korban dapat meneruskan kehidupannya
tanpa ketakutan.
13
HAK MEMPEROLEH PENGGANTIAN BIAYA TRANSPORTASI
SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
14
HAK MENDAPAT NASEHAT HUKUM
15
HAK MEMPEROLEH BIAYA HIDUP SEMENTARA SAMPAI BATAS
WAKTU PERLINDUNGAN BERAKHIR
16
HAK MENDAPAT PENDAMPINGAN
Pendampingan ini mencakup pendampingan oleh orang terdekat yang membuat korban merasa
aman (keluarga, sahabat), pihak yang mengadvokasi korban (LPSK, PSM perlindungan korban
tertentu, pihak yang merehabilitasi korban (petugas medis, psikolog), hingga pihak yang
mendapingi proses hukum (LBH, Advokat, dan lainnya)