LPSK kepada saksi dan korban dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Perlindungan fisik dan psikis: Pengamanan dan pengawalan,penempatan di rumah aman, mendapat identitas baru, bantuan medis dan pemberian kesaksian tanpa hadir langsung di pengadilan, bantuan rehabilitasi psiko-sosial; 2. Perlindungan hukum: Keringanan hukuman, dan saksi dan korban serta pelapor tidak dapat dituntut secara hukum (Pasal 10 UU 13/2006); 3. Pemenuhan hak prosedural saksi: Pendampingan, mendapat penerjemah, mendapat informasi mengenai perkembangan kasus, penggantian biaya transportasi, mendapat nasihat hukum, bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan dan lain sebagainya sesuai ketentuan Pasal 5 UU 13/2006. Bentuk Perlindungan Saksi dan Korban
Dalam Pasal 5 UU No. 31 tahun 2014 yaitu:
a. Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga dan harta bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang atau telah diberikannya, b. Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan, c. Memberikan keterangan tanpa tekanan, d. Mendapat penterjemah, e. Bebas dari pertanyaan yang menjerat, f. Mendapat informasi mengenai perkembangan kasus, g. Mendapat informasi mengenai putusan pengadilan, h. Mendapat informasi dalam hal terpidana dibebaskan, i. Dirahasiakan identitasnya, j. Mendapatkan identitas baru, k. Mendapat tempat kediaman sementara, l. Mendapat tempat kediaman baru, m. Memperoleh penggantitan biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan, n. Mendapat nasihat hukum, o. Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan berakhir, dan/atau p. Mendapat pendampingan. • Perlindungan di atas diberikan kepada saksi dan/atau korban tindak pidana dalam kasus tertentu sesuai dengan keputusan LPSK. • Selain kepada saksi dan/atau korban dapat juga diberikan kepada saksi pelaku, pelapor dan ahli, termasuk pula orang yang dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan suatu perkara pidana meskipun tidak ia dengan sendiri, tidak ia lihat sendiri dan tidak ia alami sendiri, sepanjang keterangan orang itu berhubunga dgn tindak pidana. • Korban pelanggaran HAM yang Berat, korban tindak pidana Terorisme, korban tindak pidana Perdagangan Orang, korban tindak pidana Penyiksaan, korban tindak pidana Kekerasan Seksual, dan korban Penganiayaan Berat selain mendapatkan perlindungan a s/d p juga berhak mendapatkan: 1. Bantuan medis, dan 2. Bantuan rehabilitasi psikososial dan psikologis.
Perlindungan Hukum Terhadap Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban