Akhlak Tasawuf - Kel 9
Akhlak Tasawuf - Kel 9
“INTEGRASI TASAWUF
DENGAN SYARIAH”
Kelompok 9
Ilyassyach 11210530000131
Lusi anggraini 11210530000134
Gian winanda 11210530000129
A. Tasawuf bagian dari Trilogi Ajaran Islam
Antara fikih, tauhid dan tasawuf memiliki kaitan erat yang tidak dapat di pisahkan
antara satu dengan lainnya karna pengamalan fikih tanpa adanya tauhid dan aplikasi tasawuf
sangat mustahil. Begitu juga halnya tauhid seseorang tidak akan terjaga dengan baik tanpa
adanya pengalaman fikih dan tasawuf. Demikian juga dengan aplikasi tasawuf sangat tidak
mungkin tanpa adanya pemahaman fikih dan tauhid.
01 02 03
“Pertentangan antara kaum sufi dengan para fukaha saling menafikan yang satu
terhadap yang lain. Polemik dan kontroversi di antara keduanya tidak dapat dihindari.
Kaum sufi menolak fenomena keagamaan para fukaha yang menurut mereka telah
menghabiskan usia untuk mempelajari ilmu lahiriah (‘ilm al-zhâhir); sedangkan kaum
sufi mengklaim bahwa mereka telah memperhatikan rûh al-‘amal (substansi amaliah)
dengan mendalami haqâ`iq al-ma’rifah, hakikat pengetahuan tentang Tuhan, dan
telah sampai kepada Allah melalui al-mujâhadah, perjuangan ruhani dan keikhlasan
beribadah dengan istîqâmah-mudawwamah, konsisten dan berkesinambungan.
C. Perjuangan Memadukan Kembali
Tasawuf dengan Syariah
Rintisan untuk memadukan fikih dengan tasawuf dimulai
oleh Imam Mâlik ibn Anas (w. 179 H). Beliau seorang faqîh,
ulama fikih, mujtahid, dan imam mazhab, ‘âlim, seorang
yang berpengetahuan luas, dan termasuk salah seorang sufi,
pengamal tasawuf. Imam Mâlik berpendapat,وصتCCCمو فCCهقفتيل
فCدنزتدقCC قCمC ( نsiapa yang mengamalkan tasawuf tanpa
dilandasi pemahaman fikih, maka sungguh ia telah
menyimpang).
Berdasarkan pemikiran di atas, Imam Mâlik berhasil memperkuat
ketokohan dirinya dalam bidang fikih dan tasawuf dengan
melahirkan dua langkah operasional sebagai berikut;